Semua Bab Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku: Bab 141 - Bab 150
256 Bab
Bab 139
PRANG!! "Awww ...!" Serani menjerit ketika gelas yang berada dalam genggamannya tiba-tiba terlepas. Gelas keramik itu hancur berantakan di lantai dapur. "Pras ...! Ada apa dengan dirimu?" Sera berdiri mematung menatap serpihan pecahan gelas yang tercecer tak jauh dari kakinya. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih cepat. Ia yang tadi ke dapur hendak minum mendadak teringat dengan Pras. Dadanya terasa sesak, tangannya gemetar hingga gelas di tangannya terlepas. "Maaf, Nyonya. Biar Saya bersihkan." Seorang ART tiba-tiba muncul karena mendengar suara sesuatu yang pecah. ART itu membungkuk melewatinya Sera sambil membawa sapu. "Nyonya mau minum? Biar Saya ambilkan." ART lainnya menghampiri Sera yang masih melamun..Sera tersentak, lalu menolah pada kedua ART nya. "Maaf, tolong antarkan air putih untukku ke kamar!" "Baik, Nyonya." Sera memutar tubuhnya, lalu melangkah menuju kamar. Mungkin sebaiknya ia menenangkan diri dulu. Namun ketika tiba di kamar, wanita berhidung mancung
Baca selengkapnya
Bab 140
"Kamu serius mau ke Amerika?" Corri menatap Sera tak percaya. Makan siang mereka sempat terjeda sesaat ketiika tiba-tiba Serani mengatakan ingin menyusul Pras. Sera mengalihkan pandangannya dengan wajah gelisah. Sendok di tangannya ia letakkan di tepian piring. "Sebenarnya Aku nggak tau harus bagaimana. Tapi sudah tiga hari ini Aku nggak bisa mengubungi suamiku sendiri. Aku nggak tau apa dia baik-baik aja." Netra bulat Serani mulai berkabut. Sekuat mungkin ia berusaha untuk tidak menangis.."Minum dulu!" Corri menyodorkan segelas jus jambu pada Serani. Ia berharap Serani bisa lebih tenang. Sera menerima dan meneguk sedikit minuman itu. "Kamu udah hubungi keluarganya atau siapa gitu, yang ada di sana?" tanya Corri lagi "Sudah." Suara Sera terdengar parau. Corri menatap sahabatnya itu iba. Sambil menunggu Sera bercerita, wanita berambut kemerahan itu kembali menyuap makanannya. "Aku sudah hubungi Opanya. Tapi ..., sepertinya beliau menutupi sesuatu. Aku tidak diperbolehkan bicara
Baca selengkapnya
Bab 141
"Siapa Kamu sebenarnya?" Agung memandang pria berjas coklat muda itu dengan tatapan menyelidik. Pria itu terkekeh. "Sudahlah, Kamu nggak usah takut diculik. Lagian apa istimewanya Kamu kalau diculik?" Agung mendengus kesal. Namun dalam hati ia membenarkan ucapan pria yang tak dikenal itu. "Nanti akan Aku jelaskan di dalam mobil." lanjut pria itu lagi. Agung memandang pria yang mengajaknya itu dengan tatapan menyelidik. Namun demikian Agung memutuskan untuk ikut dengannya. Kesulitan hidup yang ia alami saat ini membuatnya tak punya pilihan lain. "Siapa tau gajinya gede," pikirnya saat melangkah masuk ke dalam mobil SUV berwarna putih. Agung memperhatikan jalanan yang ia lewati. Ternyata menuju arah utara. Pikirannya terbagi pada Yuyun dan anaknya yang belum makan sejak tadi pagi. Entah kenapa ia bisa kembali bersama Yuyun. Seharusnya ia kembali pada Sera. Tapi ia sadar Serani tidak akan pernah mau dengannya. Tirta Prasetya bukanlah tandingannya. Ia tak tega saat Yuyun datang men
Baca selengkapnya
Bab 142
"Uang? Ini beneran uang, Mas?" Mata Yuyun membola melihat lembaran merah yang keluar dari dalam amplop coklat itu. "Memang Kamu pikira apa? lemper?" ketus Agung kesal. "Gini, dong! Aku kan bisa beli skincare dan baju bagus," imbuh Yuyun sambil meraup lembaran uang yang tadi sempat berceceran di lantai. "Enak aja, Kamu! Awas, jangan boros-boros! Uang ini buat makan dan bayar kontrakan. Sisihkan untuk keperluan mendesak. Cika masih kecil. Jika tiba-tiba dia sakit, kita harus punya simpanan," jelas Agung dengan mendelikkan matanya pada Yuyun. "Mas Agung nggak berubah. Dari dulu pelit!" umpat Yuyun seraya beranjak ke lemari menyimpan uang di dalam amplop itu. Agung hanya bisa meghempas napas kasar melihat tingkah Yuyun yang selalu membuatnya naik darah. Malam itu Agung memutuskan hanya minum teh dan makan sisa nasi kemarin dengan kerupuk yang ada di meja saja. Sementara Yuyun membeli nasi bungkus untuknya dan Cika. Agung memikirkan bagaimana caranya untuk bisa masuk ke rumah Sera.
Baca selengkapnya
Bab 143
"Bagaimana? Atau kalau Kamu ragu, nggak usah aja. Aku permisi ...!" ucap Agung, lalu memutar tubuhnya . Sera melihat jam di pergelangan tangannya sepintas. "Oke, oke, baiklah! Kalau begitu cepat antar Aku!"Agung tersenyum mendengar jawaban Sera. Pria itu menerima kunci mobil dari Sera dan bergegas duduk di kursi kemudi. Sementara Sera memilih untuk duduk di kursi belakang. "Kenapa nyetir sendiri? Supir Kamu mana?" tanya Agung sambil melajukan mobil mewah milik Sera dengan kecepatan tinggi. Ia tau Sera sedang mengejar waktu. "Pak Yono Aku tugaskan untuk antar jemput Giska," sahut Sera singkat tanpa menoleh Ia mengirim pesan pada Corri bahwa mungkin ia sedikit terlambat.. "Kamu harus punya supir pribadi, Sera. Jangan nyetir sendiri. Bahaya kalau kejadian seperti tadi. Apalagi kalau Kamu pulang larut malam. Sera tak menjawab perkataan Agung. Namun dalam hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan mantan suaminya itu. Mungkin ia akan pertimbangkan lagi untuk hal ini. "Sudah sampai,
Baca selengkapnya
Bab 144
"Bagaimana, apa sudah dapat nomor ponsel pribadi istri Tirta?" Diego berbicara pada seseorang lewat ponselnya. Beberapa jam yang lalu doker kembali bertanya tentang keluarga Pras yang sangat dekat dengan pasien. Namun, Diego masih belum berhasil mendapatkan nomor ponsel istri Tirta, hingga salah satu orang kepercayaanya menghubunginya. "Bagus. Segera kirimkan padaku!" jawab Diego. Pria berperawakan tinggi besar itu segera menyimpan nomor ponsel wanita yang bernama Serani. Ia ingin segera menghubungi wanita itu, tapi ia khawatir Serani tidak percaya padanya. Diego menghampiri Pras yang masih belum sadar. Menurut dokter, luka bagian dalam yang Pras alami sudah mulai membaik. Pras juga sudah melewati masa kritisnya. Tinggal menunggu pria itu.sadar. Diego meminta izin pada dokter untuk memotret Pras beberapa kali. "Mungkin dengan ini, wanita itu bisa mempercayaiku," gumamnya setelah mengucapkan terima kasih pada dokter. "Tuan, perusahaan sangat membutuhkan Anda saat ini. Satu inve
Baca selengkapnya
Bab 145
"Giska kenapa? Siapa yang mau diusir?" Sera menatap heran putrinya yang tiba-tiba berlari masuk ke ruang tamu. "Aku nggak mau lihat dia lagi, Bunda. Aku takut ...!" jerit Giska lagi. Sera baru paham ketika menoleh pada Agung yang berdiri di teras dengan wajah sedih.Sebenarnya Sera tidak tega melihat Giska ketakutan seperti itu. Tapi, bagaimanapun juga ia harus menghentikan trauma yang ada pada putrinya itu.. Perlahan Sera mendekati Giska. "Sayang, itu Ayah. Itu Ayah Giska ..." Kepala Giska menggeleng cepat. "Giska nggak mau punya Ayah jahat..Dia orang jahat, Bun. Awas, Dede Pangeran bawa masuk, Bun. Nanti dijahatin sama orang itu!" Jeritan Giska semakin keras dan terdengar jelas oleh Agung. Tidak mudah menghilangkan trauma yang telah melekat pada diri Giska sejak dua tahun lalu.Sera tidak tega melihat wajah Giska yang mendadak pucat. Setelah meminta semua ART dan babysitter yang mengendong pangeran masuk, Sera memilih kembali keluar menemui Agung. Pria itu berdiri terpaku di
Baca selengkapnya
Bab 146
"Hilang bagaimana? Sudah dicari, belum?" Sera spontan berdiri. Wajahnya seketika panik. "Sudah, Nyonya. Gurunya bilang, Giska keluar seperti biasa saat kelas berakhir bersama teman-temannya." Suara Loly terdengar tak kalah panik. "Apa Pak Yono telat menjemput? Mana Pak Yono?" Napas Sera mulai naik turun. "Tidak. Pak Yono tidak telat, Nyonya. Sekarang Pak Yono masih cari Giska. Pihak sekolah juga sedang menelusuri area sekitar sekolah." Loly menjelaskan dengan hati-hati. Sera berjalan mondar mandir di dalam ruangannya. Ia sempat membuka pintu ruangan dengan wajah bingung. "Loly, kerahkan siapa saja untuk mencari Giska. Saya akan mencari bantuan!" "Baik, Nyonya." "Ada apa, Sera? Aku dengar Kamu sangat panik." Corri tiba-tiba masuk, mendengar suara Sera cukup keras saat ia lewat di depan ruangannya.. "Giska, Cor. Giska hilang. Tolong Aku, Cor!" Tangis Sera pecah sudah. Melihat itu Corri langsung meraih sahabatnya itu dan memeluknya. "Kamu harus tenang agar bisa berpikir jernih.
Baca selengkapnya
Bab 147
"Yuyun, buka pintunya, cepat!" teriak Agung yang mulai kewalahan dengan Giska yang ada di tangannya. Putrinya itu sudah mulai mengerjapkan matanya. "Sebentar lagi pengaruh obat bius itu akan hilang," gumam Agung pada dirinya sendiri. "Mas ... ini Giska? Ya ampun sudah besar, cantik pula. Pasti mahal tebusannya kalau begini." Agung tidak menghiraukan ucapan Yuyun. Ia masuk melewati Yuyun yang masih berdiri di dekat pintu. Ia merebahkan tubuh Giska yang masih berpakaian seragam sekolah itu di atas kasur busanya. "Sini, Aku mau bicara!" Agung menarik tangan Yuyun agak menjauh dari putrinya, dan membiarkan Cika duduk di dekat Giska. Bocah dua tahun itu terheran melihat kehadiran Giska di rumah itu. Mungkin ia juga heran melihat penampilan Giska yang bersih dan rapi, berbeda dengan anak-anak yang ia temui di sekitar kontrakannya. "Apaan, sih, Mas? Sakit, tau!" Yuyun menarik kasar tangannya, lalu mengusap bekas cengkraman tangan Agung. "Aku nggak mau dengar lagi Kamu bicara soal uang t
Baca selengkapnya
Bab 148
Pikiran Sera saat ini terbagi-bagi. Tidak hanya memikirkan Giska, ia juga menunggu kabar dari Diego tentang Pras yang dikabarkan memberi respon saat Diego sedang menghubunginya semalam. Namun, hingga siang ini Diego belum juga memberinya kabar. Tentang Giska pun polisi belum ada informasi. "Untuk sementara biar Aku yang tangani pekerjaan di kantor. Kamu fokus saja pada Giska." Ucapan Corri tadi pagi sedikit mengurangi bebannya. Sahabat sekaligus orang kepercayaannya di kantor itu semalaman tidak tidur menemaninya. Setelah sarapan, Corri pamit pulang karena hendak bersiap-siap ke kantor. "Nyonya Sera, ada polisi datang." Loly tergopoh-gopoh menghampiri Sera di kamar. "Apa? Polisi? Ya. Saya segera ke sana." Sera bergegas mengenakan hijabnya. Langkah kakinya mengiringi detak jantungnya yang berdegub lebih cepat saat mendengar ada polisi yang datang. Wanita itu sangat takut jika berita yang akan disampaikan polisi itu bukanlah yang ia harapkan. Berkali-kali Sera menghela napas panj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
26
DMCA.com Protection Status