Semua Bab Malam Pertama Dengan Majikan : Bab 51 - Bab 60
91 Bab
Bab 51
"Ibu nggak mau kamu terlalu capek, tak mengurusi anakmu. Kaya di sinetron itu, anakmu nanti malah lebih dekat dengan baby sitternya." Aku terkekeh, pikiran Ibu terlalu negative menanggapi wanita zaman sekarang yang lebih memilih menjadi wanita karir. "Bu, tidak semua orang seperti yang di sinetron. Do'akan saja Nining bisa mengurus Ibu, Bapak, Bu Mega, dan juga Mas Andra." "Aamiin, pasti itu.""Nining mana, Bu?" "Ada di kamarnya, sama Murni." Aku mengangguk, lalu pamit menuju kamar Keysha. Saat kubuka pintu, ternyata Murni dan Keysha tertidur dengan posisi buku di atas perut Murni. Pasti ia habis diminta membacakan dongeng untuk gadis kecil ini. Aku memperhatikan sekeliling, lalu mulai menurunkan koper. Sebaiknya aku mulai menata baju-baju Keysha dari sekarang agar besok langsung tancap gas saja. "Loh, Mbak?" "Eh? Mbak ganggu ya, Mur?" "Nggak, kok, Mbak. Aku cuma kaget aja. Kirain apa," ucapnya. Aku terkekeg, lalu mulai mengeluarkan baju milik Keysha, berikut dengan pakaian
Baca selengkapnya
Bab 52
"Ehem, maaf. Apa yang anda lakukan pada istri saya?" "Istri?" "Ya, dia adalah istri saya. Jelaskan, kenapa anda bisa begitu entengnya memeluk istri orang lain?""Saya-""Ndra, kamu ngapain di sini?" tanyaku. Seketika rasa nyeri akibat ucapan Mbak Rosa kemarin datang lagi. Membuatku ingin memberi sedikit pelajaran untuk Mas Andra."Lagi check-in aja, ngomong-ngomong orang tuamu mana?" tanyaku. Sepertinya Indra tahu kode yang kukirimkan lewat tatapan mata. "Ada, lagi di toilet," jawabku. "Ning, kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa dia?" "Jangan kepo, Mas." "Ning!" Sungguh aku terkejut mendengar bentakannya. Apakah aku salah? Aku hanya ingin mempunyai satu rahasia saja, dibandingkan dengan dia yang justru ternyata memiliki banyak rahasia di belakangku. "Apa, Mas?' "Mas nanya baik-baik loh," ketusnya. "Kenalin, ini Indra." "Mas tanya, siapa dia?" "Ning!" ucapnya, tatapan tajamnya membuatku sedikit takut. "Kenalin, dia Indra, anaknya Paman Saleh," ucapku mengenalkan. "Pama
Baca selengkapnya
Bab 53
"I-iya, Mas. Nining cuma minta penjelasan, bukan sedang menuduh Mas masih memendam perasaan sama almarhumah ibunta Keysha." Mas Andra mencium keningku. "I love you, Ning." Ya Allah, Maaak, jantungku rasanya mau melompat saat mendengar ungkapan cinta Mas Andra barusan. "Iya, Mas." "Iya apa?" "Ya, I love you too." Lalu malam itu, ditutup dengan ibadah tersyahdu. Jomblo harap bersabar. --Enam bulan kemudian. "Aw, Mas!" Mas Andra yang sedang memakai kemeja segera menghampiriku, raut wajahnya terlihat sangat panik. "Kenapa, Ning?" "Mas, sepertinya aku mau melahirkan!" "Apa?" Mas Andra langsung menggendong tubuhku dan mengangkatnya menuju mobil. Sementara Ibu dan Bapak menyusul mengunakan mobil lain karena hendak bersiap dulu. "Mas, cepat!" "Iya, Ning, sebentar."Biasanya aku akan memukul Mas Andra jika ngebut, tapi untuk kali ini, aku akan biarkan karena rasa nyeri di perut semakin terasa. "Sus, tolong!" Suster datang membawa kursi roda, setelah di dudukkan di sana, aku
Baca selengkapnya
Bab 54
Aku menikmati sekali hari-hariku menjadi seorang ibu bagi kedua bayi kembarku. Untuk sementara waktu, aku tinggal dulu di kampung, rumah Bapak dan Ibu. Mas Andra pun harus rela bolak-balik karena harus memegang perusahaan, dan aku memaklumi itu. Tapi, semua berat bagiku karena harus berjauhan dengan Keysha. Anak gadis itu terus menangis saat akan pulang dari sini kali terakhir. "Nduk, berjemur dulu dedek bayinya," ucap Ibu. Dengan dibantu Murni, aku pun berdiri. Kemarin setelah melahirkan anak pertama, aku langsung pingsan hingga akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan janinku yang kedua. Sehingga sekarang jalanku masih tertatih. Aku duduk di depan rumah, menggendong Ghanidan, sementara Ibu menggendong Shaniya. Alhamdulillah, aku diberi sepasang anak kembar yang beda jenis kelamin. Sehingga hidupku kian terasa lengkap. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam." Aku memalingkan wajah saat melihat Paman Saleh datang. Bukan apa-apa, aku hanya kesa
Baca selengkapnya
Bab 55
"Ya sudah, aku pulang dulu, Mas," ucap Paman. "Iya, aku nggak janji, ya." "Loh, kok gitu? Tadi katanya Insya Allah," ucapnya tak terima, sementara aku dan Ibu hanya saling pandang. Tak tahu dengan permasalahannya. "Iya Insya Allah kan belum tentu jadi. Siapa tahu nanti ada acara mendadak," jawab Bapak. "Walah, Mas. Gaya banget acara-acaraan. Wong kamu ini paling mentok acaranya di sawah. Ini lagi, Nining. Udah nikah sama bos katanya, tapi masih aja di sini. Ngerepotin orang tua. Pikir dong, Ning, udah nikah itu harusnya nyenengin orang tua, bukannya nyusahin," ucapnya padaku. Lah, kok jadi ke aku? "Leh, yang sadar diri kalau ngomong! Anakku nyusahin apanya? Aku malah seneng ngerawat cucuku di sini, karena nanti juga mereka balik lagi ke kota. Kamu itu yang nyusahin, dulu habis nikah, kamu masih numpang sama orang tuamu, bahkan kebun bagian bapaknya Nining aja kamu embat. Mana? Katanya mau ngeganti?" ucap Ibu yang langsung membuat Paman Saleh terkejut. Bukan hanya dia saja yang
Baca selengkapnya
Bab 56
Seorang gadis kecil keluar setelah mobil parkir di sebelah rumah yang memang masih lahan kosong. Senyumku merekah seketika. Ya Allah, anak gadisku... "Mama!" Aku yang tengah menggendong Ghani langsung berjalan ke arahnya, Keysha memelukku erat. Ibu yang tadi masih di dalam, menyiapkan Shani mau dijemur pun akhirnya keluar. "Nenek!" "Eh, ya Allah, ada Keysha.""Key, kalau mau masuk ke rumah orang bilang apa?" ucap Mas Andra yang baru turun dari mobil, ia menyeret dua koper besar di belakangnya. Masya Allah suamiku, aku rindu. "Assalamu'alaikum, Mama, Nenek." "Wa'alaikum salam, Sayang." Keysha langsung masuk ke dalam bersama Ibu, sementara Mas Andra mengambil alih Shani dan duduk di sampingku yang tengah menggendong Ghani. "Kenapa, Ning?" tanyanya. "Aku rindu, Mas." Mas Andra mengacak rambutku. Duhai hati, tolong jangan berontak dulu, malu. "Sam, Mas pun rindu." Jika ada cermin, mungkin sudah dapat kulihat betapa meronanya pipi ini. Ghani menggeliat, seakan tahu jika papanya
Baca selengkapnya
Bab 57
Mbak Dita memajukan bibirnya, membuatku ingin sekali terkekeh. Ia memang perawan tua, tapi kalau sedang bicara tentang pernikahan, jodoh, dan juga hubungan seseorang, ia seakan lebih tahu. Makanya, tak jarang orang mengejeknya. "Emang iya apa, Ning?" tanya Mbak Dita akhrnya, hemm penasaran banget dia. "Mbak Dita pengen tahu?" tanyaku yang dijawab dengan anggukan olehnya. "Rasanya ... Ah, mantap!" ucapku sambil mengacungkan jempol, lalu membayar belanjaan yang sudah kukumpulkan. "Kembaliannya lima belas ribu ya, Ning," ucap Mak Sowi. "Buat Mak aja. Duluan ya," ucapku. Aku pulang lebih dulu, karena takut jika dijadikan bahan ghibah. Padahal aku masih mendengar sisa-sisa obrolan mereka saat aku menjauh. "Nining semenjak nikah beda, ya? Belanjanya aja selalu seratus ribu lebih," ucap Bu Ria. "Iya lah, Bu, namanya ada suami. Mana suaminya kaya lagi. Tuh, Dit, makanya nikah sana. Biar kaya Nining." Aku hanya menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan mereka yang malah mengghibahi
Baca selengkapnya
Bab 58
Setelah Shaniya dan Ghanidan berumur lima bulan, aku kembali pulang ke Jakarta. Tepat saat Keysha juga masuk ke sekolah dasar. Mas Andra masih sering bolak-balik dari kota ke kampung. Tentu saja jika tengah weekend. "Sudah disiapkan semuanya, Nduk?" "Sudah, Bu. Nanti malam mungkin baru sampai ke sini.""Hati-hati di sana ya, Nduk. Jaga bener-bener Shaniya sama Ghanidan. Kalau perlu, kamu minta pindah kamar jadi di bawah saja." Aku tersenyum mendengar penuturan Ibu. Lalu mengamit lengannya dan bermanja sebentar. "Apa Ibu mau tinggal di sana saja?" tanyaku. "Eh, nanti Bapakmu sama Murni gimana? Ibu cuma kasih saran aja. Maaf kalau kamu tersinggung, Ning." "Nggak, Bu. Ngapain Nining tersinggung? Terima kasih banget Ibu sudah mau peduli sama Nining."Ibu mengangguk, lalu mengelus lembut kepalaku. Memang ya, kalau ada di dekat ibu kita itu, rasanya sangat nyaman. "Mbak, ini kacangnya cuma dapat lima kilo," ucap Murni begitu datang dari sawah. ."Nggak papa, Mur. Berapa semua?" "Ena
Baca selengkapnya
Bab 59
"Itu, loh, yang bekas rumahnya Pak Dato, sekarang ada yang menempati. Dia punya anak kecil seumuran Keysha, jadi anak itu betah." Aku mengangguk saja. "Jadi, temannya itu lebih berharga dari pada aku ya, Mas? Padahal aku udah kangen berat sama Keysha, loh." "Haha, kamu cemburu sama temannya Keysha, Ning? Bagaimana kalau nanti anak sulung kita besar dan punya pacar?" "Ish, Mas, beda konteks, lah!" "Wih, istriku sekarang lebih maju, ih. Tau konteks segala." Aku memutar bola mata jengah. Aku memang tahu, Mas. Masa tidak? Rugi lah aku sekolah di toktok, hahaha. -Pukul delapan pagi, kami berpamitan pada Bapak dan Ibu. Ada rasa berat sebenarnya, tapi bagaimana lgi ya, kan? "Ini nanti salah satunya gimana?" tanya Mas Andra. Ah, iya. Aku kebingungan juga karena tidak memikirkan hal ini. "Bu, mau nemenin dulu, nggak? Nanti minggu depan, Mas Andra anterin lagi," ucapku. "Duh, gimana, ya." "Kamu sih, Mas. Harusnya ajak Desi ke sini." "Aku dan Desi itu bukan mahromnya, Ning. Masa se
Baca selengkapnya
Bab 60
Seorang perempuan keluar dari kamar mandi yang terletak di samping ruang tv. Aku memandangnya sekejap, serasa tak asing. Tapi siapa? Lalu anak ini, kenapa dia juga memanggil Mas Andra dengan sebutan Papa? Sebenarnya, selama aku pergi, apa yang terjadi? "Halo, Mbak. Istrinya Pak Andra, ya?"Aku mengangguk, lalu mengulurkan tangan, menjawab uluran tangannya. "Saya Nesha, tetangga depan rumah. Maaf ya kalau Aura manggil Pak Andra Papa, dia keikut sama Keysha." "Oh, iya. Bu, Nining ke kamar dulu, yaa.""Key ikut." Aku tersenyum, lalu menyerahkan Shani pada Bik Minah, sementara Mas Andra menyerahkan Ghani pada Ibu. Kugandeng tangan Keysha untuk masuk ke dalam kamar, sangat rindu dengannya yang sudah hampir satu bulan tak bertemu. "Key, kenapa nggak ikut Papa pas kemarin ke kampung?" tanyaku. "Key terlalu banyak bolos, Ma. Makanya nggak dibolehin ikut sama Papa." Iya, sih. Meskipun Mas Andra mengunjungiku dan si kembar pas weekend, tapi tentu saja pas hari seninnya, Keysha pasti ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status