All Chapters of SEMUA KARENA SUAMI KEDUA: Chapter 101 - Chapter 110
117 Chapters
101. JUMPA LIDYA
Hizkia menghubungi istrinya setelah membalas pesan dari Lidya. Beberapa panggilan suara dari Hizkia masuk ke ponsel Ruth, tetapi belum juga ada respon.Pria itu memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada istrinya.[Halo, Mama El. Aku tadi menghubungi kamu. Mungkin sedang ada kesibukan. Aku ingin mengabarkan bahwa akan tiba di rumah besok kemungkinan malam hari, ya]. Hizkia mengirim pesan itu.Setelahnya, Hizkia putuskan berganti pakaian untuk bersiap istirahat malam. Keluar dari kamar kecil, ponselnya berbunyi sebagai tanda pesan masuk.[Papa El, maaf aku tidak angkat panggilan kamu. Sedang ada aktivitas tadi, jadi aku tidak bisa jawab panggilan kamu], terang Ruth.[Ya, tidak apa-apa, Sayang], balas Hizkia.[Besok malam tiba di rumah ya. Kamu mau aku masakin apa?], tanya Ruth di seberang.Pria itu tersenyum dengan perhatian sang istri. [Tidak perlu, besok kalau kemalaman, aku makan di luar], jawab Hizkia.Tidak lama percakapan teks mereka berakhir. Hizkia merebahkan tubuhnya di kasu
Read more
102. PULANG KE RUMAH
Lidya berhenti menyesap jus yang sedang dinikmati tenggorokannya. Perempuan itu gugup ditanya secara langsung. Ia menimbang bagaimana cara menyampaikan permohonannya dengan cara yang tidak keliru."Saya... saya... sedang mengalami kesulitan keuangan, Mas. Keluarga saya membutuhkan dana untuk pengobatan," ujar Lidya dengan wajah tertunduk dan hampir terisak.Pria itu masih diam untuk menunggu lanjutan perkataan Lidya."Saya ingin mengajukan bantuan pada Mas Hizkia," tambahnya. "Sebagai balasannya, saya rela melakukan apa saja untuk Mas Hizkia," ungkapnya menegakkan kepala untuk memandang Hizkia secara utuh. Pria itu bergeming, memandang Lidya dan menimbang permohonannya."Benarkah?" tanya Hizkia mencondongkan tubuhnya ke arah Lidya, setelah beberapa menit mereka dalam keheningan.Lidya mengangguk-angguk beberapa kali, menandakan keseriusannya."Saya mohon Mas berkenan membantu agar lekas selesai permasalahan ini," lirihnya seraya memegang tangan Hizkia yang terlipat di meja.Pria itu
Read more
103. TAHU
Hizkia menanti beberapa menit Ruth kembali dari kamar kecil. Pria itu telah menyandarkan punggungnya di kepala ranjang sembari membaca buku self develompent.Ruth menaiki ranjang dan tidur membelakangi Hizkia. "Selamat istirahat ya, Pa," ujarnya seraya mematikan lampu nakas di sampingnya.Hizkia merebahkan tubuhnya di ranjang setelah memadamkan lampu nakas. Ia menarik tubuh Ruth hingga ke dadanya. Ruth berusaha melepaskan diri, tetapi Hizkia lebih kuat darinya. "Aku kangen kamu, Sayang," bisik Hizkia.Ruth menangis dalam diam. "Kamu tidak kangen aku, Mama El?" tanya Hizkia dengan nafas menderu.Perempuan itu menjawab, "Jangan malam ini ya, Pa. Kamu pasti lelah, aku juga seharian ini capek," ungkap Ruth jujur."Iya, tidak apa. Aku peluk kamu.. boleh ya, sepanjang malam," kekeh Hizkia sambil mencium kepala dan tengkuk Ruth, ia melingkarkan tangannya di perut istrinya.Ruth memejamkan matanya berharap bisa langsung terlelap. Air matanya kembali jatuh membasahi bantal. Terdengar suara na
Read more
104. TERTANGKAP BASAH
Ruth mendatangi Magdalena, ia mengadukan kecurigaannya pada bundanya sambil terisak. "Apakah kamu yakin, Papa Elkana berlaku demikian?" tanya Magdalena menyentuh pundak putrinya.Ruth tidak boleh kelepasan menangis sebab Elkana masih bersama dengan mereka. Tempat mereka duduk sedikit berjauhan jarak dengan Elkana agar Ruth bisa bercerita lebih leluasa."Malam ini aku akan membuktikan hal itu, Bunda," ujar Ruth menyeka air matanya. "Bila terbukti, besok... kita tidak perlu berada di rumah ini lagi, Bunda," imbuh Ruth menatap manik ibundanya."Aku lelah dengan masalah demi masalah yang disebabkan oleh papa Elkana." Ruth menarik nafasnya dalam. "Aku mendapat sebuah pesan tentang pertemuannya dengan orang yang disebut rekan bisnis. Bunda... sosok itu bukanlah rekan bisnis," lirih Ruth.Magdalena terdiam kemudian menganggukkan kepalanya. Ia tidak ikut campur terlalu jauh untuk kali ini. "Bunda mendukung apapun yang mau kamu lakukan. Ingat, lakukanlah... tapi bukan berdasar rasa benci agar
Read more
105. BERTENGKAR
Ruth kembali ke rumah dengan rasa sedih mendalam. Ia kecewa sebab hingga tiba di lobi hotel suaminya tidak menyusul, padahal beberapa saat ia menanti suaminya di sana.Mama Elkana melangkah masuk tanpa suara, langsung menuju ke kamarnya.Perempuan itu menangis di ranjangnya. Isakan pilu yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri. "Kamu jahat... jahat..." isak Ruth memukuli bantal dan kasurnya. "Banyak sakit di hati aku dapatkan selama pernikahan ini. Kamu jahat," ucapnya lirih bersimbah air mata.Ruth melangkah ke kamar kecil sembari sesenggukan, ia ingin membasuh wajahnya. Hatinya tersayat memergoki pria yang begitu dikagumi dan dikasihinya, malahan menjalin hubungan mesra bersama perempuan yang tidak disukainya.Ruth keluar dari kamar kecil, lalu ia mengambil koper dan mengemas pakaiannya ke dalam. Besok ia akan pergi dari kehidupan Hizkia dan membebaskan pria itu dari ikatan suci perkawinan. Tidak akan ada yang membelit Hizkia lagi, pikirnya. Pintu kamar Ruth terbuka, sosok suamin
Read more
106. TIDAK PERCAYA
"Lidyaa @#$#¥€!," maki Hizkia dengan sumpah serapah sembari menelentangkan dirinya di ranjang dingin. "Aku ingin membongkarnya, ia malah menjebakku. Sial!" caci Hizkia ke udara, ia pukul kasur dengan punggung tangannya.Hizkia berdiri lagi lalu berjalan bolak-balik mencari cara untuk meyakinkan istrinya. Pria itu tidak tenang karena rumah tangganya menjadi kacau, padahal ia ingin mengungkap kepalsuan Lidya.Sikap ketus Ruth terhadap Lidya bukannya tidak diperhatikan oleh Hizkia. Namun, di awal tidak terlihat tanda yang mencurigakan bagi Hizkia.Ruth perempuan dan seorang istri, nalurinya lebih kuat dari diriku, batin Hizkia. Ia menyesal mengabaikan tanda dari istrinya.Sampai pada permintaan bantuan di klub malam masih dianggap Hizkia wajar. Saat Lidya terus dengan alasan-alasan baru untuk menghubunginya, disitulah Hizkia mulai mengendus ketidakberesan pada Lidya.Rasa curiganya harus terjawab dengan jalan Hizkia mencoba menuruti setiap apa yang Lidya inginkan. Ia berencana membuka ke
Read more
107. KEPUTUSAN SENDIRI
Hizkia kembali ke kamar, memutuskan membasuh dirinya untuk mendapat kesegaran fisik. Setelahnya ia kembali ke ruang makan. Di sana Elkana, Ruth, dan Magdalena telah duduk dan bersiap sarapan."Ayo sarapan, Nak," sapa Magdalena.Hizkia mengangguk dan tersenyum ke arah Magdalena. Saat ia melempar senyum pada istrinya, Ruth menyibukkan dirinya dengan menaruh nasi di setiap piring, termasuk milik Hizkia."Selamat pagi, anak Papa," sapa Hizkia sembari mencium kepala putranya. "Makan yang banyak ya, Nak. Biar cepet gede," imbuhnya."Ya, Papa," balas Elkana sambil tersenyum dan menggoyang-goyang tubuhnya. Hizkia membalas senyuman Elkana."Terima kasih," ucap Hizkia saat Ruth menyodorkan piring berisi nasi, lauk pauk, dan sayuran. Rupa Hizkia berbinar, tetapi Ruth hanya berdehem merespon suaminya. Hizkia cukup senang dengan tanggapan istrinya. Pria itu malah merasa Ruth bertambah cantik dan menggemaskan dengan ekspresi dingin seperti saat ini."Nanti pukul berapa Bunda terbang ke Palembang?"
Read more
108. PUSING MUAL
Hizkia memiliki jadwal pertemuan dengan rekan bisnisnya. Sebagai pimpinan perusahaan ia harus bersikap profesional, seperti saat rapat ini ia berusaha fokus pada apa yang disampaikan oleh rekannya.Tidak terasa satu setengah jam berlalu. Mereka mengakhiri pertemuan dengan berjabatan tangan, bersepakat untuk menjalin kerja sama dalam sebuah proyek pembangunan.Setelah kepulangan rekan bisnisnya, Hizkia kembali ke ruang kerjanya. Sekonyong-konyong pria itu merasa pusing dan mual. Ia berlari menuju wastafel yang ada di bilik kecil dalam ruang kerjanya dan memuntahkan cairan dari mulutnya. Ada yang tidak beres dengan perutnya, pikir Hizkia. Pria itu mendudukkan diri di sofa setelah menghubungi Melina untuk meminta teh hangat untuknya dari dapur perusahaan.Rasa pusing melandanya, Hizkia merebahkan tubuhnya di sofa. Saat petugas dapur dan Melina masuk ke ruangan Hizkia, mereka terkejut dengan keadaan pimpinan perusahaan mereka. Semula mereka mengira Hizkia pingsan."Saya baik-baik saja, t
Read more
109. NYAMAN BERSAMAMU
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d
Read more
110. BENDERA PERANG
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status