Semua Bab TETANGGA BARU: Bab 21 - Bab 30
48 Bab
Bab 21
*******Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Selesai sarapan pagi. Mas Adrian telah lebih dulu berangkat ke toko. Sementara aku, baru saja mengunci pintu rumah dari luar. Hendak pergi ke panti pagi ini.Melewati teras, kubuka gerbang pagar lebih dulu. Sebelum kemudian membuka pintu garasi untuk mengeluarkan mobil.Setelah mobil berhasil kukendarai hingga keluar pagar. Aku kembali ke dalam halaman rumah. Menutup dan mengunci kembali pintu garasi. Begitu juga dengan gerbang pagarnya. Sedikit repot memang karena tak ada pekerja di rumah ini.Aku berdiri di samping pintu mobil. Berdiri sesaat sambil melihat ke arah rumah Mba Yolan yang pagarnya masih tertutup rapat. Tidak ada aktivitas yang kulihat dari halaman rumahnya itu.Katanya, hari besok dia akan pindah. Maka hari ini, aku menyempatkan untuk mengunjungi panti. Agar besok, aku bisa ikut mengantar Mba Yolan pindahan.Kutarik napas panjang. Lalu membuka pintu mobilku. Kuhempaskan bobotku di kursi kemudi. Gegas membawa kendaraan roda empa
Baca selengkapnya
Bab 22
Fano terlihat berjalan ke arahku. Dia sepertinya baru saja dari klinik umum yang ada di sebelah butik milik Stella ini."Kamu dari mana? Butik ini?" tanyanya."Iya, Fan. Aku mau ke panti asuhan, tapi mobilku tiba-tiba ngadat. Ga mau nyala. Aku nelpon Mas Adrian tapi ga diangkat. Kamu dari mana?""Aku dari klinik. Kebetulan habis dari rumah Mba Tami. Terus temenku yang punya klinik ini minta aku mampir. Ini aku baru selesai nemuin temenku. Karena dia udah mau buka praktek, jadinya aku ya keluar," jelasnya kemudian."Temen kamu dokter perempuan apa laki-laki, Fan?" "Laki-laki, Han. Kenapa emang?"Aku menyipitkan mataku menatap Fano. "Circle pertemanan kamu kayaknya kebanyakan laki-laki deh, Fan. Makanya kamu belum nikah sampai sekarang. Jangan-jangan …." Aku menggantung ucapkanku."Jangan-jangan apa? Kamu jangan sembarang ya, Han. Kamu mau bilang aku belok, iya? Enak aja kamu, Han. Aku masih normal. Masalah aku belum menikah, itu karena aku belum ketemu jodohku aja. Kamu lama-lama miri
Baca selengkapnya
Bab 23
**********Ap-ap-apah? Apa itu? Apa yang sedang mataku ini saksikan? Aku mengucek mata. Lalu kembali melihat dengan seksama.Aku menggeleng. Kubekap mulutku tak percaya.M-mas Adrian dengan … Mba Yolan?Mba Yolan duduk di pangkuan suamiku. Kedua tangannya melingkar di leher Mas Adrian. Sedangkan tangan Mas Adrian melingkar erat di pinggang ramping Mba Yolan.Mereka bercumbu dengan setengah kancing kemeja Mas Adrian telah terbuka. Sedangkan Mba Yolan terlihat memakai bra hitam. Karena kain bajunya telah diturunkan.Mas Adrian lalu turun ke dada Mba Yolan. Dia membenamkan wajahnya di sana. Hingga Mba Yolan kembali menjerit dan mendesah. Dengan kepala yang semakin menengadah dan ditarik ke belakang. Merasakan serangan yang Mas Adrian lancarkan di bagian dadanya.Dadaku sesak. Bulir bening lolos begitu saja dari kedua mataku. Kaki ini bahkan terasa lunglai. Seluruh tulang persendianku terasa dilolosi dari tempatnya.Apa yang ada dibenak Mas Adrian? Sampai bisa berbuat seperti itu pada tet
Baca selengkapnya
Bab 24
"Tunggu, Mba!" seruan Mba Yolan menahan kakiku yang baru saja melangkah."Kalau Mba melaporkan rekaman itu. Bukan aku dan Mas Adrian yang akan disidang di balai warga. Tapi justru, Mba Jihan yang akan malu!" ucapnya yang tidak aku mengerti.Lantas aku pun berbalik kembali menghadap mereka. "Apa maksud kamu?!" bentakku dengan nada tinggi."Kenapa aku yang malu? Kalianlah yang seharusnya malu, karena sudah berzinah seperti ini!" tukasku geram."Dengar, Mba! Aku dan Mas Adrian nggak berzinah. Kami sudah halal. Mba salah jika menuduh kami sudah berzinah!"Jedddar!Bagai disambar petir. Lututku lemas mendengar ucapan perempuan berambut sebahu itu. Apa maksudnya sudah halal?"Yolan!" Terdengar Mas Adrian menghardik perempuan yang berdiri di belakangnya itu."Biar, Mas! Sudah saatnya Mba Jihan tahu semuanya. Biar aku buka saja semuanya sekarang. Buat apalagi kita tutupi, Mas?!" cecarnya mendebat Mas Adrian."Tapi, Yol—""Apa yang harus aku tahu? Apa?! Apa yang mau kamu buka, ha?!" tantangku
Baca selengkapnya
Bab 25
"Dengar, Mba. Setelah Mas Adrian menikah dengan Mba. Aku seperti tak punya tujuan hidup. Setelah kalian menikah, aku merasa benar-benar hancur. Tapi satu hari, Mas Adrian kembali padaku. Dia menginginkanku menjadi istrinya. Dia ingin aku memberinya keturunan yang tidak bisa Mba berikan. Tentu saja aku menyambut dengan senang hati. Meski aku hanya menjadi istri kedua. Meski aku tahu dia sudah beristri, tapi aku tetap menerima. Dan terbukti aku bisa memberikan Mas Adrian bayi laki-laki. Tidak seperti, Mba. Mandul!"PLAK!Refleks aku menggampar pipi mulus perempuan yang baru saja mengataiku mandul. Sehingga jejak tanganku membekas di pipinya itu."Jaga mulutmu, Mba! Aku memang belum bisa hamil, tapi bukan berarti aku mandul!" geramku pada Mba Yolan.Mba Yolan memegangi pipinya yang baru saja kutampar. "Mas, lihat! Mba Jihan menamparku, Mas. Sakit," rengeknya mengadu pada Mas Adrian.Mas Adrian lalu pasang badan. Dia melewatiku, berdiri membelakangi Mba Yolan dan menghadapku."Dek, tadiny
Baca selengkapnya
Bab 26 (POV FANO)
*******POV FanoAku mengendarai mobil menuju perumahan tempat tinggal Jihan kembali. Setelah selesai mengisi bensin mobil yang tidak sampai lima menit. Mba Tami, Kakak perempuanku, memintaku mengantarkan obat penurun panas untuk anaknya. Mau tak mau, aku pun ke apotek terlebih dulu untuk kemudian mengantarnya ke rumah Mba-ku itu.Sehingga sekarang aku baru bisa kembali untuk menjemput Jihan yang mungkin sudah menungguku cukup lama. Aku mempercepat laju mobil. Hingga tiba di blok perumahan Jihan.Dari dalam mobil, sebelum mobilku berhenti di depan rumahnya. Aku melihat Jihan berlari sambil berurai air mata. Dia keluar dari rumah milikku dulu dan berlari ke dalam rumah miliknya.Aku pun buru-buru memarkirkan mobilku tepat di depan pagar rumah Jihan. Kulihat mobil Adrian terparkir di halaman rumah itu. Kurogoh ponsel lalu menghubungi nomornya. Tidak tersambung dan terus kucoba menghubungi kembali. Sayang, nomornya menjadi tidak aktif.Aku pun menimang-nimang apa yang harus kulakukan. Hi
Baca selengkapnya
Bab 27 ( POV FANO)
Hingga tiba di depan ruang UGD. Suster Intan membawa segera Jihan ke dalamnya untuk mendapatkan tindakan.Aku hanya bisa mengantar sampai depa pintu dan kini menunggu dengan tak menentu di luar ruang UGD. Karena aku sudah tidak bekerja lagi di sini. Sehingga aku tidak memiliki kewenangan menangani Jihan seperti mauku. Apalagi aku tak memakai pakaian dinas. Jadilah aku hanya bisa menunggunya di sini.Kuhempaskan bobotku di kursi tunggu. Aku menunduk sambil meremas rambut di kepalaku. Pikiranku berkecamuk.Menurut analisaku, sepertinya Jihan tengah hamil muda dan dia mengalami pendarahan.Entah berapa usia kehamilannya sekarang. Namun aku harapkan, dia dan kandungannya baik-baik saja.Kuraup wajah kasar. Adrian benar-benar kurang ajar. Bisa-bisanya dia membawa istri mudanya tinggal di komplek yang sama dan bertetangga dengan Jihan."Benar-benar tidak punya otak!" umpatku geram.Ingin kupatahkan leher laki-laki sok tampan itu.Jihan terlalu naif untuk mencari tahu semuanya. Jihan terlalu
Baca selengkapnya
Bab 28 (POV ADRIAN)
**********POV Adrian"Lepasin, Pak! Saya harus menemui istri saya. Dia sedang dirawat. Kenapa saya dibawa keluar?!" hardikku pada kedua petugas keamanan. Mereka menghimpitku di kanan dan kiri. Menyeretku hingga keluar dari rumah sakit dan kini aku berada di area parkir."Bapak membuat keributan. Jadi terpaksa kami harus membawa Bapak keluar karena akan mengganggu kenyamanan pasien di sini!" ujar satu petugas yang tingginya sama denganku."Jika Bapak kembali masuk dan membuat keributan lagi, terpaksa Bapak akan kami bawa pada pihak berwajib!" imbuh petugas lain yang berbadan lebih tinggi dariku.Kemudian mereka kembali ke dalam bangunan rumah sakit. Setelah menyeret dan menghempas tubuhku di parkiran ini."Sialan!" umpatku kesal.Aku lantas kembali ke mobil. Duduk di kursi kemudi dan membawa mobilku menjauh dari rumah sakit. Terpaksa aku harus kembali ke rumah.Benar dugaanku. Fano memang mencintai Jihan. Dia memakai kedok sahabat untuk bisa tetap dekat dengan istriku itu.Namun sayan
Baca selengkapnya
Bab 29
*********POV JihanBau khas obat-obatan menyengat tajam. Memaksa netra yang begitu lengket ini untuk terbuka. Perlahan, aku pun mencoba untuk membuka mata ini. Mengerjapkannya pelan-pelan hingga langit-langit ruangan berwarna putih menyapa indera penglihatanku.Aku lalu memindai sekeliling. Aku menduga, ini adalah ruangan rawat di sebuah rumah sakit.Di sampingku terbaring, wajah Fano yang pertamakali aku lihat.Sejenak, aku pun coba mengingat apa yang terjadi pada diriku hingga bisa ada di sini.Cesss!Bulir bening meluncur bebas dari ujung mataku. Mengalir hangat membasahi pelipis. Hati ini terasa begitu sakit. Setelah aku mengingatnya."Hiks …." Aku menangis."Han?" Fano memanggilku.Aku pun berusaha bangkit. Fano yang berdiri di samping brankar, lantas membantu sampai akhirnya aku berhasil duduk.Seperti mengerti, Fano mendekap tubuhku. Hingga aku berada di pelukannya. Kepalaku bersandar pada perutnya yang bidang.Aku menangis. Menumpahkan semua rasa sesak yang menghimpit begitu
Baca selengkapnya
Bab 30
*****POV JihanAku hanya menggelengkan kepalaku dalam kondisi terbaring saat ini."Fan, seharusnya kabar kehamilanku ini. Menjadi kabar yang sangat membahagiakan. Kamu tahu? Kabar kehamilanku sekarang, menjadi hal yang paling aku dan Mas Adrian tunggu-tunggu selama ini," ujarku kecewa."Seharusnya aku bahagia dengan kehamilan ini, Fan. Bahagia …." Suaraku parau.Tiba-tiba Fano meraih tanganku untuk digenggamnya. Fano kemudian duduk di kursi yang ada di samping brankar ini. Aku bingung harus bersikap seperti apa pada Fano saat ini.Di satu sisi, aku kecewa dengannya. Aku merasa marah karena dia ternyata tahu hubungan Mas Adrian bersama perempuan lain.Tapi di sisi lain. Hanya Fano yang ada bersamaku saat ini. Hanya dia yang menjadi peganganku saat rapuh sekarang.Fano menggenggam tanganku. Dia menatapku lekat. "Han, berbahagialah atas berita kehamilan kamu ini. Berbahagialah! Sambut kehadiran buah hati dalam rahim kamu dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Meski hati kamu sedang terl
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status