All Chapters of Kesempatan Kedua untuk Cinta: Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Pilihan-pilihan
Pilihannya tetap sama, beri kesempatan kedua atau akhiri.Sepia tertegun beberapa saat, berusaha meluruhkan amarah yang selama ini menguasainya. Keheningan malam telah menyeretnya ke dalam banyak ketakutan-ketakutan."Kamu dimana? Sayang, tolong aku khawatir banget sama kalian berdua. Aku selalu berusaha nyari kalian selama ini..."Suara cemas Ray dari balik telepon rupanya berhasil membuat hati Sepia sedikit meluluh. Kembali tumbuh rasa rindu berbalut cemburu, perlahan mengalahkan marahnya amarah."Sayang, aku salah. Tapi aku mau kita selesaikan masalah kita dengan baik-baik, tolong beri aku kesempatan untuk itu," Sepia masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Dadanya masih terasa sesak, menahan luapan kesedihan yang saling bercampur tak keruan. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa suara yang ia dengar bukanlah mimpi. Namun berkali-kali juga ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa rentetan masalah yang menerjangnya adalah mimpi buruk semata."Aku tidak akan memaksa keputusannmu, t
Read more
Bunga Layu
"Kamu yakin Ray?" tanya Sepia."Iya tidak masalah," sahut Ray."Tapi kamu baru tidur satu jam. Biar aku saja yang mengantar Oma. Aku bisa sendiri,"Sepia beranjak dari duduk dan memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya.Ray malah tersenyum. Jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi. "Kenapa malah tersenyum?" tanya Sepia sembari melipat selimut."Aku senang ternyata kamu masih peduli padaku," ucapnya.Sepia beranjak ke arah jendela, menyibak tirai yang masih tertutup lalu membuka jendela, membiarkan udara pagi masuk sejenak mengganti udara."Aku selalu peduli padamu, mungkin kamu aja yang-"!"Maaf," ucap lagi Ray. Entah sudah berapa ribu kali Ray meminta maaf...."Bunga lili putih," ucap Oma Ina kepada karyawan toko bunga.Sesuai janjinya kemarin, Sepia akan menemani Oma Ina untuk menemui sahabatnya.Perempuan tua itu berkeliling di dalam toko bunga, sementara Sepia, Ray dan Shabiru hanya melihat-lihat di bagian depan."Aku senang sekali ayah datang. Aku pikir ayah tidak a
Read more
Kecemasan
"Ibun kenapa?" Shabiru terus merengek sedih ketika melihat ibunya terkulai lemah."Kita akan segera ke rumah sakit sayang. Semoga ibumu baik-baik saja," jelas Oma Ina."Tapi untuk saat ini Shabiru tidak akan bisa masuk ke rumah sakit Oma. Aku akan segera pesankan taksi online agar mengantarkan kalian ke apartemenku." Ray membuka peta digital dan mencari rumah sakit terdekat. Sepia sudah sadarkan diri, namun kali ini ia diserang sesak napas."Ayah aku mau ikut, kenapa tidak boleh? Aku 'kan anak ibun," protesnya lagi."Rumah sakit bukan tempat yang baik untuk anak kecil sayang,""Apanya yang tidak baik ayah? Apa disana banyak orang jahat? Kalau begitu ibun jangan dibawa kesana," ucap Shabiru dengan polosnya."Banyak kuman jahat yang mudah membuat anak kecil sakit, jadi kamu harus menuruti peraturan di sana. Kamu sayang 'kan sama ibun?" Ray masih berusaha membujuk putranya."Sayang ayah, sangat sayang...""Ayah dan ibun akan segera pulang, kamu tidak boleh nakal ya sama Oma,""Tapi ayah
Read more
Alibi
"Barusan telepon dari orang restoran kita, hari ini mereka sedang sangat kewalahan terlebih karena ada beberapa orang yang keluar. Orang-orang yang datang untuk makan malah seperti mau mendemo restoran kita saking antrinya" saat kembalu Ray terkekeh begitu saja setelah sekitar setengah jam lamanya meninggalkan Sepia berbaring seorang diri."Kamu pikir aku sebodoh itu Ray?" batin Sepia. "Ada yang keluar? Kenapa?" Sepia memejamkan matanya, berusaha untuk tidur sebentar."Yang dua orang adalah mahasiswa, jadi ya mungkin karena terdesak padatnya jam kuliah,""Pembohong!" sangkal lagi Sepia dalam hati.Sekitar pukul tujuh malam, Sepia memaksa untuk pulang. Ia tetap keras kepala, dengan alasan kasihan terhadap Shabiru akhirnya Ray menuruti keinginannya. Tak peduli akan sesak yang sesekali menyerang pernapasannya."Kamu masih terlihat sangat pucat sayang, harusnya kita tidak pulang secepat ini," Ray memutar stir kemudi perlahan.Mobil mereka melaju pelan di jalan raya setelah meninggalkan a
Read more
Rute Pulang
"Aku mau pulang, tapi dengan satu syarat,"Suara Sepia terdengar begitu jelas di keheningan malam. Besok pagi, seharusnya mereka pulang. Tengah malam ini ia tak bisa tidur."Syarat?" Ray menaikkan sebelah alisnya. Mereka duduk di kasur terpisahkan oleh Shabiru yang sudah tertidur di tengah-tengah mereka."Ya," Sepia mengangguk.Sepia sudah memikirkan banyak hal matang-matang. Termasuk meninggalkan Jogja untuk mengetahui kebohongan Ray akan berjalan sejauh mana.Meski keamanan mental Shabiru juga ikut dipertaruhkan, ia merasa tak punya pilihan lain lagi yang lebih tepat ketimbang ide sederhananya itu."Asal kamu mau pulang, aku akan berusaha memenuhi syarat itu," jawab Ray tanpa berpikir panjang.Beberapa lama, Sepia memendam suaranya. Suara derit AC kembali menjadi bising dalam lengahnya malam."Kita pindah,"Sontak saja Ray begitu terkejut. Lalu menatap Sepia dengan lekat, meski perempuan itu tak sedikit pun melihat ke arahnya."Pindah?" Ray mengulangi kalimat yang diucapkan Sepia. "
Read more
Desas-desus
Apakah Sepia harus berbohong dan mengikuti saran Ray?Tapi kali ini ia memang tak memiliki pilihan lain. Terpaksa ia harus berbohong bahwa perselingkuhan yang Ray lakukan tidak pernah terjadi. Bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya."Halo Bu..." ucap Sepia setelah mengangkat panggilan itu."Apa yang diberitahukan bibimu itu benar Pi? Ibu khawatir banget sama kamu."Suara khawatir ibunya membuat Sepia benar-benar takut. Takut ibunya langsung percaya dan kecewa padanya."Bu, ibu tenang saja ya. Sepia sama Ray baik-baik aja kok. Ini juga lagi dijalan mau pulang sama Ray. Biasalah mungkin foto itu cuma editan orang yang iri sama keluarga kami Bu..." ia berusaha mengambil napas dan meredam gemetar. "Sepia emang lagi di Jakarta Bu dan waktu itu terpaksa berangkat berdua sama Shabiru soalnya di restoran lagi ada kebakaran jadi Ray menyusul terakhir. Ibu jangan terlalu dengerin omongan orang lain, kalau ada apa-apa pasti Pia juga selalu cerita ke ibu,""Yang benar Pi? Kamu gak bohongin
Read more
Keegoisan Sesungguhnya
Bunyi ketukan pintu pada waktu subuh membangunkan Sepia. "Siapa ya? Apakah Pak Man datang seawal ini?" Sepia menggeliat di atas tempat tidur.Dengan mata yang berat untuk terbuka, ia meraih ponselnya. Jam di layar masih menunjukan pukul 05.03. Perjalanan Jakarta Yogyakarta membuatnya merasa sangat letih, apalagi ditengah kondisinya yang belum pulih total."Ray! Kamu meminta Pak Man datang lebih awal?" ia menepuk-nepuk pundak Ray yang tidur di sebelahnya."Hm, tidak." sahut Ray setengah mengigau lalu malah menutupi kepalanya dengan selimut.Bunyi ketukan pintu kembali terdengar lagi. Terpaksa Sepia harus turun dan memeriksa.Ia berjalan pelan menuruni anak tangga dengan setelan piyama dan rambut sedikit berantakan. Hampir saja ia tergelincir karena rasa kantuk masih menggelayutinya."Sebentar!" ia mengucek matanya terlebih dahulu sebelum meraih gagang pintu."Hah? Ibu?!" Sepia terperanjat dan nyaris berteriak detik itu juga. Ia terkejut bukan kepalang. Bagaimana bisa sepagi itu ibuny
Read more
Setitik terang
Sepia selalu berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Karena gak mau lihat ibu marah dan sedih. Sepia juga capek dituntut sempurna terus Bu, dari dulu sampai sekarang sepertinya ibu hanya bersikeras dengan kehendak ibu sendiri. Sepia gak bisa terus dipaksa memenuhi tuntutan ibu."Keributan besar pun tak terhindarkan lagi. Semua memori dan rasa sakit Sepia yang tertimbun cukup lama, meluap detik itu juga karena terpancing amarah ibunya yang baginya enggan sekali mengerti."Ibu nuntut kamu buat kebaikan kamu sendiri Pia, cuma karena laki-laki ini kamu sekarang berani membantah ibu? Kali ini ibu cuma minta kamu pulang, ibu gak mau kamu terus merasakan sakit hati dan menghina diri kamu sendiri dengan terus mempertahankan kebodohan di sini!""Bu..." Sepia menghela napas dan menahan rasa sesak yang mulai menyerang pernapasannya lagi.Tangis selalu berhasil membuat Sepia lemah, tubuhnya seolah kehilangan banyak tenaga nan lemah. Ia jatuh dan bersimpuh di lantai."Bu Sepia juga gak mau
Read more
Bimbang
"Arumi mengancam akan bunuh diri, dan ada orang lain yang mengancam akan menyebarkan video yang direkamnya secara diam-diam. Mungkin sebenarnya bukan Arumi, tapi ada pihak yang memanfaatkan Arumi untuk memerasku," jelas Ray dengan lebih runtut."Jadi selama ini, aku terpaksa bolak-balik menemui Arumi untuk mengajaknya ke psikolog. Aku terpaksa, sebenarnya kemarin waktu di rumah sakit dia juga terus menggangguku." Ray akhirnya berani berterus terang. Padahal Sepia sudah lebih dulu menaruh curiga. Hanya saja ternyata kecurigaan itu salah."Siapa?" Sepia masih duduk di sebelahnya.Sekarang kondisi hatinya sudah jauh lebih tenang dan mampu mengerti. Barangkali do'a dan dukungan yang diberikan ibunya bak menjadi penawar atas racun yang membuatnya merasa sakit.Ray menggeleng, "Entah, aku masih belum bisa memastikan siapa identitasnya. Yang pasti orang itu bukanlah orang asing, bukan juga orang sembarangan.""Kalau memang orang itu mengancam, kenapa tidak lapor pada pihak nerwajib saja Ray
Read more
Mimpi Buruk
Derap langkah kaki Ray memecah keheningan pagi."Aku harus berangkat lebih awal sayang," kata Ray yang menuruni anak tangga dengan tergesa sembari mengancingkan lengan kameja yang dikenakannya.Sepia tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Mendengar Ray berbicara seperti itu, membuatnya kesal dan sengaja menghentakkan gelas yang diletakkannya dengan cukup keras ke atas meja."Karena Arumi kamu sampai meninggalkan sarapan terus?" Semakin hari ia semakin muak karena Ray bahkan sering sekali pergi begitu saja tanpa memberitahukan apa dan mau kemana. Tujuannya apalagi kalau bukan Arumi. Menemaninya ke psikiater lah, kemana lah."Sayang ak-""Entah Arumi memang mengidap skizofrenia benar atau tidak aku gak peduli Ray. Harusnya kamu gak bersikap berlebihan seperti itu, pertama Arumi itu hanya orang asing, kedua bukan urusan kita dan bukan urusanmu. Kalau memang kebenarannya ada yang mengancam kita, biar aku saja yang melaporkan ke pihak berwajib kalau kamu tidak bisa. Atau jangan-jan
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status