All Chapters of Kubuat Suamiku Lumpuh: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Bab 26.B
"Kok rumahnya gelap gini ya?" tanya Andre sekaligus tanyaku juga.Tanpa bicara aku keluar dari mobil dan berjalan menuju teras rumah yang gelap itu, dalam keadaan temaram dapat kulihat sampah berserakan di halaman rumah ini.Beberapa kali mengetuk tapi pintu kayu jati itu tak kunjung terbuka, aku melirik ke samping ternyata Andre ikutan turun."Sepertinya Mas Ferdi tidak ada di rumah, Dre. Kita datangi klub malamnya sekarang.""Ya sudah.""Coba telpon Desti, apakah dia baik-baik saja? Mungkin juga Dita dan Dara sudah di rumah saat ini," titah Andre.Aku langsung merogoh ponsel dari dalam tas, dan bergegas menelpon Desti."Iya, Ma.""Apa Kakak baik-baik aja di rumah?" tanyaku."Iya aku baik-baik saja.""Terus adik-adikmu sudah pada pulang belum?""Belum, Ma, aku sendirian di rumah."Aku mematikan panggilan dengan kesal, lalu berusaha mengatur napas yang terasa memburu, aku harus berpikir tenang menghadapi lelaki itu."Kamu tunggu saja di dalam, Dre, biar aku masuk sendirian.""Kamu yak
Read more
Bab 27.A
"Maaa!"Aku berbalik badan lalu menatap Mas Ferdi dengan tajam sambil menodongkan pisau kembali ke arahnya, rasanya seperti dilemparkan kotoran ke wajah oleh lelaki itu, berani-beraninya ia mempermainkanku."Cepat keluarkan anakku dari dalam kamar itu!" tegasku."Mamaa! Apa itu Mama?!" teriak Dita.Setelah itu terdengar orang berdebat di salah satu kamar tersebut dan aku kenal itu suara Susan."Iya, Nak, ini Mama, ayok kita pulang!" teriakku."Susan! Jangan biarkan Dita dan Dara keluar!" teriak Mas Ferdi membuat emosiku meledak.Aku melangkah dengan cepat ke pintu kamar itu, saat Mas Ferdi berusaha menghalang-halangi, kembali kutodongkan pisau ini ke hadapannya."Aku tidak main-main, Mas, jika kamu menyerangku maka aku akan balik menyerangmu saat ini juga!" Mas Ferdi langsung diam dengan tatapan jengkel. Entahlah, rasa takutku seakan menguap saat ini jika menyangkut anak-anak."Dita! Dara! Cepat keluar!" Aku menggedor-gedor pintu.Di dalam kamar itu terjadi keributan yang membuatku s
Read more
Bab 27.B
Dua Minggu kemudian perkembangan kasus kebakaran restoranku masih belum ada perubahan, aku merasa kasus ini berjalan sangat lambat.Tiba-tiba nomor asing menelpon, padahal aku sedang di perjalanan menuju restoran cabang yang ada di kabupaten."Ya halo.""Yul, ini aku Ferdi, aku ingin bicara empat mata denganmu, bisakah kita bertemu sekarang, kamu yang tentukan tempatnya."Aku memelankan laju mobil, merasa heran dengan suara Mas Ferdi yang tiba-tiba berubah lembut."Aku lagi bepergian dan lumayan jauh, bicarakan saja sekarang.""Memangnya kamu mau ke mana sih?" tanya Mas Ferdi."Bukan urusanmu, sudah ya.""Tunggu, tunggu. Tunggu Yuli!" teriaknya membuatku berdecak kesal.Terpaksa aku menepikan mobil demi berbicara dengannya."Ada apa lagi sih?""Yuli, aku mohon dengan kerendahan hati untuk membagi dua uang asuransi restoran itu, dan setelah ini aku janji ga akan mengusik hidupmu lagi, kita akan bercerai baik-baik," pintanya dengan suara memelas.Aku tertawa hingga wajah ini menengadah,
Read more
Bab 28.A
"Katakan padaku sekarang, di rumah sakit mana Desti berada?" tanyaku dengan suara bergetar."Nanti akan kuberitahu, tapi barusan gurunya menelpon agar salah satu orang tua Desti menemuinya di sekolah, biarkan aku menyusul ke rumah sakit sementara kamu temui gurunya di sekolah, aku malas dan juga malu sekali dengan tingkah anak itu."Mas Ferdi mematikan panggilan padahal aku masih ingin berbicara dengannya, terpaksa aku mengikuti maunya, menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh menuju sekolah Desti.Setelah sampai aku menutup pintu mobil dengan terburu-buru dan berlari kencang menuju kantor sekolah ini, suasana koridor sekolah ini nampak sepi mungkin semua murid sudah selesai beristirahat dan kembali ke kelasnya masing-masing."Desti bertengkar di kantin sekolah, Bu, menurut informasi dari teman-temannya dia yang duluan pakai kekerasan, ya memang sih awalnya Mita yang mengejek Desti, mungkin Desti terpancing emosi, dia menyerang Mita pakai garpu, Mita melawan dan akhirnya mereka sali
Read more
Bab 28.B
"Apa kamu sudah menemui gurunya Desti?" tanya Mas Ferdi.Tapi aku tak menjawab apalagi meliriknya, mataku fokus pada Desti yang sedang berbaring dengan raut kesedihan."Kak, gimana sekarang? Apa yang sakit?" tanyaku lembut dan tatapan yang tenang.Desti diam terpaku menatapku setelah itu air matanya luruh, beberapa detik kemudian ia sesenggukan hingga kedua bahunya terguncang.Aku memeluknya dengan erat, aku tahu mentalnya terguncang saat ini karena perlakuan temannya itu sekaligus kata-kata penghakiman dari Mas Ferdi.Lelaki itu memang tak berguna, ia tak pantas menjadi seorang ayah."Maafin Kakak," ujarnya disela Isak tangis."Mama maafkan kok, Sayang, sudah ga apa-apa ya." Kuelus rambutnya yang dililit perban.Entah luka apa saja yang ada di tubuh anak itu, yang jelas saat ini aku fokus pada kesehatan mentalnya."Pantesan tingkal laku Desti kaya preman, ternyata kamu yang manjain dia, Yul, udah tahu anak salah masih dibela, begini akibatnya!" bentak Mas Ferdi.Untuk kedua kalinya a
Read more
Bab 29.A
(POV FERDI)Di dalam mobil aku tercenung melihat Poto yang dikirimkan oleh Yuli, dari gestur tubuh aku sangat tahu itu adalah Susan dan Arya.Arya adalah temanku sekaligus pemilik club malam yang kami kelola saat ini, sebelumnya Susan memang izin padaku untuk pergi bersama temannya ke daerah Bogor.Namun, istriku itu tak mengatakan jika ia akan pergi atau menemui Arya di sana, hatiku sangat gelisah sekarang, terlebih nomor ponsel Susan tak bisa dihubungi."Halo, Yuli, kamu dapat Poto itu dari siapa sih?" tanyaku saat panggilan sudah tersambung.Tetapi di sebrang sana Yuli tak juga bicara, perempuan itu benar-benar menyebalkan."Yuli!""Haloo!" Aku pun mematikan panggilan lalu keluar dari mobil dan kembali ke ruangan Desti, Yuli pasti ada di sana saat ini.Tetapi di persimpangan jalan aku melihat Yuli berjalan menuju kantin rumah sakit, aku berjalan cepat menghampirinya."Yuli, tunggu."Ia menoleh sekilas lalu tetap melakukan langkah dan mengacuhkanku."Yuli!"Aku terpaksa menyentuh p
Read more
Bab 29.B
(POV FERDI)[Tumben, bukannya tadi Susan rame-rame ya liburan ke Bogor sama kalian]Aku masih berharap Mela mengatakan ya, berharap jika Poto yang dikirimkan Yuli tadi hanya editan.[Ga ada tuh, ga ada yang ke Bogor kok, Fer, mungkin dia liburan sama teman-temannya di Genk lain]Aku menyenderkan kepala ke sofa, berpikir keras untuk mengetahui sebenarnya, bersama siapa Susan pergi, benarkah bersama teman-temannya ataukah hanya berdua dengan Arya.Akhirnya aku menurunkan ego, mengikuti Susan ke kamar, ia sedang duduk di meja rias membersihkan makeup."Yang.""Hem," jawabnya tanpa menoleh."Tadi pergi sama siapa aja?""Ya sama temen-temen arisanku, Mela, Alia, Zulfa dan yang lainnya, emang kenapa sih?""Jadi Mela juga ikut?" tanyaku lagi dengan dada mulai bergemuruh."Iya ikut."Terasa ada yang dihantam di dalam dada, bagaimana tak kecewa barusan Mela dan genknya mengatakan tidak ikut lalu kenapa bisa Susan mengatakan ya?"Mau bebersih dulu ya, Mas. Malam ini kamu aja yang ke club, aku m
Read more
Bab 30.A
Setelah dua bulan lebih akhirnya penyidik memberi kabar perihal kasus kebakaran restoran, mereka memutuskan untuk menutup kasus tersebut karena dinilai tidak ada perkembangan apapun.Mereka menganggap jika kebakaran itu murni kecelakaan, sementara ceceran bensin yang ditemukan di dalam diduga milik Caca untuk mengisi motornya yang kehabisan bensin, dan memang di TKP motor Caca ditemukan dalam keadaan bensin yang kering."Bagaimana menurutmu tentang kasus kebakaran itu, Dre? Aku rasa tidak masuk akal," ujarku.Selama ini Andre selalu menemaniku mengawal kasus kebakaran yang dirasa sangat lambat ini."Aku juga sependapat sama kamu, Yul, tapi bagaimana lagi, penyidik sudah membuat keputusan. Sudahlah kamu ikhlaskan saja ya, insya Allah setelah ini apapun usahamu semoga semakin sukses."Aku memalingkan wajah tak lagi menanggapi ucapannya, rasanya geram saja pada pihak kepolisian yang dirasa tidak mengusut tuntas kebakaran itu.Dan anehnya feelingku mengatakan ada seseorang dibalik penyid
Read more
Bab 30.B
Aku tersenyum masam menatapnya."Itu ga mungkin, Nak. Mama sama Om Andre ga mungkin nikah. Kakak ga perlu khawatirkan Mama, fokus belajar dan raih cita-cita, kita buktikan sama ayahmu kalau kalian bisa sukses tanpanya, dan suatu saat nanti buat ayahmu menyesal, ok.""Gitu ya, Ma. Tapi Om Andre baik loh, kenapa ga bisa? Dia udah punya istri ya?""Setahu Mama sih belum, nanti juga kalau kamu udah gede ngerti, udah ah jangan ngomongin Om Andre terus."Putriku itu terkekeh, tapi aku suka melihat senyumnya, semenjak kejadian nahas yang menyebabkan ia masuk rumah sakit waktu itu Desti kembali menjadi gadis periang, aku telah berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya.Ia juga bisa mengatasi bullyan dari teman-temannya di sekolah, termasuk menghadapi anak bernama Mita."Ma, kalau Tante Susan udah lahiran sudah pasti Ayah akan semakin lupa ya sama kita, aku tuh kasian Dara kadang dia suka ngelamun kalau lihat anak tetangga kita boncengan sama ayahnya."Kali ini dadaku yang berdebar, mungkin D
Read more
Bab 31.A
Dengan langkah pelan aku berjalan tepat di belakang punggung Mas Ferdi, saat kakiku berdiri tepat di belakang Mas Ferdi lelaki bernama Latif itu memberi kode."Apa?" tanya Mas Ferdi, setelah itu ia menoleh ke belakang dan kami langsung bersitatap.Ada sedikit keterkejutan di wajah lelaki itu. Namun, beberapa detik kemudian ia berhasil kembali menyembunyikan ketakutan itu."Oh jadi kalian saling mengenal ya?" tanyaku."Emm ... Bu Yuli, apa kabar? Apa Anda mengenal Pak Ferdi?" tanya Pak Latif.Aku menyeringai tipis melihat gelagatnya."Dia adalah mantan suami saya, tetapi melihat hal ini membuat saya memahami sesuatu." Aku tersenyum memperlihatkan deretan gigi."Maksud Anda?" tanya Pak Latif pura-pura tak mengerti.Entahlah, aku merasa jika dalang kebakaran restoran itu adalah Mas Ferdi, lalu lelaki itu meny*gok Pak Latif agar memperlambat penyelidikan kasus ini."Fikir saja sendiri." Aku tersenyum masam, lalu mengalihkan perhatian pada Andre yang sudah memilih tempat duduk."Apa lelaki
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status