All Chapters of Kesempatan Kedua untuk Cinta: Chapter 31 - Chapter 40
84 Chapters
Hal-hal yang Hancur
Satu bulan kemudian…“Kenapa lama sekali?” tanya Ray sembari mengenakan kemeja berwarna abu – abu gelap.Setelah kepergian Sepia dan setelah siang itu, Ray sering sekali bermalam di apartemen Arumi. Ray sering datang dalam kondisi mabuk berat. Perihal batasan, sudah tidak ada lagi jarak diantara keduanya. Karena ia merasa tidak memiliki kesempatan atau pun jalan untuk memperbaiki kesalahannya, sudah terlanjur. Kesedihan yang ia alami membuatnya hancur, ia tidak sadar bahwa perbuatannya juga menghancurkan Arumi secara perlahan.“Sebentar Ray,” Arumi menyemprotkan parfumnya, semerbak wangi langsung memenuhi seisi ruangan. Membuat Ray beranjak dari duduknya dan berjalan pelan menghampirinya.“Lama sekali sih.” Ray mengecup rambut Arumi dari belakang. Sementara tangannya mendekap bahu Arumi.“Ray jangan lakukan itu.” Arumi menolak sentuhan-sentuhan Ray. Sentuhan yang kadang menimbulkan rasa panas bagi Arumi. “Tunggu saja di mobil, aku akan menyusulmu.” Ia mendorong tubuh Ray ke luar pintu
Read more
Aura Berbeda
Sudah tiga puluh hari berlalu, waktu begitu cepat berlalu namun kenangan buruknya tetap begitu sulit dilupakan.Meski proses perceraian masih berjalan dan belum tuntas, Sepia sudah pergi ke Jakarta untuk pekerjannya. Ia terpaksa meninggalkan Bandung dan Shabiru demi memulihkan diri sepenuhnya. Lagipula setiap akhir minggu, ia selalu pulang ke Bandung. Beruntung Sepia juga memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Meski tak ditampik, pembicaraan miring masih kerap menyasar dirinya. Ia tinggal di rumah Oma Ina, selain dekat dengan kantonya, Oma Ina juga memaksanya untuk tinggal bersamanya. Karena tidak enak akhirnya ia menurut. Sepia menghela napas, menutup catatan, dan memasukkan barang-barang miliknya ke dalam tas. Suasana kantor di sore ini memang sudah cukup sepi. Hanya beberapa orang yang pekerjaannya masih menumpuk yang berada di dalam ruangan itu. [Pia, weekend ini beneran enggak pulang ‘kan? Kita jalan-jalan sekali-kali biar kayak ABG lagi hehe.] ia baru saja menerima pesan
Read more
Anyer
Pantai Anyer, Banten.“Maukah kamu menikah denganku?”Seorang laki-laki bertekuk lutut di atas putihnya hamparan pasir pantai anyer. Suara laki-laki itu cukup jelas terdengar, menyela deburan ombak yang menghantam karang. Ditambah dengan latar indahnya matahari terbit, ia mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Ia mengangkat kepalanya, melihat rekahan senyum perempuan dengan rambut tergerai di hadapannya.Pagi ini seharusnya menjadi awal liburan yang bagus bagi Sepia dan Elea, namun apa yang terjadi di depan mata mereka cukup mengganggu suasana hati mereka. Bukan, bukan Sepia ataupun Elea yang dilamar. Mereka berdua hanya menyaksikan pemandangan itu.Niat hati ingin menikmati indahnya pemandangan matahari terbit pantai anyer, justru mereka malah menjadi penonton sepasang kekasih yang mengutarakan perasaannya.“Alea, kita pindah saja. Cari tempat yang lain, melihat mereka aku jadi merasa …,”Ada sepotong ingatan yang kembali, memaksa datang untuk mengusik kedamaian hati Sepia. Periha
Read more
Sanur dan kegelapan
Pantai Sanur, Bali.Ray meneguk minuman soda dalam genggamannya. Ia duduk di balkon hotel yang ia sewa, setelah menyelesaikan urusan pekerjaan tadinya ia berniat untuk berlibur menikmati Bali bersama Arumi. Namun sayangnya, perempuan itu menolaknya.Arumi terus mendesaknya agar segera menikahinya. Namun, rumitnya persoalan perceraian bukanlah satu-satunya alasan kenapa laki-laki itu menarik ulur waktu. Ia belum siap menghadapi gunjingan buruk yang akan merusak reputasinya. Bisnis, keluarga, dan nama baiknya akan hancur bersamaan jika ia tergesa mengambil keputusan.“Rasanya kepalaku pening sekali!” tangan Ray memukul tembok balkon, lalu kembali meneguk minuman sodanya sampai habis.Keadaan Ray memang sedang goyah. Kesalahan yang ia perbuat telah menghancurkan segalanya dan justru membuka masalah baru. Ia menyentuh Arumi dalam keadaan perasaan terguncang, meski ia dalam keadaan sadar. Ketakutan baru kembali menyergap Ray, ia takut Arumi akan hamil. Ia belum siap dan ia cemas dengan bis
Read more
Seseorang Dari Masa Lalu
Harum masakan memenuhi seisi ruangan. Sepia meletakkan piring berisi telur setengah matang di meja makan. Sementara di piring lainnya telah tersaji pasta, makanan dari jenis kerang-kerangan, cumi, dan buah-buahan. Semuanya terlihat menggugah selera padahal Sepia dan Alea hanya makan berdua.“Aku merasa makanan ini terlalu banyak Al. Jangan sampai kita jadi boros dan membuang-buang makanan karena lapar mata,” Sepia menggaruk ujung alisnya.Ia menuangkan air mineral pada gelasnya. Lalu menyandarkan punggungnya di sanggahan kursi sambil menggulir layar ponselnya yang sudah lama tak ia sentuh.“Mumpung promo, jarang-jarang juga kita makan seperti ini. Sekali-kali tidak apa-apa kan boros sedikit. Lagipula perutku merasa benar-benar lapar. Berani taruhan, makanan ini akan kita habiskan.”Alea menarik kursi dan duduk di sebelah Sepia. Beberapa saat lalu Alea memesan makanan lewat aplikasi dengan alasan sedang promo dan malas harus mengunjungi tempat yang ramai.Sepia menghela napas. “Apa kat
Read more
Luka Lama
Banyak hal yang semestinya dilupakan. Banyak hal yang tidak harus diingat. Masa lalu seharusnya hanya kisah lama yang ketika mengingatnya kita hanya akan tertawa-tawa. Namun, kenyataannya banyak hal justru menjelma rasa yang mengabadi—rasa trauma dan sejenisnya atau mungkin kecewa yang terlampau dalam. Ingatan lama dalam kepala Sepia terus berputar cepat bagai tampilan sebuah film, berganti-ganti memperlihatkan banyak banyangan yang semu—warnanya pudar termakan seperti termakan waktu. Hanya saja, rasa lukanya masih mengabadi lekat sekali.“Kenapa takdirku malang sekali?” Sepia merintih dalam hati.Sepia menghela napas, masih tidak menyangka bahwa hatinya kembali merasa gelisah seperti anak SMA yang gagal move on dari pacarnya.“Panji?” ucap Alea ketika Sepia masih duduk dalam lamunannya.Sepia mengangkat kepalanya dan seketika matanya melebar, menatap lurus perempuan di sebelahnya. Bayangan yang sejenak melintas mendadak buyar berantakan, ia mengerejap. Ia menarik napas panjang lalu b
Read more
Bukan Kebetulan
Sepia duduk dengan nyaman di kursi. Di depannya layar laptop menampilkan banyak orang yang sedang mendengarkannya berbicara. “Pada era yang serba digital ini, novel digital juga turut mengalami peningkatan karena berbagai kemudahannya. Selain praktis, diharapkan dengan pesatnya novel digital ini mampu mengurangi limbah percetakan, kemudahan bagi penulis menuangkan karyanya dan tentunya hemat dari banyak segi.”Sepia tersenyum lega setelah sesi webinar selama dua jam lamanya berakhir dengan lancar. Acaranya cukup menyenangkan dengan peserta yang aktif dan antusias bertanya. Forum diskusi online sudah dihentikan, sekarang ia tinggal kembali pada pekerjaannya. Satu hal lagi yang ia hampir lupa, ia juga harus melakukan rapat dengan beberapa penulis yang akan dilakukan dengan santai di sebuah kafe pada jam dua siang nanti.“Wah, Kak Sepia keren banget!” puji Karin. “Acara kali ini berjalan dengan lancar, malah lebih lancar dari biasanya. Kalo gitu, buat acara webinar lainnya aku rekomenda
Read more
Pertemuan
“Yang dulu sedekat nadi, lalu berjarak sejauh matahari. Kini ia kembali lagi, tapi untuk apa? Apa tujuannya?”Sepia masih ingat betul, laki-laki yang sekarang ada di hadapannya itu adalah orang yang dulu sangat dekat dengannya. Seorang laki-laki yang piawai memainkan gitar yang suaranya sangat merdu ketika menyanyikan sebuah lagu. Laki-laki yang tidak segan selalu memancing perhatian Sepia dan yang sangat peduli dengannya. Laki-laki itu adalah orang yang beberapa hari terakhir ini sangat ia hindari. Sekarang ia muncul lagi di hadapan Sepia. Jika dilihat lebih dekat laki-laki bernama lengkap Panji Yudha Pramudya itu sangat banyak berubah dari segi fisik, dulu tubuhnya sangat kurus, kulitnya sedikit lebih gelap, dan ia sering mengenakan pakaian yang berwarna cerah.Namun, kini Panji jauh lebih berbeda. Kulitnya bersih, tubuhnya lebih berisi, dan ia mengenakan pakaian berwarna netral. Apalagi ketika melepas topi dan maskernya. Satu hal lagi yang membuatnya lebih terlihat menarik, yakni k
Read more
Dua Tamu
Ini bukan kali pertama dan seharusnya bukan masalah besar jika Panji kembali datang dalam kehidupan Sepia. Bukan hanya datang, melainkan dekat dan terikat oleh pekerjaan. Berkali-kali Sepia berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk berdamai dengan perasaannya, tapi lagi-lagi luka lama malah semakin terbuka lebar.Sepia duduk gelisah di depan jendela kamarnya. Aroma the jahe yang ia buat masih semerbak, meski uapnya sudah tak lagi mengepul dan mulai dingin. Ia menatap jendela yang basah, hujan kembali mengguyur cukup deras. Anehnya ia merasa, setiap ia sedih pasti hujan ikut turun. Entah kebetulan atau bagaimana mungkin perasaannya dan langit memang memiliki cuaca yang sama.Perkataan Panji yang menginginkan mereka bisa berteman baik lagi terus terngiang memenuhi telinga Sepia. Perkataan yang berhasil membuat pikirannya bising, terganggu.[Benarkah? Kok bisa sih?!] Alea.Sepia mendesah kecewa, ia sudah menceritakan perihal pertemuannya dengan Panji pada Alea.“Aku harus bagaimana …,” I
Read more
Undangan
Hari ke hari semuanya tampak sibuk. Peluncuran buku akan semakin dekat, tim marketing juga disibukkan dengan promosi yang semakin gencar. Diksi-diksi indah memenuhi laman sosial media penerbit, postingannya berupa teka-teki penuh misteri tentang buku terbaru dari Panji.“Panji itu sebenarnya udah nerbitin tiga buku, Pi di penerbit kita. Bergabungnya dia itu pas banget sejak kamu baru keluar, tapi dia juga hiatus tiga tahun terakhir dan baru nongol lagi tahun ini. Aku seneng sih, soalnya buku-buku dia itu laku abis. Jadi ya, dia ngasih banyak keuntungan buat kita, aku kan jadi ngerasa enggak harus banting otak buat promosi keras,” jelas Ara.Sepia baru tahu hal itu. Ia tidak tahu bahwa Panji pernah pulang dari Jepang dan bergabung sebagai penulis di kantor tempatnya bekerja. Karena memang selama itu mereka benar-benar tidak saling bertukar kabar.“Oh, aku pikir dia baru. Pantas saja Bu Nawang memberikan naskah dia yang paling prioritas,” Sepia menyahut pendek, seperti tidak terlihat te
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status