All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 171 - Chapter 180
189 Chapters
BAB 172
“Apa yang dibicarakan Adit pada Kak Rizal?” tanya Nuri penasaran.Rizal menghela nafasnya. “Apa kamu sudah memikirkan matang-matang tentang hubungan kalian, Dek?”“Aku sudah memikirkannya matang-matang saat aku menerima lamarannya, Kak. Bukankan sudah pernah kukatakan pada kalian?”“Jangan menikah hanya karena terpaksa, Ri. Jangan menikah hanya karena sudah telanjur berjanji. Jangan menikah karena ingin menyenangkan orang lain. Kamu yang akan menjalaninya, kata orang menikah itu adalah ibadah terlama. Banyak hal yang akan kamu lakukan di dalamnya, maka jika sedikit saja hatimu goyah dengan pernikahanmu maka kamu tidak akan merasakan kebahagiaan,” ucap Andin menimpali.“Kenapa terpaksa, Ndin? Apa Adit mengatakan itu pada kalian? Entah mengapa aku merasa sejak pulang dari Jerman Adit berusaha menghindariku.”“Jangan berburuk sangka padanya, Dek. Dia lelaki yang baik, itulah kenapa ibu merestuinya ketika dia mengatakan akan meminangmu,” ucap Rizal.“Aku tidak berburuk sangka, Kak. Aku ha
Read more
BAB 173
“Iya, Nak. TPA dan Rumah Tahfidz yang ibu ceritakan tadi bahkan diberi nama “TPA Bilqis” dan “Rumah Tahfidz Bilqis”. Setiap hari anak – anak serta Ustadz dan Ustadazah yang mengajar disini mendoakan perkembangan bayi Bilqis. Bayi itu seolah menjadi pembawa keberuntungan bagi masyarakat disini. Bahkan sudah ada beberapa donatur yang ingin menyumbangkan hartanya di TPA dan Rumah Tahfidz Bilqis untuk beramal jariyah, namun ibu masih kewalahan mendatanya. Kata Nak Andri beliau akan mencari seorang admin untuk membantu ibu mengurus administrasi TPA.”“Kata Mas Andri? Mas Andri menelpon ibu?”“Iya, Nak. Bahkan pernah sekali kesini melihat pembangunan TPA dan meminta izin menginap di rumah ibu.”“Apa??? Mas Andri menginap di rumah ibu? Kenapa Ibu mengijinkan?”“Ibu pikir nggak ada salahnya, Nak. Nak Andri sudah kemalaman dan kecapean untuk balik dan menyetir mobil jadi memutuskan untuk menawarinya menginap di rumah.”“Terus Mas Andri….”“Dia tidur di kamarmu.” Bu Aisyah paham akan kemana ara
Read more
BAB 174
“Iya, Bu. Maafkan saya. Tapi saya juga nggak bisa membantah Pak Andri.”“Ya sudah, biarkan saja.”“Bu, apa boleh saya ngomong sesuatu?”“Ada apa, Bi? Ngomong aja.”“Terus terang saja, saya sangat merindukan suasana yang dulu di rumah ini?”“Maksud Bi Ina?”“Saya merindukan kehangatan keluarga Bu Nuri dan Pak Andri yang dulu, lengkap dengan Mas Aldy dan Non Nanda.”“Bi!!”“Maafkan saya, Bu. Mungkin saya yang terlalu berharap. Saya sangat merindukan suasana itu.” Mata Bi Ina berkaca-kaca. “Sekali lagi maafkan kelancangan saya, Bu.”“Nggak apa-apa, Bi. Aku paham keadaanmu, Bi Ina sudah membersamai keluarga kami selama belasan tahun dan kita sudah seperti keluarga. Aku mengerti bukan hanya padaku, tapi Bi Ina juga berbakti pada Mas Andri.”“Bukan itu, Bu. Saya hanya ingin melihat Bu Nuri dan Pak Andri bahagia seperti dulu, itu adalah tahun-tahun terbaik bagi saya selama bekerja disini.” Setetes bening menetes dari sudut mata Bi Ina.“Sudah ya, Bi. Jangan membahas hal ini.” Nuri menepuk le
Read more
BAB 175
“Assalamualaikum.” Nuri tak menanggapi candaan Adit dan segera menutup telponnya.Nuri terkejut ketika menyadari pintu kamarnya masih terbuka lebar, rupanya dia lupa menutupnya ketika masuk tadi karena penasaran ingin segera melihat ponselnya. Nuri melongok sekilas ke ruang tengah dan melihat disana sudah ada Andri menemani Aldy.‘Ah, apakah dia mendengar percakapanku dengan Adit tadi?’ Nuri menyadari suaranya ketika menelpon Adit tadi sedikit nyaring. Jika Andri sudah berada disana sejak tadi, bisa dipastikan lelaki itu bisa mencuri dengar pembicaraannya di telpon tadi. Nuri menghela nafas kasar dan menutup pelan pintu kamarnya."Mas janjian joging dengan Adit pagi ini?" Nuri memberanikan diri bertanya ketika Andri berpamitan pulang."Nggak, Dik. Hanya kebetulan saja," sahut Andri."Kebetulan? Rumah Adit jauh dari sini, Mas. Bagaimana mungkin hanya kebetulan joging di sekitar sini.""Aku nggak tau, Dik. Dia bahkan sudah ada didepan pagar ketika aku dan Aldy keluar hendak jogging tadi
Read more
BAB 176
“Ah aku suka wanita tegas sepertimu, Ri.”“Jangan mengalihkan pembicaraan, Dit!”Adit terkekeh pelan kemudian menghela nafasnya.Dia menatap dalam mata Nuri seolah mencari sesuatu di kedalaman mata wanita itu.Adit kembali menghela napasnya.“Beberapa hari di Jerman kemarin membuatku memikirkan semua yang telah terjadi dalam kehidupanku, dalam kehidupan kita. Bertemu kembali denganmu setelah belasan tahun adalah suatu anugerah tak terkira bagiku. Aku merasa berada di awan – awan ketika kembali bisa melihatmu, mendengar suaramu, bertemu dengan sosok yang kurindukan selama ini, sosok yang selalu diam dalam sudut hatiku dan tak pernah beranjak dari sana. Aku merasa semesta berpihak kepadaku saat mengetahui bahwa kamu sudah tidak memiliki pasangan saat akau menemukanmu, menemukan berlianku.” Adit menghentikan kalimatnya dan masih menatap dalam mata Nuri.Nuri diam menunggu Adit melanjutkan kalimatnya. Nuri membalas menatap mata Adit, mata yang selalu menatapnya dengan penuh kelembutan.“Se
Read more
BAB 177
“Tadi pagi saat aku joging dengan Andri dan Aldy, aku makin merasa sangat kecil dihadapannya. Sama sepertimu, aku melihat seluruh hati lelaki itu hanya terisi namamu. Tapi dia dengan berbesar hati mendoakanku, mendoakan hubungan kita yang nyata – nyata menyakitkan baginya. Bagi lelaki itu, kebahagiaanmu adalah yang utama. Itu yang mebuatku merasa kalah dihadapannya, aku masih sangat dikuasai ego dan nafsuku. Ego dan nafsu untuk memilikimu. Dan yang lebih membuatku salut adalah Aldy putramu, lelaki remaja itu terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya. Aku tau dimata putramu dia sangat mendambakan kedua orang tuanya kembali bersama, terlebih Andri terlihat sangat dekat dengannya. Namun dengan berbesar hati Aldy berusaha menerimaku, menerima orang asing yang hanya menjanjikan kebahagian bagi ibunya tanpa tau apakah dia betul – betul mampu mewujudkannya.”Air mata Nuri berderai ketika mendengar nama Aldy, Nuri terisak perlahan. Semua tentang anak – anaknya selalu sensitif bagi Nuri. Wanita
Read more
BAB 178
Nuri termenung sendirian di dalam kamarnya memikirkan semua yang dikatakan Adit padanya. Danis Raditya, pria berhati lembut yang selalu berusaha membuatnya tersenyum. Dan memang benar Nuri selama ini selalu tersenyum jika ada Adit, pria itu punya sejuta cara untuk berusaha membuatnya bahagia. Namun benar apa yang dikatakan Adit tadi, Nuri tak mendapati Adit di dalam hatinya. Tidak ada perasaan apapun yang dirasakannya saat bersama Adit. Tidak ada getaran halus layaknya wanita yang sedang bertemu dengan kekasihnya. Hatinya kaku, membeku di hadapan lelaki dengan tatapan lembut itu. Ya Allah, bagaimana aku harus menghadapi ini? Kepada siapa aku harus bertanya? Mengapa belum kutemukan jawabannya dalam sujud – sujud malamku? Mengapa masih saja bayangan Andri yang hadir di pelupuk mataku? Bagaimana aku harus menghilangkannya? Bagaimana dengan anak – anakku? Bagaimana dengan bayi Bilqis yang dititipkan Rini padaku sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya? Beberapa hari berlalu setelah A
Read more
BAB 179
Adit dan keluarga besarnya? Selalu ada rasa tidak percaya diri ketika Nuri memikirkan lebih dalam tentang mereka. Nuri wanita yang mempunyai kekurangan, dia bahkan sudah mengatakan hal itu pada Adit dan Bu Safa. Meskipun Adit dan Bu Safa sudah menjelaskan padanya bahwa mereka tidak mempermasalahkannya, namun Nuri selalu merasa ragu. Kecintaan Bu Safa pada anak-anak termasuk pada Aldy dan Nanda, membuat Nuri berfikir bahwa sesunggunya wanita paruh baya itu sangat mendambakan cucu dari garis keturunannya sendiri. Hal yang mustahil didapatkannya jika Adit menikahi Nuri. Hal yang menjadi kekurangan Nuri setelah dokter memvonisnya sudah tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan Nanda. Lalu Andri? Sampai kapanpun hubungannya dengan lelaki bermata elang itu tidak akan pernah benar-benar berakhir. Ada anak-anak titipan Allah di antara mereka. Ada kewajiban untuk menuntun kedua putra-putri mereka dalam menapaki kehidupan. Ada tanggungjawab besar yang bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat
Read more
BAB 180
Aku luruh, larut dalam keheningan yang dirasakannya. Aku larut dalam tetesan air mata yang tak pernah diperlihatkannya di depan siapapun. Aku tau hatinya menangis, aku tau hatinya berdarah, namun wanita itu selalu berusaha menyembunyikannya. Ingin rasanya kumaki pria yang telah membuatnya seperti ini. Aku cemburu setiap kali mendengar namanya, aku cemburu setiap kali melihat di mata Nuri hanya ada bayangannya, tapi aku tak kuasa menepis kehadiran pria itu.Namun kini, aku malah membuat keputusan berani dengan memberinya waktu untuk berpikir kembali. Padahal, di dalam hati kecilku aku sangat takut dia berubah pikiran dan kembali pada pria yang kuyakini telah mengisi penuh relung hatinya.Namun aku harus berani mengambil keputusan ini, aku bukan hanya ingin memiliki raganya tapi juga hatinya. Aku harus berani menerima apapun jawabannya nantinya. Aku tak munafik, aku sangat menginginkannya. Namun aku tak yakin sanggup menjalani hidup dengannya jika hatinya masih milik orang lain.Beberap
Read more
BAB 181
POV Andri FirmansyahPagi ini adalah pagi yang sangat ingin kuhindari, pagi yang sangat ingin kuhapus dari kehidupanku. Ingin rasanya aku terjaga dari tidur dan merasakan bahwa aku hanya sedang bermimpi buruk. Ya, pagi ini aku harus bersiap – siap untuk menghadiri pernikahan Nuri, wanita yang sejak aku mengenalnya selalu mengisi penuh ruang hatiku. Wanita yang dulu jiwa dan raganya kumiliki dengan seutuhnya. Wanita yang memberikan belasan tahun terindah dalam kehidupanku. Wanita yang akhirnya kukhianati dengan menikahi wanita lain. Hatiku berdarah –darah membayangkan bahwa pagi wanita itu akan resmi dan sah menjadi milik lelaki lain. Dan kini, aku harus mengubur semua harapan yang sempat hadir didalam hatiku. Aku harus mengubur dalam – dalam perasaanku padanya meskipun aku tak yakin bisa melakukannya. Ada rasa sakit yang aku sendiri tak yakin bisa tersembuhkan. Hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkannya. Biarlah waktu yang mengobatinya. Ada rasa sesal kenapa be
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status