Semua Bab Terjebak Gairah ABG: Bab 81 - Bab 90
197 Bab
81. Menyadari Kedewasaan Noni
Sepulang dari kantor aku, Noni dan nenek ngobrol di ruang tamu. Aku menjelaskan kepada nenek dan Noni bahwa Supriatna adalah sepupunya Jatiman, mantan ayah sambung Noni. “Oh ya nek.. nenek perlu tahu bahwa, cucu nenek ini sudah ada yang mau meminangnya. Dan calonnya adalah atasan Noni sendiri di kantor.” Aku membuka pembicaraan. Mendengar itu nenek sangat senang, seketika wajahnya semringah. “Apa benar itu Non? Kok kamu gak cerita sama nenek?” tanya nenek pada Noni. “Ya nek.. maaf Noni belum cerita sama nenek, karena pak Supriatna baru melakukan pendekatan sama Noni.” Jawab Noni. Aku jelaskan siapa Supriatna pada nenek, apa kedudukannya dan seperti apa statusnya saat ini. Aku juga sampaikan bahwa Supriatna dan Noni selisih 15 tahun, dan bagi aku bukanlah masalah. “Papa dulu sama Mama kamu beda 15 tahun juga. Saat itu usia Mama kamu 20 tahun dan Papa 35 tahun.” Jelasku pada Noni juga nenek. “Soal usia sih tidak masalah, yang nenek
Baca selengkapnya
82. Memahami Kegelisahan Noni
Selesai makan malam kami terus berbicara tentang masa depan Noni. Nenek katakan kalau beliau tidak ingin keluar dari rumah mendiang suaminya. “Nanti kalau kamu sudah berkeluarga, biarkan nenek tetap tinggal di sini. Nenek tidak ingin campur dengan keluarga kamu.” Tiba-tiba saja nenek katakan itu. Noni tidak bisa terima, “Jangan atuh nek.. nenek harus selalu ada sama Noni. Rumah ini nanti akan direnovasi.” Jelas Noni sangat keberatan. “Kita gak akan biarkan nenek tinggal di rumah ini sendirian, nenek harus selalu mendampingi Noni.” Aku ikut menimpali. Nenek cerita kalau dia ingin menunggu sampai Adri datang menemuinya di rumah itu. Beliau seakan-akan yakin kalau suatu saat Adri akan menemuinya di rumah itu, karena nenek sangat merindukan kedatangan Adri.Aku merasa terenyuh mendengar keinginan nenek, aku berjanji dalam hati untuk bisa bertemu dengan Adri dan menyampaikan keinginan neneknya. Dari dua anak kembar
Baca selengkapnya
83. Noni Tidak Menepati Janjinya
Setelah aku menghentikan kecupanku, Noni melepaskan pelukannya dan aku pun begitu. Noni berusaha untuk memejamkan matanya, namun Noni terlihat masih gelisah. Kadang dia tidur memunggungiku, kadangkala menghadap ke arahku. Tetap saja matanya sulit untuk dipejamkan. “Apa yang membuat kamu begitu gelisah Non..?” bisikku. Noni tidak menjawabnya. Dia kembali memunggungiku, aku peluk dia dengan penuh kasih sayang dari belakang. Tubuh kami begitu rapat, aku merasakan hangatnya tubuh Noni yang terbakar gairah. Aku kembali mencoba memahami kegelisahannya. “Pejamkanlah matamu sayang.. besok kamu harus kerja, berikan tubuhmu untuk istirahat yang cukup.” Bisikku di telinganya. Noni membalikkan tubuhnya menghadapku, wajahnya begitu dekat denganku. Ditatapnya mataku dengan mata yang begitu Berpijak, seakan dia ingin menerkamku sebagai mangsa yang ada dihadapannya. Noni memegang kedua pipiku dengan kedua tangannya dan Noni kembali mengecup b
Baca selengkapnya
84. Kembali ke Jakarta
Noni ke luar dari kamar dengan senyum semringah, tak ada lagi kegelisahan tergurat di wajahnya yang cantik. “Selamat pagi Papa.. jadi pulang ke Jakarta pagi ini?” Noni bertanya sembari menghampiri dan duduk di sampingku. “Jadi Non.. kamu ceria banget pagi ini.. “ Aku katakan itu dengan bercanda. “Iya dong.. kan Papa yang sudah buat aku bahagia.” Jawab Noni dengan mengedipkan matanya padaku. Pagi itu aku kembali ingatkan Noni agar dia terbuka pada Supriatna, agar tidak ada yang dirahasiakan. Tapi, menyangkut hal-hal yang sensitif sepenuhnya aku serahkan padanya, karena aku juga anggap dia sudah cukup dewasa. “Aku prinsifnya gak akan bicara apa pun sebelum pak Supriatna bertanya Pa.” “Ya gak masalah sih.. keputusan ada ditangan kamu.”Saat aku sedang bicara dengan Noni, nenek keluar dari kamarnya, “Kamu jadi pulang hari ini Danu?” tanya nenek. “Jadi nek.. dari sini saya langsung ke travel.” Jawabku. Nenek kembali mengingatkan soal Adri, beliau minta aku segera mencari alamat kelu
Baca selengkapnya
85. Isteriku Menanyakan Noni
Sampai di rumah menjelang Ashar, aku disambut isteriku dengan baik. Dia sangat tahu kalau aku memang tahu kalau di Bandung ada pekerjaan. Tapi, dia tetap menanyakan keadaan Noni. Aku dan isteriku berbicara di ruang tamu sembari mengeluarkan pakaian kotor dari travel bag. “Mas ketemu Noni? Gimana kabar dia dan neneknya?” tanya isteriku. “Ya pastilah Sri.. disamping ketemu di kantor, juga ketemu di rumah, karena mas menginap di rumah neneknya. Noni dan nenek sehat sih.” Jawabku. Isteriku mulai banyak bertanya tentang Noni, dia juga menanyakan apakah aku sudah dapat kontak Widarti di Hong Kong. Aku ceritakan semua yang dipertanyakan isteriku, tidak ada satupun yang aku rahasiakan. Bahkan aku cerita kalau Noni sudah ada yang ingin melamarnya. Tentang hal satu ini isteriku bertanya dengan antusias, “Siapa lelaki yang ingin melamarnya mas? Masih bujangan atau duda?” tanya isteriku. “Yang melamar pak Supriatna, kepala kantor cabang di Bandung. Dia duda sudah dua tahun sejak isterinya me
Baca selengkapnya
86. Pesan Balasan dari Widarti
Saat aku terbangun selepas Ashar, aku membuka chat pada pesan masuk. Widarti membalas pesanku, [Mas Danu.. aku sudah telepon Noni beberapa hari yang lalu, maaf aku melanggar ucapanku sendiri. Aku sangat rindu pada Noni mas.. makanya aku telepon dia. Aku gak sanggup bicara sama Noni mas, kami hanya mengumbar tangis. Tidak banyak yang bisa aku ucapkan, Noni juga begitu.. Syukurlah kalau Noni sudah bertemu jodohnya, tetaplah seakan-akan jadi orang tua kandungnya mas..] Cukup panjang balasan dari Widarti, aku bisa membayangkan seperti apa perasaannya sebagai ibu. Tapi, aku juga yakin kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena suaminya tidak ingin Widarti berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia. Aku kembali mendesak Widarti tentang siapa ayah biologis Noni sebenarnya, aku kembali membalas pesannya. [Wid.. aku mohon, tolong beri tahu aku siapa ayah biologis Noni? Aku perlu tahu ini, karena aku tidak mungkin berhak menikahkannya. Yang paling berhak adalah ayah kandungnya.]Itulah
Baca selengkapnya
87. Masalah Wali Nikah Noni
Saat sarapan pagi aku masih menunggu jawaban dari Widarti, tapi belum ada balasan dari Widarti. Masalah wali nikah Noni masih menjadi topik pembicaraan kami di keluarga. Isteri dan anak-anakku mempertanyakan hal itu. “Kalau tidak salah berdasarkan hukum pernikahan, kalau anak perempuan belum berusia 21 tahun, wajib minta izin pada orang tua kandungnya. Bukan begitu mas?” tanya isteriku. “Iya Sri.. kecuali kalau sudah berusia 21 tahun, tanpa izin orang tua kandungnya gak masalah. Nah.. Noni baru berusia 20 tahun saat ini.” Jawabku. Aku jelaskan juga, kalau pun bukan orang tua kandungnya yang menjadi wali nikahnya, setidaknya keluarga laki-laki dari ayah kandungnya yang berhak menjadi walinya. Sementara aku sendiri bukanlah siapa-siapanya Noni, dan ini pun nantinya harus aku jelaskan pada Noni. Suka tidak suka, Noni harus bisa menerima kenyataan itu. Inilah hal yang juga perlu aku jelaskan pada Widarti juga nenek. Persoalan ini sangatlah menguras pikiranku, yang pada kenyataannya bu
Baca selengkapnya
88. Masuk dalam Perangkap Clara
Saat istirahat jam makan siang aku menemui Clara di apartemennye. Alamat yang diberikan Clara di sebuah apartemen yang berada dikawasan yang cukup elite. Aku tidak aneh melihat kondisi itu, karena aku tahu latar belakang orang tuanya yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Protokoler untuk masuk ke apartemennya pun cukup ketat, sangat sesuai dengan situasi dan kondisi apartemennya. Setelah aku pencet Bell kamarnya, sejenak kemudian Clara membuka pintu dan dia langsung memelukku dengan menumpahkan airmatanya. Begitu pintu ditutup aku tanyakan pada Clara, “Ada apa Clara? Kok kamu sampai begitu bersedih?” tanyaku. Kami ngobrol di sofa ruang tamunya, Clara melepaskan pelukannya, “Orang tuaku om.. Papa dan Mama ribut besar, Papa ketahuan selingkuh dengan gadis seusiaku..” Ucap Clara dengan berurai airmata. “Lah.. itukan hal yang biasa aja Clara, buktinya om juga berhubungan sama kamu. Biasa toh?”“Tapi masalahnya om belum pernah ketahuan keluarga kan? Nah.. kalau Papa sudah sering
Baca selengkapnya
89. Clara Kecewa
“Gak seru nih respon om Danu!! Gak jadi deh, mood aku hilang om!!” Ujar Clara sembari bangkit dari pangkuanku. “Om lagi ada masalah ya? Kok gak seperti biasanya?” tanya Clara. Pikiranku memang sedang tertuju pada Sinta, aku harus kasih tahu Sinta tentang ancaman Mama Clara. Namun, aku belum tahu cara apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku pamit ke toilet, hanya dengan cara itu aku bisa kasih tahu Sinta. “Sebentar Clara.. om harus ke toilet dulu ya.” Aku buru-buru ke toilet didekat kitchen. Di dalam toilet aku telepon Sinta, “Hallo Sinta.. sebaiknya kamu ngacir dulu dari apartemen, kamu dalam posisi berbahaya.” Ucapku dengan nada sedikit berbisik. “Emang kenapa om?” tanya Sinta. “Nanti kamu om telepon..” sahutku. Aku segera akhiri pembicaraan dengan Sinta. Keluar dari toilet saku hampiri Clara, “Sorry Clara.. om kebelet barusan.” Clara sepertinya semakin buruk moodnya, tidak ada respon yang berarti dari Clara. Aku tahu kalau Clara sangat kecewa, karena semua di luar ekspektasiny
Baca selengkapnya
90. Bertemu dengan Sinta
Pulang dari apartemen Clara aku minta Sinta menemuiku di Cafe dekat kantor. Sengaja aku tidak mengajak Sinta bertemu di hotel atau tempat tertutup lainnya. Aku tidak mungkin memanfaatkan Sinta dalam situasi dan kondisi yang sedang mengancamnya. “Sinta.. lelaki yang kamu kencani itu sekarang sedang bermasalah dengan isterinya. Makanya om minta kamu tinggalkan apartemen.” Aku jelaskan itu pada Sinta. “Om tahu dari mana masalah ini? Kok tiba-tiba om tahu aku sedang terancam?” tanya Sinta. Aku katakan pada Sinta bahwa aku baru saja bertemu dengan Clara, anak dari lelaki yang menjadi selingkuhan Sinta. Aku ceritakan semua kronologis pertemuanku dengan Clara. “Clara memperlihatkan pada om foto kamu lagi bermesraan dengan Papanya. Awalnya om gak bilang kenal sama kamu.”“Reaksi Clara gimana om saat melihat foto itu?” tanya Sinta“Dia sangat marah.. dia takut terjadi sesuatu dengan Papa dan Mamanya. Clara ini anak broken home Sin..”Aku ceritakan perkenalanku dengan Clara di kereta api, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status