All Chapters of Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku: Chapter 151 - Chapter 160
256 Chapters
Bab 149
"Penculiknya ada hubungannya dengan Pras? Kamu jangan ngaco, Mas!" bantah Sera sedikit kesal. "M-maaf, maksud Aku bukan gitu. Sepertinya yang namanya Ronald itu suruhan musuhnya Suami Kamu." Sera terdiam Musuh Pras pasti banyak. Belum lama ini suaminya hampir saja dihabisi oleh musuhnya. "Sera, maaf, Aku boleh tanya sesuatu?" "Apa?" Sera berhenti persis di samping mobilnya. Ia meminta Giska untuk masuk lebih dulu. Ia tidak mau Giska mendengar pembicaraannya dengan Agung. ""Apakah pernikahanmu dengan Tirta baik-baik saja?" Sera sontak menoleh menatap Agung dengan tatapan nanar. "Mas nggak berhak nanya itu padaku!" ketus Sera tidak suka. "M-maaf Sera. Sekali lagi Aku minta maaf. Aku nggak ada maksud apa-apa. Aku hanya khawatir jika Tirta menyakitimu." Agung bicara hati-hati. "Cukup, Mas! Jangan mentang-mentang Mas Agung sudah membantuku menemukan Giska, bukan berarti Mas bisa seenaknya ikut campur dengan rumah tanggaku. Permisi!" "Astaga, Sera ... Aku nggak bermaksud ..." A
Read more
Bab 150
"Kamu baru saja sadar, Tirta. Apa tidak sebaiknya jangan terlalu banyak berpikir dulu? Utamakan kesehatanmu dulu!" Diego mencoba mengalihkan pembicaraan. "Aku ingin semua cepat beres. Aku ingin segera pulang." Pras bicara dengan napas berat. "Baiklah. Nanti sepulang dari sini, Aku akan cek laptopmu. Oh ya, Apa kamu nggak mau bicara dengan Serani?" Hembusan napas Pras terdengar panjang dan dalam. Tenggorokannya tercekat setiap mengingat Sera dan anak-anaknya. "Apa ... istriku tau dengan kondisiku?"tanya Pras cemas. Diego mengangguk ragu. "Maafkan Aku, karena Kamu tak kunjung sadar, Aku terpaksa mengabari Sera" Pras tersenyum getir. Ia membayangkan Sera pasti sangat mencemaskan dirinya. "Bagaimana keadaan mereka?" Diego tidak mengatakan tentang penculikan Giska. Sampai hari ini ia juga belum mendapat kabar berikutnya dari Serani. "Baik. Mereka baik," jawab Diego gugup. "Tolong hubungi istriku. Aku mau bicara." Diego mengangguk. Lalu meraih ponselnya dari saku jas. Pria itu
Read more
Bab 151
"Rasanya Aku tidak ingin percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin orang yang aku hormati sejak kecil, tiba-tiba saja menusukku dari belakang? Lagipula perusahaan itu adalah milik keluarga. Opa Vincent juga sebagai pemilik di sana." Setelah menghela napas panjang, Pras bicara dengan pandangan menerawang ke langit-langit. "Andai saja orang itu bukan Opa Vincent, Aku pasti akan beri pelajaran. Tapi ini ... akhh ...!"Pras seakan frustasi, ia meremas rambutnya sendiri. "Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Diego yang mulai membereskan laptop. Ia tak mau sampai ada orang lain yang melihat data-data itu. "Entahlah. Aku akan pikirkan dulu. Yang pasti Aku tidak akan diam saja. Ini namanya kecurangan, dan tetntunya tidak bisa dibenarkan dalam bisnis." Rasa geram Pras pada Opanya semakin menjadi. Namun ia tidak mungkin menyelesaikan hal ini lewat jalur hukum. Diego menyimak semua ucapan Pras. Dia pun bukan siapa-siapa. Hanyalah seorang sahabat sekaligus orang kepercayaan Pras."A
Read more
Bab 152
"Yun, Jawab, dong! Beneran si Serani yang itu?" Lastri kembali masuk ke kamar Yuyun dengan wajah penasaran. "Iya, Mbaak! Serani mantan adik ipar Mbak itu." Wajah Lastri seketika berbinar. Memangnya dia baik ya sekarang sama Kalian? Kok Agung berani-beraninya main ke rumahnya?" tanya Lastri lagi tak sabar. Yuyun menatap malas pada kakak iparnya itu sambil mengangguk. "Wah, kalau gitu, Aku ikut!" Lastri bergegas berlari menuju kamarnya. "Tungguiiin ...!" teriaknya dari luar kamar Yuyun. "Bikin ribet aja, mau ikut segala!" gerutu Yuyun. Kemudian ia pun bergegas bersiap-siap. Agung dan Yuyun sudah rapi. Dengan Cika yang digendong Agung, mereka bergegas keluar dari kamar. "Yuk, berangkat sekarang!" Lastri yang sudah bersiap sejak tadi bangkit dari kursi yang ada di ruang tamu. "Loh, Mbak Lastri mau kemana?" tanya Agung bingung. "Ya mau ikut, lah. Mumpung anak-anak lagi di rumahnya ayahnya. Aku sudah sepakat sama Mas Joko, sekali seminggu anak-anak nginep di rumahnya. Biar istri
Read more
Bab 153
"Selamat sore, Tirta! Maaf, Aku dan keluargaku hanya datang berkunjung. Sekaligus mau bertemu Giska." Tiba-tiba Agung berdiri dan mengangguk sopan "Menemui Giska?" Seketika Pras menoleh pada Sera. Istrinya itu mengangguk. "Sepertinya banyak yang terjadi selama Aku pergi, hum? bisik Pras persis di telinga istrinya. "Nanti pasti Aku jelaskan semua, Pras!" balas Sera pelan. "Ya sudah, Aku dan Diego ke ruang kerja dulu!" Pras mengecup kening Sera singkat sebelum meninggalkan para tamu. Diego menyusul dari belakang. 'Seraaa, artis itu ... beneran suami Kamu?" Lastri yang sejak tadi terpukau melihat Pras akhirnya memberanikan diri bicara. "Ya, Mbak. Dia suamiku," tegas Sera. Wanita itu kembali duduk. Sebenarnya ia sangat rindu pada Pras. Banyak yang ingin ia tanyakan. Ia juga ingin menceritakan banyak hal, termasuk kehamilannya. Akan tetapi, situasinya belum memungkinkan. Apalagi Pras datang bersama Diego. "Wah, hebat Kamu, Sera. Bagaimana rasanya nikah sama artis? Seru nggak? Suami
Read more
Bab 154
"Terimakasih, Sayang! Terimakasih!" Ciuman bertubi-tubi diberikan Pras di wajah cantik Serani. Pria itu terlalu bahagia. Setelah mendengar ucapan Serani tentang kehamilannya, Pras seakan ingin melompat saking senangnya. Malam itu , mereka melakukannya hanya sekali. Pras tak mau terjadi sesuatu pada kehamilan Sera. "Sekarang, Kamu sudah bisa jelaskan padaku, apa yang terjadi selama Aku pergi. Pras duduk menyandar pada headboard ranjangnya. Sementara Sera bersandar pada dada bidang milik Pras yang selalu membuat wanita itu candu dan rindu. Sera mulai menceritakan tentang Giska yang diculik dengan.detail. Ia juga mengatakan tentang Agung yang menolong Giska. "Bagaimana Agung bisa menyelamatkan Giska? Aku jadi curiga pada pria itu " Sera hanya mengangkat kedus bahunya tak mengerti. Yang terpenting baginya, Giska sudah selamat. "Maafkan Aku. Paati saat itu sangat berat untukmu." Pras menatap Sera dengan perasaan bersalah. Satu tangannya membelai rambut panjang sera yang tergerai menye
Read more
Bab 155
"Kamu dari mana sih, Gung? Tuh, anaknya si Yuyun muntah-muntah. Bikin kotor rumah aja!" Lastri bierkacak pinggang di depan pintu ketika Agung baru saja menapakkan kakinya di teras. "Apa? Cika muntah? Cikaaa ...Cikaaa ...!" Tanpa menghiraukan lagi ucapan Lastri, Agung berlari masuk ke dalam. "Huh, anak orang kok disayang-sayang sampai segitunya. Keponakan sendiri nggak pernah diurusin. Dasar Agung udah kena pelet sama si Yuyun!" gerutu Lastri sambil geleng-geleng kepala. Dari kejauhan ia melihat Yuyun berjalan lenggak lenggok dari arah warung sambil senyum-senyum sendiri. "Kamu udah gila, ya? Ketawa sendirian. Tuh, anak Kamu muntah-muntah! Sekeliling rumah kotor. Buruan sana bersihin!" "Apa, Mbak? Siapa yang muntah?" tanya Yuyun masih dengan santainya. "Astaga, Yuyun ...! Cikaaa , Cika anak Kamu yang muntah. Dengar, nggak?" jerit Lastri kesal. "Hah, Cika?" Mendengar itu Yuyun bergegas masuk ke dalam rumah. Agung sedang menggantikan pakaian Cika dan membalurkan tubuh kurus bocah i
Read more
Bab 156
Tubuh Agung mundur hingga bersentuhan dengan dinding ruang tunggu yang terasa dingin. Pembicaraan Yuyun dengan pria di seberang sana masih berlangsung. Agung mengepal erat jemarinya. Harusnya ia melarang Yuyun untuk meminta uang pada pria itu. Apalagi saat ini ia adalah ayah sambung Cika. Tapi, bagaimana dengan pembayaran untuk.rumah sakit ini? Sampai saat ini ia belum.mendapatkan uang lima juta itu. Ia pun ragu jika Sera mau meminjamkan uang untuknya. "Memangnya Mas Bowo nggak sayang sama Cika? Cika itu anak kandung Mas, loh!"Yuyun tampak frustasi. "Haaah? Apa? Tega banget Kamu, Mas. Terserah, Mas, deh! Pokoknya kalau Mas Bowo nggak mau bayarin Cika berobat, Aku akan langsung minta uangnya ke istri Mas.!" Yuyun mengakhiri panggilannya. Wajahnya nampak menahan emosi. Ia melihat ke kanan kiri. Lalu kembali menyembunyikan ponselnya di dalam tas selempangnya. "Sepertinya Aku hindari dulu keributan dengan Yuyun. Aku harus mengesampingkan egoku dan mengutamakan kesembuhan Cika." Agung
Read more
Bab 157
"Coba cek lagi, Pak! Apa benar sudah lunas? Mungkin Bapak salah?" Agung menautkan alisnya. "Benar, Pak. Setengah jam yang lalu sudah ada yang melunasi." "Siapa, Pak?" Agung memandang petugas administrasi itu dengan bingung. "Di sini tertera atas nama Pak Sukmawibowo." Rasa gemuruh di dada kembali dirasakan oleh Agung saat petugas itu membacakan nama orang yang melunasi biaya pengobatan Cika. "Baik, Pak. Terimakasih." Suara Agung pelan saat menjawab. Tubuhnya lemas, merasa sebagai suami.dan Ayah yang tidak berguna. Namun di sisi lain ia lega karena Cika sudah boleh pulang. Langkah gontainya pelan menuju ruang UGD. Setidaknya ia akan berusaha mengurus.Cika dengan baik. Namun kembali dadanya merasa nyeri melihat Cika berada dalam pangkuan seorang pria berpakaian kantoran. Pria berusia sekitar empat puluhan itu membelai lembut kepala Cika. Senyum lebar pun terukir dari wajah Yuyun. terlihat sekali kalau wanita itu sedang bahagia. "Bowo. Kenapa baru sekarang Kamu peduli dengan Yuyu
Read more
Bab 158
" Kembalikan ponsel itu, kalau tidak, silakan Kamu pergi dari sini!" Yuyun terhenyak mendengar ancaman yang berupa ultimatum dari suaminya. "M-mas, tapi Aku butuh ponsel ini untuk ..." "Untuk apa? Untuk menghubungi pria yang bukan suami Kamu?" Mendengar itu Yuyun sontak celingukan ke segala arah. Ia takut jika Lastri atau anak-anaknya mendengar. "Mas, apaan, sih? Nanti kalau di dengar orang, kan, malu." sanggah Yuyun melotot. "Jadi Kamu masih ada rasa malu, hah? Minta-minta pulsa pada laki-laki lain Kamu nggak malu? Kamu menghubungi pria lain di tempat umum, itu nggak malu?" Agung semakin emosi. Pria itu menghela napas panjang demi meredam amarah yang kian memuncak. "Sekarang kembalikan ponsel itu!" lanjut Agung pelan. Yuyun masih cemberut. "Yun ...? Kamu dengar Aku, nggak?" Suara Agung yang tadi sudah sedikit melunak, kini kembali keras. "Iy-iyaaa.Tapi Mas Agung akan beliin Aku hape, kan?" Agung mengeluarkan ponsel di saku celananya "Ini, pakai saja jika Aku sedang di ruma
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
26
DMCA.com Protection Status