Semua Bab Istri Lugu Presdir Dingin: Bab 151 - Bab 160
480 Bab
Bab 150
"Nia! Obati Dion dulu, kamu mau ngapain?" seru Farah.Hingga suaranya terdengar sampai ke dalam sana.Tetapi Nia memilih tidak perduli hingga Farah pun menyusul masuk ke dalam kamar Nia."Nia, kamu dengar tidak Ibu bicara. Itu karena kamu, jangan sampai kamu jadi penjahat karena kebencian mu itu!"Nia pun akhirnya ke luar dan melihat Dion di sana dengan rasa malas."Cepat bangun!" kata Nia depan wajah ketusnya.Dion pun merasa begitu bahagia, kemudian mengulurkan tangannya pada Nia berharap bantuan.Dengan kesal Nia pun membantunya, karena tak ingin dimarahi oleh Farah yang kini sudah keluar dari kamar dan melihat mereka."Cepat obati, jangan jadi manusia jahat!" setelah mengatakan itu Farah pun segera pergi."Mas, perasaan kakinya nggak separah itu deh. Lagian ibu-ibu tadi cuman mukulin punggung kayaknya, kok mendadak menjadi aneh seakan parah banget?""Nia, ini parah banget. Semuanya sakit sekali.""Lebay.""Aduh sakit," ringis Dion kesakitan."NIA!" seru Farah yang mendengar suara
Baca selengkapnya
Bab 151
"Nia, kita belanja bahan kue yuk. Soalnya besok pagi-pagi sekali kita, 'kan udah bikin kue lagi. Kamu lupa pesanan Ibu itu?"Wajah Nia pun seketika itu tidak bersemangat, karena mengingat bahwa wanita tersebut adalah suruhan Dion."Nggak usah lah Asih, soalnya itu perempuan adalah orang suruhan Mas Dion," jelas Nia dengan malas."Ya juga ya, kamu kan udah bilang ke aku tadi. Tapi, kita kan tetap nitip di warung-warung kecil itu. Katanya sih kue kita laku di sana.""Apa iya?" Nia pun langsung melihat Asih dengan rasa penasaran."Iya, barusan aku sama Ibu ke sana. Sambil ngambil uang penjualan kue yang kemarin itu.""Waw, kalau gitu kita buat cuman buat nitip aja. Soal wanita yang memesan kue itu kita lupakan saja," kata Nia dengan yakin."Ya udah, aku setuju."Keduanya pun kembali bersemangat untuk membuat usaha mereka yang kecil itu, berharap bisa menjadi salah satu pengusaha kue suatu hari nanti.***Seperti apa yang sudah di bicarakan kemarin hari, untuk hari ini Nia dan Asih pun di
Baca selengkapnya
Bab 152
"Hey, apa mereka masuk ke dalam kamar?" tanya Asih yang melihat Nia dan Dion masuk ke dalam kamar.Sebab antara dapur dan Kamar Nia cukup berdekatan."Em, katanya tidak menganggap suami. Tapi, main masuk kamar," umpat Asih.Kemudian Asih pun kembali melanjutkan pekerjaannya.Sedang Nia melepaskan tangan Dion, kemudian menutup pintu agar tidak ada yang mendengar apa yang dia katakan.Terutama Farah, karena Dion semakin merasa korban jika sudah ada Farah di antara mereka.Karena seperti tujuan awal, berbicara berdua tanpa ada orang lain agar Nia bisa berbicara tegas pada Dion."Mas, mau kamu apa sih? Kamu mau Ibu benci sama aku? Kaki kamu juga baik-baik saja, nggak usah aneh-aneh!" kesal Nia.Sedangkan Dion hanya diam dan membalasnya dengan senyuman manisnya."Mas, aku ngomong! Kamu dengar tidak!" seru Nia semakin kesal saja karena Dion yang tampak biasa saja.Padahal dirinya sedang mengajak berbicara, menyelesaikan masalah mereka."Mas!""Em?" jawab Dion.Dion pun melangkahkan kakinya
Baca selengkapnya
Bab 154
Asih semakin gemetar berada di depan pintu kamar Nia.Bahkan sampai mengeluarkan kencing, sedangkan pikirannya sudah jauh entah di mana."Kenapa kaki ku berat sekali untuk melangkah saja sulit," gumam Asih dengan tubuh yang semakin gemetaran.Otaknya mengatakan ingin segera pergi dari sana, tapi tidak dengan tubuhnya yang tak bisa bergerak sama sekali.Telinganya masih mendengarkan suara dari dalam sana.Suara Nia yang lagi-lagi menjadikan dirinya menjadi begini.Suara itu terdengar begitu aneh dan dia yakin apa yang dia pikirkan adalah kejadian yang sebenarnya tanpa terkecuali."Mas, bukain! Aku mau keluar!""Ambil sendiri, kalau bisa!" Dion semakin menjauhkan dirinya, Nia pun menatapnya dengan begitu tajam."Benar-benar tua bangka!" maki Nia."Apa?" Dion terkejut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nia.Tapi, tidak ada kemarahan. Malahan lucu saja di telinganya."Tua bangka!" Nia pun mengulang kalimatnya tanpa rasa takut.Agar telinga Dion yang sudah tidak berfungsi dengan baik i
Baca selengkapnya
Bab 155
Nia dan Asih pun selesai membuat kue, hingga akhirnya Nia pun merasa cukup kelelahan.Dengan segera meneguk mineral dan duduk di kursi meja makan untuk sejenak beristirahat."Kamu capek banget kayaknya?" tanya Asih yang juga duduk di samping Nia."Sedikit, tapi harus tetap semangat kan?""Iya sih, tapi jangan dipaksa juga. Kasihan kandungan kamu."Nia pun mengangguk mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Asih."Anak Ibu kuat ya, Nak. Sehat-sehat juga ya," Nia pun mengusap perutnya seolah sedang berbicara pada janinnya.Asih ikut tersenyum melihatnya, meskipun dengan banyaknya pekerjaan tapi tetap saja Nia tak pernah mengeluh di saat sedang banyaknya pekerjaan yang harus di lakukan."Nia!" seru seseorang dari luar sana.Membuat Nia dan Asih pun saling pandang, dengan segera Asih bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang ada di luar sana."Ada apa Bu?" tanya Asih sambil melihat wanita gemuk yang ada di hadapannya."Asih, Nia ada?" wanita itu tampak panik, dan ingin segera bertemu
Baca selengkapnya
Bab 156
Malam harinya Nia pun sibuk menyuapi Dila, entah mengapa Nia begitu menyayangi Dila padahal Nia begitu membenci Dion.Bahkan hatinya begitu mudah luluh dengan melihat mata bocah itu saja.Sedangkan jika melihat Dion dan mengingat semua kejadian itu dirinya tak akan pernah bisa luluh sama sekali.Mungkin karena Nia sudah terlalu banyak tersakiti, sehingga memilih untuk pergi dan menutup perasaannya pada lelaki manapun.Termasuk pada Dion sekalipun."Enak nggak masakan Mami?" tanya Nia di sela-sela menyuapi Dila."Enak Mami, di rumah sakit makanya nggak enak. Besok Dila mau ayam goreng ya Mami," pinta Dila sambil terus mengunyah makanannya dengan begitu enaknya."Besok Dila masih nginep di rumah Mami? Memangnya Papi ijinin?" tanya Nia.Sebab, sepertinya Dila belum ingin pulang ke rumah."Nanti Dila ijin ke Papi lagi deh.""Iya, tapi abis ini, minum obat dulu ya. Minum obat nggak boleh telat," Nia pun mengingatkan Dila.Bahkan dengan nada suara yang cukup tegas, agar Dila tak bisa memban
Baca selengkapnya
Bab 157
"Udah ah, mending Mas pulang. Aku mau istirahat juga!""Kamu mengusir Mas?" "Iya!"Dion pun terdiam sejenak karena Nia yang terang-terangan memintanya untuk pergi."Apa lagi? Pergi sana.""Nia, sebarnya Mas tidak masalah jika kamu usir pulang --""--ya udah apa lagi? Pulang sana!"Dion pun lagi-lagi menarik napas, tapi berbicara dengan ibu hamil itu harus penuh dengan kesabaran.Hingga akhirnya setelah merasa Nia tidak lagi berbicara dia pun kembali lanjut berbicara."Mas, tidak mungkin pulang. Keadaan Dila masih terlalu mengkhawatirkan. Mas, hanya berjaga-jaga saja, bagaimana mungkin Mas bisa pulang tidak mungkin pula bisa tidur nyenyak," jelas Dion dengan suara pelan agar Nia mengerti.Nia pun hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan dari Dion, mungkin itu adalah sebuah alasan yang membuatnya menjadi lebih mudah luluh."Tapi, di sini nggak ada kamar Mas. Cuman ada dua kamar, satu kamar Ibu, satunya lagi kamar Nia!" terang Nia."Ya, tidak masalah Mas kan tidur sama kamu," jawab Di
Baca selengkapnya
Bab 158
Saat tengah malam tiba-tiba saja perut Nia berbunyi, sepertinya dia sedang merasakan lapar hingga tidurnya terasa tidak nyaman lagi.Namun, lagi-lagi rasa kesal itu datang melanda, penyebabnya adalah Dion yang masih memeluknya dengan erat.Hingga akhirnya dengan paksa Nia pun melepaskan diri.Dan saat itu Dion pun ikut terbangun dari tidurnya."Kamu mau kemana?" Melihat Nia yang menuruni ranjang, membuat Dion pun penasaran dan bertanya.Tapi, Nia hanya diam saja. Tidak ingin menjawab pertanyaan Dion barusan.Dengan segera memakai sendalnya dan keluar dari kamar.Dion pun segera menyusul Nia yang ternyata sedang membuka pintu, sesaat kemudian mengeluarkan sepeda motornya."Kamu mau ke mana? Ini sudah tengah malam?" tanya Dion lagi.Tapi, lagi-lagi Nia memilih untuk mengacuhkannya, karena perutnya sudah sangat lapar butuh diisi dengan sepiring nasi goreng yang biasanya dia makan di penjual kaki lima yang ada di persimpangan jalan sana.Bukan dengan menjawab pertanyaan Dion yang sama se
Baca selengkapnya
Bab 159
Pagi harinya Nia pun terbangun, melihat jam yang terpasang di dinding yang ternyata sudah tidak bisa di sebut sebagai pagi.Karena, matahari pun sudah memancarkan sinarnya dengan begitu terang."Dila, udah makan?" tanya Nia yang melihat Dila yang duduk di kursi meja makan sambil memainkan boneka kecil milik Nia."Udah, Mami. Mbak Asih yang nyuapin," kata Dila."Syukurlah," Nia pun merasa lebih tenang, sebab Dila tidak boleh telat minum obat."Cie, telat bangun ya. Enak ya di kelonin sama suami," goda Asih yang baru saja keluar dari kamar mandi."CK! Minggir!" Nia langsung menyenggol Asih, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.Sedangkan Dion entah di mana, sebab saat Nia terbangun pun sudah tidak ada di sampingnya.Dan sama sekali tidak membuat Nia penasaran kemana perginya Dion.Setelah menyelesaikan ritual paginya, Nia pun kini duduk di kursi meja makan.Sarapan pagi dengan nasi goreng kampung dan juga telur mata sapi kesukaannya, tampaknya pagi ini Asih yang memasak."Dila, nggak bos
Baca selengkapnya
Bab 160
"Kamu sedang apa?" tiba-tiba saja Dion muncul, membuat Nia tersentak seketika."Mas, kamu itu bisa nggak jangan ngagetin aku?" Nia tampak begitu kesal, bahkan tatapannya begitu tajam mengarah pada Dion.Sedangkan Dion hanya diam saja sambil berjalan mendekati ranjang dan duduk di bagian sisinya.Membuat Nia semakin kesal saja, dirinya sangat lelah seharian ini membuat kue pesanan.Tapi Dion malah semakin membuatnya emosi."Kamu ngapain di sini?""Memangnya kenapa?"Ya ampun, Nia pun mengepalkan kedua tangannya yang menggantung."Mas, aku mau pakai baju!""Lalu, masalahnya di mana?" Dion hanya biasa saja dan tidak terpancing amarah sama sekali.Matanya hanya melihat Nia yang hanya berbalut handuk, setelah selesai mandi.Dada wanita itu tampak semakin membesar saja, mungkin karena kehamilannya.Dion sangat hapal dengan lekuk tubuh Nia."Mas, keluar. Aku mau pakai baju baju!" Nia pun menunjuk arah pintu, meminta Dion untuk keluar dengan segera.Sungguh tidak nyaman berpakaian dengan adan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
48
DMCA.com Protection Status