All Chapters of KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU: Chapter 21 - Chapter 30
98 Chapters
Bab 21
Bab 21Ibu mertua meminta uang"Arisan lagi?!" Aku terkejut mendengar pengakuan Ibu. Bukankah Ibu sudah diberi uang untuk arisan oleh suamiku, sehingga uang yang seharusnya dibayar untuk cicilan motor malah diberikan padanya. Dan tempo hari masih meminta uang tiga ratus ribu untuk arisan, meskipun tak diberikan oleh suamiku.Dan sekarang dua ratus ribu, dengan dalil membayar arisan? Berapa banyak arisan yang diikuti oleh Ibu?Astagfirullahaladzim …Aku mengusap dada dan juga beristighfar dalam hati.Padahal aku yang masih mempunyai bayi, dengan pengeluaran banyak seminggu nya, untuk membeli susu dan lain sebagainya. Tidak sebanyak itu, dia yang hanya mengeluarkan uang untuk makan dan juga arisan sebanyak itu? Padahal dia juga memiliki pendapatan sendiri! Kemana uang hasil kerjanya selama ini?"Assalamualaikum," salam Adi dari luar."Waalaikumsalam," Aku menjawab bersamaan dengan Ibu.Dilihatnya wanita berbadan langsing dan juga tinggi. Kulitnya sawo matang dan juga rambutnya terura
Read more
Bab 22
Bab 22Calon mantuBerubah sikap lembutnya tadi yang ia perlihatkan, di depan calon menantunya itu.Baru juga calon. Aku hanya memandang Ibu yang berlalu dengan membawa beberapa kantong plastik.**Tidak terasa Hawa genap berumur sepuluh bulan, dia bayi yang aktif. Sudah tengkurap sejak berumur empat bulan. Alhamdulilah, dia makan dengan sangat baik dan juga lahap. Meskipun masih dengan MPASI instan sebab aku belum berani memasak bubur sendiri untuknya. Meskipun sudah banyak tutorial membuat MPASI homemade yang disiarkan di internet.Belum genap satu bulan aku membeli mesin jahit waktu itu hingga sekarang. Aku rasa ini sudah saatnya aku mengatakan pada tetangga.Tanpa berpikir panjang, aku menulis status di aplikasi hijau berlogo gagang telepon.'Menerima permak baju, tambal baju yang robek bukan tambal hati yang terluka' Kurang lebih seperti itu status yang aku tulis, cukup menggelitik dan juga menarik.Tak ada respon maupun tanggapan dari teman maupun tetangga.Ya … Sudahlah. Mun
Read more
Bab 23
Bab 23Terbongkarnya sandiwara"Lihat, seperti itukah istrimu, Wan!" Ibu mertuaku berlagak kesakitan, dan masih tersungkur di lantai dapur.Aku terkejut Mas Wawan sudah berdiri di ambang pintu, tanpa rasa bersalah aku langsung menghampiri Mas Wawan.Karena memang aku tidak bersalah.Mulutku menganga ingin mengucapkan kata.Namun tangan Mas Wawan diangkatnya ke atas.Menandakan tak ingin mendengar penjelasan dariku.Aku tertunduk lesu, melihat perlakuan Mas Wawan baru saja.Ibu mertuaku kembali berakting kesakitan.Hu hu hu …"Istrimu memang keterlaluan! Lihat, Ibu tersungkur karena di dorongnya! Kamu percaya kan sekarang sama Ibu!" Ibu seolah-olah menyeka air matanya, padahal jelas terlihat dia tak menangis.Lama Mas Wawan diam tak bergeming, menatap Ibu cukup lama."Aku percaya sama kamu, Nanda!" Mataku terbelalak mendengar ucapan Mas Wawan baru saja."Jangan kau bersandiwara lagi, Bu. Sudah cukup selama ini kamu menghina maupun memfitnah Nanda. Aku tahu Ibu tidak didorong oleh Nanda
Read more
Bab 24
Bab 24Rencana"Bicaralah apa yang ingin kamu katakan?" Bapak mertuaku memandang Mas Wawan dengan seksama.Suasana pun menjadi serius, Mas Wawan terlihat menata hati untuk memulai berbicara.Menata hati untuk mendengar apapun yang akan dikatakan kedua orang tuanya."Pak, Wawan ingin membangun rumah sekarang! Sudah ada uang meski tidak banyak," ucap Mas Wawan sangat hati-hati.Bapak tak langsung menjawabnya, dia menghisap rokok pelan lalu membuangnya menjadi asap yang berada di ruangan itu.Menatap langit-langit rumah."Adik mu berencana melamar Kasih, kekasihnya yang sekarang! Bapak saat ini ingin menikahkan Adi dulu, baru nanti setelah uang kamu terkumpul banyak, kita bangun rumah!""Tapi, Pak. Bukannya Adi menikah paling tidak masih tahun depan?""Iya memang, tapi kasihan kalau dia gak dibuatkan pesta, dia kan sudah jadi pegawai, malu sama tetangga!"Kekecewaan nampak jelas terlihat disana, namun suamiku enggan mengatakannya. Tak banyak bicara lagi, dia tertunduk lesu."Memangnya su
Read more
Bab 25
Bab 25Adi putus"Apa yang kalian lakukan?!" teriak Bapak mertua di ambang pintu.Bapak mertuaku sepertinya marah. Dia melihat Adi dan juga calon menantu nya bertengkar di depan rumah. Ya … Calon menantu. Kemarin malam tepatnya, Adi bersama keluarga secara resmi telah melamar Kasih.Dengan membawa sekotak kue yang cukup mahal disertai buah dan juga dua pasang cincin, tidak lupa makanan yang dibuat para tetangga sebelumnya.Diterima dengan baik, dijamu layaknya orang kebanyakan. Keluarganya ramah dan juga terlihat bahagia, menerima kedatangan kami.Adi dan juga Kasih, mereka sepasang sejoli yang sedang di mabuk asmara.Serasi dan sangat di eluh-eluhkan oleh Ibu mertuaku.Tidak jarang Ibu mertuaku selalu membicarakannya di depan para tetangga, berbeda dengan ku. Dia selalu saja mencari celah kekuranganku, bukankah setiap orang mempunyai kekurangan?Adi dan Kasih terdiam, setelah mendengar Bapak menegur mereka.Akupun yang semula di kamar, langsung meraih tubuh mungil Hawa, yang sedang
Read more
Bab 26
Bab 26TagihanIbu tak menyangka aku akan berani mematok harga untuknya. Karena selama ini, dia tidak pernah membayar sepeserpun kepadaku untuk jasa permak baju miliknya. Dari awal aku tak mengapa bila Ibu menyuruhku menjahit baju milik dia tanpa dibayar, tapi lama kelamaan ibu menyuruhku membayar tagihan listrik dan juga tagihan air tanpa dibantu sebagian olehnya, dia beralasan kalau uang yang diberikan Adi hanya cukup untuk membeli sayur setiap harinya. Dia berdalil bahwa usaha ku menjahit cukuplah lancar. Padahal niat aku menjahit agar bisa membantu membeli susu dan juga membeli kebutuhan lain, malah habis hanya untuk tagihan listrik dan juga tagihan air. Karena kedua tagihan itu cukuplah menguras kantong.Ibu akhirnya pergi meninggalkan ku yang masih menjahit baju milik pelanggan. Tanpa memberikan uang dia tetap menaruh baju yang robek itu di keranjang pakaian dekat ku menjahit. Aku juga tidak akan pernah lagi menjahit baju mu kalau tidak kau beri uang di muka.Ku biarkan saja ba
Read more
Bab 27
Bab 27Pertolongan Allah"Ratna?" Aku bertanya dan sedikit tak percaya."Apa kabar?" Aku kembali bertanya, lantas aku melihat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Penampilannya yang kini lebih tertutup dan juga lebih berpadu padan."Baik, Alhamdulilah. Kamu apa kabar? Tambah cantik aja, Bunda satu ini!" "Ah … Kamu bisa aja, Rat. Jadi ge er aku. Ha ha ha. Ada apa kok tumben? Kenapa gak ngabari dulu sih kalau kesini?""Iya, mendadak sih. Langsung aja ya, aku sering lihat kamu buat status di sosmed mengenai usaha menjahit kamu. Kamu mau gak join sama aku? Kebetulan aku sama suami lagi punya bisnis baju online gitu," tutur Ratna.Aku yang dengan sangat senang mendengar tawaran Ratna langsung menerima tawaran tersebut, tanpa berdiskusi lagi dengan Mas Wawan.Toh … Nanti kalau usaha ku sudah berkembang dia akan menikmati juga. Pikirku."Maksud kamu, aku yang jahit baju nya begitu? Kain dan juga yang lain gimana?""Iya kurang lebih seperti itu, nanti kain dan juga pola nya aku kirim. Kamu s
Read more
Bab 28
Bab 28Masalah berasLagi dan lagi ibu terus-terusan berkata mengenai uang. Tidak ada bosannya.Padahal mati tidak akan dibawa bukan?"Kenapa Ibu gak masak sendiri? Asal Ibu tahu ya, aku pakai kompor punya aku yang dibeli tempo hari. Jadi nanti kalau gasnya abis, Ibu yang beli gas!""Kenapa jadi Ibu yang beli gas? Kan itu kompor kamu! Ibu gak nyuruh kamu masak pakai kompor," sungut Ibu yang masih menggendong Hawa."Aku yang bayar tagihan listrik dan juga air, kadang masih beli beras. Masak gas doang Ibu gak mau beli? Pelit amat punya mertua!""Astaga … Tu denger, Wan. Istrimu baru saja bilang apa? Mulai itung-itungan ya sekarang? Sudah tinggal di sini gratis, masih aja itung-itungan!""Siapa bilang gratis? Aku ….""Mie nya mana, Dek? Mas dah lapar!" Mas Wawan sengaja menyela, agar tidak terjadi sesuatu yang lebih heboh lagi.Tidak tahu kenapa? Aku sekarang lebih sensitif dengan Ibu mertuaku, mungkin karena nada bicaranya dan setiap perkataan membuat panas pendengaran ini.Piring berj
Read more
Bab 29
Bab 29PenyesalanPOV ibu mertuaNanda, dia adalah menantu dari anak sulung ku bernama Wawan. Awal perkenalan nampak dia baik dan juga KAYA. Kenapa saya bilang KAYA, karena dia setiap datang kerumah selalu membawa buah tangan. Kadang membawa ayam goreng utuh satu kardus, membawa buah jeruk, pernah juga membawa sembako yang sangat komplit. Penampilannya yang begitu modis dan juga perhiasan yang melekat di jarinya maupun di lehernya terlihat bukan emas murahan.Setiap dia datang kerumah, selalu aku sambut dengan hangat. Dia yang bekerja di salah satu pabrik garmen terbesar di Asia tenggara. Pastilah memiliki gaji yang lumayan banyak. Aku selalu melempar senyum dan pujian mencerminkan Mertua idaman. Agar kelak setelah dia menjadi menantuku, aku kecipratan uang yang dimilikinya.Tapi itu tak berlangsung lama, semenjak aku tahu dia tidak lagi bekerja disana. Dan semenjak Wawan mengabarkan kalau Nanda tengah mengandung, dan ingin segera menikahinya. Hatiku remuk redam, bak disambar petir di
Read more
Bab 30
Bab 30Uang adalah segalanya.Nanda tak bergeming, diraihnya tubuh mungil yang kini sedang bermain di depannya.Kini semua ada di tangan Nanda, akan memberikan uang pada Ibu mertuanya atau membiarkan dia terus saja berkata kasar. "Jangan bicara seperti itu, Ibu!" ucap Nanda meminta pada Bu Partini.Nanda terlihat ragu akan keputusannya. Dia terlihat meyakinkan hatinya untuk melangkah lebih jauh."Aku akan berikan uang ini kepada Ibu, semuanya, tapi dengan satu syarat!"Nanda menata nafasnya yang memburu naik turun menahan sakit setelah mendengar ucapan ibu mertuanya."Syarat-syarat … Memang siapa kamu? Berani-berani mengancamku," sungut Bu Partini, Ibu mertua Nanda.Kali ini Nanda benar-benar harus bertindak, dia mengatur nafas dan membuangnya perlahan. Digendong nya Hawa di sebelah kiri. Dan menyodorkan uang yang cukup banyak, di meja.Lantas ibu Partini terlihat sumringah, melihat Nanda begitu mudahnya memberikan uang itu kepada dirinya."Eits … gak semudah itu verguso!" Nanda lan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status