Semua Bab Istri Lugu Presdir Dingin: Bab 141 - Bab 150
480 Bab
Bab 140
Nia pun perlahan membuka matanya, melihat sekitarnya dan mencoba untuk mendudukkan tubuhnya."Tidak usah bangun, istirahat saja dulu," Dion pun mencoba untuk membantu Nia.Namun di tepis begitu saja membuat Niko menahan tawa."Mmmmfffffpp."Niko bagaikan menonton sebuah adegan film dimana suami yang memohon maaf pada istrinya, bedanya ini adalah nyata.Jadi rasanya jauh lebih menyenangkan dan juga lucu dapat hiburan tersendiri saat lelahnya bekerja.Dion pun melayangkan tatapan tajam padanya, bukannya diam tawa Niko malah pecah."Ahahahhaha."Plak!Dion pun memukul wajah Niko, persis seperti seorang yang akan memukul nyamuk.Hingga membuat tawa Niko, pun terhenti dengan seketika itu juga."Ah!" Niko pun meringis menahan sakit.Dion pun beralih menatap Nia, perduli setan pada Niko yang menjadi korbannya."Kamu sudah lebih baik?"Nia pun memilih untuk turun dari tempat tidur rumah sakit itu, kemudian berjalan menuju kamar Dila."Ahahahhaha," lagi-lagi Niko tertawa lepas melihat Dion yan
Baca selengkapnya
Bab 141
"Kamu mau makan sesuatu dulu?"Nia tidak perduli dengan pertanyaan Dion, saat ini dirinya hanya memikirkan cara untuk bisa bangkit dan sukses dengan caranya sendiri.Mungkin saja bisa membuat kue seperti apa yang dikatakan oleh Ibunya.Nia ingin memiliki penghasilan sendiri dari pekerjaannya sendiri sehingga bisa membesarkan anak-anaknya tanpa mengikuti aturan orang lain."Nia," lagi-lagi Dion pun memangilnya, tapi sampai saat ini pun Nia memilih untuk tidak perduli.Bahkan keduanya duduk tidak bersebelahan, Nia duduk di jok belakang. Semetara Dion yang mengemudi mobil.Sesekali Dion melihat Nia dari pantulan kaca spion.Sungguh sulit untuk mengajak wanita itu untuk berbicara saja, karena Nia tampak tidak peduli sama sekali."Nia, Mas masih suami mu!" Kata Dion yang mencoba untuk mengingatkan akan status keduanya."Sedang proses cerai, lagi pula aku tidak mau lagi bekerja untuk mu!" Jawab Nia.Dion pun menepikan mobilnya, menatap Nia dari kaca spion mobil dengan tajam.Nia pun memilih
Baca selengkapnya
Bab 142
"Nia!" Seru Dion baru menyadari bahwa Nia sudah pergi menumpangi ojek.Sayangnya Nia memilih untuk tidak perduli, karena saat ini dirinya hanya butuh ketenangan saja.Hingga akhirnya Nia pun meminta untuk berhenti, padahal belum juga sampai di rumah.Nia pun memilih untuk berada di luar sejenak, meluapkan air mata yang sebenarnya ingin mengalir keluar.Karena tidak ingin ibunya mendegar tangisannya jika menangis di rumah.Akhirnya kini Nia pun duduk di tepi danau buatan, di pinggang kota, kemudian menumpahkan segala kekesalan yang ada dengan air mata yang tertahan sejak tadi.Menangis dengan sebanyak-banyaknya untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.Punggungnya pun tampak bergetar hebat menahan rasa sesak di dada.Mengingat apa yang dikatakan oleh Dion barusan yang hanya memikirkan anaknya, lantas bagaimana dengan anak yang ada di rahimnya.Mengapa seakan tidak sama, bukankan Nia begitu tulus menyayangi Dila.Mengapa tidak dengan Dion, apakah Dion sudah lupa saat menidurinya.Ni
Baca selengkapnya
Bab 143
Hari ini Nia merasa kesal karena pengadilan agama tidak bisa mengabulkan permohonan cerai. Sebab, dirinya yang sedang mengandung.Bahkan dirinya yang hanya dengan tangan kosong tidak mungkin bisa melawan Dion yang memiliki seorang pengacara hebat.Akhirnya Nia hanya bisa pulang dengan membawa kekesalannya.Tidak bisa bercerai dalam keadaan hamil, sementara Nia tidak ingin terikat pernikahan lagi dengan Dion.Nia ingin bahagia, rasanya sangat tidak nyaman dengan rumah tangga yang diawali karena keterpaksaan itu.Namun, lagi-lagi Nia terlalu lemah untuk itu. Sebab, Dion jelas menolak untuk bercerai, bahkan semua alasan yang diberikan oleh Nia tidak dapat membuat mereka bercerai dengan mudah, seperti apa yang diinginkan oleh Nia sendiri.Hingga akhirnya saat Nia duduk di halte menunggu bus. Namun, malah mobil Dion yang berhenti di hadapannya.Benar saja, sesaat kemudian Dion pun turun dan langsung menghampiri dirinya."Nia, ayo pulang," Dion pun langsung menarik tangannya, tanpa menunggu
Baca selengkapnya
Bab 144
"Kamu kenapa?"Farah melihat wajah Nia yang begitu masam, hingga anaknya itu duduk di kursi meja makan.Kemudian terlihat meneguk mineral.Begitu juga dengan Farah yang duduk di kursi meja makan."Kenapa ya Bu, di mana-mana orang miskin selalu ditindas mulu?""Kenapa bicara begitu?""Mau cerai aja susahnya minta ampun, Nia cuma mau cerai tapi sulit banget. Bahkan Nia nggak bisa cerai!"Nia pun segera bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju kamar Farah untuk melihat Zaki di sana.Tidur Zaki tampak begitu lelap, membuatnya pun segera kembali keluar dari kamar tersebut. Sebab, tak ingin membuat tidur Zaki terganggu."Bu, Nia ke pasar dulu ya. Mau bikin kue aja, susu Zaki juga udah tinggal sedikit.""Lho, kamu kan baru sampai. Istirahat dulu.""Nggak papa Bu, kebetulan cuacanya juga sedang bersahabat. Soalnya enggak panas-panasan banget.""Ya, sudah, hati-hati."Nia pun segera menuju pasar dengan menggunakan sepeda motornya. Namun, saat berada di lampu merah malah melihat seseoran
Baca selengkapnya
Bab 145
Sore harinya Nia dan Asih pun kembali ke rumah setelah menitipkan kue buatan mereka pada warung-warung kecil.Sementara sisanya di jual sendiri, dengan cara menawarkan pada orang-orang yang ditemuinya.Hingga akhirnya kue buatan mereka hanya tersisa beberapa saja."Kalian sudah pulang?" Farah pun tersenyum melihat Asih dan Nia."Udah Bu."Nia dan Asih pun berjalan ke arah teras dan melihat Zaki yang sedang meminum susu di pelukan Farah."Zaki, udah bisa beli susu. Soalnya hari ini Ibu dan Tante Asih udah dapet duit," kata Nia yang berbicara pada anaknya."Ya sudah, sebaiknya kalian istirahat dulu. Sepertinya kalian sangat kelelahan sekali.""Asih masuk dulu ya, Bu," sambil melewati Farah, Asih masih sempat menoel pipi gembul Zaki.Semetara Farah tersenyum melihat wajah Asih dan Nia yang tampak penuh dengan semangat."Kalau lapar makan saja, Ibu sudah masak.""Iya Bu," jawab Asih dari dalam rumah.Hingga akhirnya Nia pun masuk ke dalam kamar mandi dan memandikan tubuhnya, setelah seles
Baca selengkapnya
Bab 146
Nia pun merasa paginya jauh lebih segar dari pada sebelumnya, hingga pada pagi ini dirinya sangat bersemangat untuk membuat kue bersama dengan Asih.Belum lagi mendadak ada seorang wanita yang memesan kue dalam jumlah yang begitu banyak."Apa Ibu tadi sedang ada acara ya Nia?" Tanya Asih sambil membuat adonan."Nggak tahu juga, soalnya dia nggak bilang apa-apa selain pesan kue kita.""Gitu? Semoga aja ini awal yang baik untuk kedepannya, mana tahu bisa begini terus setiap harinya.""Iya benar sekali."Keduanya pun kembali membuat kue tanpa ingin memikirkan banyak hal, sebab yang terpenting untuk hari ini ada banyak pesanan kue yang diterimanya.Beberapa jam kemudian seorang wanita yang tak lain adalah si pemesan kue pun kembali untuk mengambil pesanannya."Apa pesanan saya sudah selesai?""Sudah, Bu." Nia pun memberikan kue yang sudah di bungkus dengan sebaik mungkin, hingga membatu memasukan ke dalam mobil wanita tersebut."Terima kasih. Dan, ini uangnya."Nia pun menerimanya dengan
Baca selengkapnya
Bab 147
Nia duduk di samping Dion, jika saja bukan karena pintu pada bagian belakang tidak bisa di buka dia tidak akan mau duduk di depan.Ya, Dion yang melakukan itu semua. Membuat pintu pada bagian belakang tidak bisa di buka agar Nia duduk sampingnya.Ada-ada saja ulah Dion yang kini mendadak menjadi aneh.Tapi anehnya Dion malah tidak dapat fokus pada jalanan, sebab hanya fokus pada Nia yang malah semakin bertambah cantik di matanya.Bahkan membuatnya hampir saja menerobos lampu merah karena terlalu asik melihat wajah cantik Nia."Mas!" Seru Nia menunjuk arah depan, karena ada banyak kendaraan dari arah yang berlawanan.Dion mengerem mendadak, dirinya juga shock bukan main.Hingga suara klakson dari kendaraan lainnya terdengar, tentunya itu adalah luapan kekesalan pada Dion yang hampir membuat orang lain ikut kecelakaan."Maaf," Dion pun merasa tidak enak karena hampir saja membuat celaka."Tidak butuh, cepat! Itu sudah lampu hijau. Kenapa sih Mas? Kok aneh banget?" Tanya Nia yang kini ma
Baca selengkapnya
Bab 148
Setelah satu jam berlalu Nia pun terbangun dari tidurnya, sementara Dila masih tampak begitu lelap dalam tidurnya."Bu, Nia pamit ya. Soalnya, kasihan Zaki di tinggal terus sama Ibu," pamit Nia."Begitu?" Bunga tampaknya bersedih saat Nia berpamitan pulang, tetapi bagaimana lagi. Apa lagi alasan Nia adalah anaknya, "ya sudah, hati-hati. Jaga juga cucu Ibu yang ini," Bunga pun mengusap perut Nia yang sudah mulai membuncit itu.Semetara Dion hanya melihat saja, tapi sebenarnya juga ingin mengelusnya.Hanya saja tidak berani, lagi pula sudah pasti di tolak nantinya."Iya Bu.""Kamu pulang dengan Dion kan?""Iya Ma," jawab Dion dengan cepat, bahkan langsung bangkit dari duduknya."Baguslah kalau begitu, karena Mama nggak mau lihat seorang suami yang tidak tahu diri. Apa lagi lepas tanggung jawab terhadap istri dan calon anaknya!" Kata Bunga menyindir Dion.Membuat Dion pun menunjukan wajah masamnya karena kesal pada Bunga."Mama, ngomongin Dion?" Tanya Dion."Ngomong tentang seorang pria,
Baca selengkapnya
Bab 149
"Nia, tolong dengarkan Mas dulu. Jangan biasakan pergi begitu saja, Nia!" Nia pun memilih untuk masuk ke dalam rumah, tanpa perduli pada Dion yang terus saja memanggil namanya.Hingga akhirnya Dion pun memutuskan untuk menyusul masuk, Nia yang tidak menyangka ternyata sedang membuka pakaian.Bermaksud ingin mengganti dengan piama agar lebih nyaman.Namun, ternyata Dion sudah berdiri di ambang pintu kamar. Dengan refleks Nia pun berteriak.Aaaaa!Bertepatan dengan tetangga yang mengantarkan makanan yang sudah berdiri di ambang pintu masuk.Mendengar dengan jelas suara teriakan Nia, membuatnya panik dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa ijin.Sebab, takut ada yang sedang butuh pertolongan di dalam sana."Kamu mau melecehkan aku!" seru Nia.Nia pun cepat-cepat memakai kembali pakaiannya, kemudian mengambil sapu yang kebetulan sedang berada di dekatnya.Kemudian memukuli Dion karena terlalu terkejut.Seketika Ainun, tetangga yang menyaksikan itu semua pun ikut panik dan berpikir jika D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
48
DMCA.com Protection Status