All Chapters of REKENING RAHASIAKU: Chapter 11 - Chapter 20
74 Chapters
AKAN LAPOR
Mba Winda ngomongnya jahat banget. Apakah seperti ini tabiat aslinya? Kalau ada kemauan tak terpenuhi, langsung membunuh karakter orang yang tak mengabulkan keinginannya. Aku sampai harus menghela napas dalam-dalam agar tak terlalu tersulut emosi. Kalau meledak-ledak malah bisa salah langkah. Yang rugi aku juga. "Kalau aku sebagai laki-laki digituin, langsung cerai! Wanita songong kalau didiamkan akan ngelunjak. Harga diri kita bakal rendah, serendah-rendahnya!" timpal mas Agus. Suami istri sama saja, tak tahu diri, egois. Rasanya jadi ingin teriak keras-keras untuk mengusir mereka. "Sebaiknya mas Agus dan mba Winda pulang. Tolong jangan memperkeruh suasana. Jangan hanya karena permintaan kalian tak dipenuhi, lantas mengadu domba aku dan mas Dodi. Dosa itu, Mas, Mba!""Munafik kamu, Ta. Ngomong dosa ke orang, kamu sendiri ngelakuin dosa ngelawan suami!" cerca mba Winda."Sebelum nasehati orang lain, tengok diri sendiri, sudah benar belum? Kalau belum mending diam!" tambah mas Agus.
Read more
KESAL
"Aku minta maaf, Mas. Aku gak bermaksud merendahkan kamu, aku hanya kesal kenapa motor mau dipinjamkan.. Mas tahu sendiri aku butuh motor itu. Lagian kalau mereka minjem, alamat gak balik-balik. Coba mas pikir, kapan aku sesumbar pada keluarga kita soal apapun? Itu demi apa, demi menjaga nama kamu. "Esoknya aku bicara soal pertengkaran kemarin. Aku tak mau kami tak saling bicara dalam waktu lama. Lebih baik dibicarakan saja apa yang mengganjal di hati. Tak baik juga suami istri terus menumpuk masalah. Secepatnya harus diselesaikan agar tak jadi bom waktu. Mas Dodi tak merespon ucapanku. Ia mungkin masih kesal atas kejadian kemarin.. Ya, sudahlah, yang penting aku sudah berupaya membuka jalan penyelesaian.Karena tak kunjung bicara, akhirnya aku undur diri. Mungkin dia masih butuh waktu untuk meredakan emosi."Aku kerja pakai ojek saja, mobil dan motor itu punya kamu 'kan?"Aku hanya bisa mengelus dada mendapati sikap mas Dodi. Bukannya bicara baik-baik, malah merajuk seperti anak ke
Read more
BENALU
DODIAkhirnya aku bisa memiliki mobil impian. Tentu ini bakal menaikkan pamor di hadapan orang-orang. Ada gunanya juga punya istri pintar cari uang, bisa jadi tambang berlian.Yakin, deh, meski rekening Mita sekarang habis, akan terisi dengan cepat. Dia'kan punya jaringan luas dan piawai dalam memasarkan suatu produk. Kadang heran, apa rahasia dari kemampuan itu.Aku tak ahli sama sekali dalam berdagang. Baik dagang kecil-kecilan, apalagi besar seperti rumah dan kendaraan. Tak enak saja rasanya untuk mulai menawarkan pada orang.Lebih baik aku kerja di kantor. Duduk sambil memasukkan data-data ke dalam file-file. Seharian pun aku mampu melakukannya. Resikonya pemasukan stagnan, tak seperti Mita yang luber sekali uangnya.Tapi, aku punya ide buka usaha. Siapa tahu ada rezeki tambahan. Aku hanya ngasih modal, yang melakukan kawan. Kebetulan Edi habis di phk, ia butuh modal untuk tambahan dagang. Karena uang Mita masih ada, kumodalilah dia.Hitung-hitung investasi.. Meski keuntungan kec
Read more
CULAS
Paling ada ceramah, adik kakak harus saling menyayangi. Suami istri ada bekasnya, saudara tidak. Terus Winda menyampaikan kesalahan-kesalahanku padanya di depan pengadilan mama.Di rumah mama, mba Winda telah bermain drama ternyata. Matanya sampai sembap saking lama menangis mungkin.. Hebat sekali bisa keluar air mata begitu."Aku sakit hati sama Mita dan Dodi, Mah. Aku memang tak sekaya mereka, tapi gak harus juga menghina-hina!"Sebenarnya mama baik. Pada Mita pun tak memandang buruk. Tapi, karena sering digosok mba Winda, jadilah akhir-akhir ini jadi mulai benci pada istrikuYang punya penyakit hati sebenarnya mba Winda. Dia dengki pada Mita yang lebih segalanya. Baik kecantikan maupun kekayaan. Ditambah bersuamikan aku yang bersikap lembut dan romantis dalam memperlakukan Mita di depan kelurga.. Sementara, mas Agus, bicaranya kasar. Kadang suka mukul juga. Karena itulah kedengkiannya makin menjadi."Kamu sudah terpengaruh oleh Mita sejauh itu Dodi. Ikut-ikutan menghina kakakmu. Di
Read more
PURA-PURA
DODIMba Winda culas juga, ya. Demi keinginan dia bisa tebar fitnah dan buat makar. Sebenarnya aku tak mau memperlakukan Mita seperti ini. Inginnya damai seperti sebelumnya. Tapi, takut pada kemarahan mama yang sudah kena gosokan mba Winda. Aku sengaja tak menyambut Mita sebab akan meneruskan sandiwara. Kata mba Winda harus serius, jangan sampai terlihat main-main. Di benak Mita pasti akan terwujud bahwa suaminya benar-benar marah.Langsung saja aku masuk kamar tanpa menegur atau bertanya apapun. Sengaja tampangnya dibuat masam agar terlihat masih marah. Beres mandi, aku berniat ke ruang makan. Perut udah nyanyi dari tadi sebab belum diisi. Tapi urung sebab Mita ada di sana sedang makan sambil main HP. Aku tahu dia sempat melirik ke arah pintu masuk, cuma cepat-cepat dialihkan lagi pandangannya. Sok, tahan harga dia. Untuk mempertegas bahwa suaminya masih marah, aku sengaja melewati ruang makan. Setelah masuk beberapa langkah, keluar lagi sambil berdecik. Pasti sikapku itu membuatn
Read more
IRIT
Tapi, bagaimana caranya agar dia mau tidur bersama di sini. Argh, kenapa jadi tak terkendali begini. Ruwet, ruwet, ruwet!Aku terjebak permainan sendiri. Namanya perempuan bisa tahan tak berhubungan fisik dalam rentang waktu lama. Kalau lelaki justru tak bisa begitu. Gara-gara menuruti omongan mba Winda, aku sendiri yang nelangsa.*Pagi hari, aku akan bangun jika makanan sudah siap di meja. Karena si kembar, dua-duanya di pondok, kami hanya berdua di rumah. Karena itu porsi masaknya tak banyak. Mita tak ambil pembantu. Masak sendiri, nyuci di laundry. Cuci piring tak banyak dan rumah jarang berantakan karena tak punya anak kecil. Kadang, aku juga suka bantu membersihkan rumah atau cuci piring. Kalau masak tak bisa, takut rasanya aneh.Sebelum makan, kami harus sudah mandi. Itu kebiasaan dari awal menikah. Mau sedang junub atau tidak, komitmennya begitu.Kami paham kebiasaan mandi di pagi hari bagus untuk kesehatan. Makanya konsisten dilakukan.Mita sudah duduk di meja makan. Ia hany
Read more
AKAN KULADENI
MITAOh, jadi seperti ini tingkah mas Dodi di belakangku? Ia dan mba Winda merencanakan makar menjijikkan. Demi motor, mereka rela berbuat jahat pada orang yang tak perhitungan dalam membantu.Hati mba Winda benar-benar busuk, sementara mas Dodi lemah dan mudah terhasut. Lelaki itu seperti angin, berembus ka sana-sini, tak punya pendirian tegas. Tergantung pada orang yang menguasainya. Oke, Mas! Kamu bikin makar, aku pun bisa!Aku balik lagi keluar rumah agar mas Dodi tak curiga. Biarkan dia menganggap aku baru pulang hingga tak mendengar pembicaraannya di telpon dengan mba Winda. Langkah kaki dilakukan sepelan mungkin, harus dipastikan tak bergesekan dengan lantai. Dipikir jadi kayak maling di rumah sendiri Aku harus pura-pura tak tahu soal makar itu. Jadi bersikap biasa saja di hadapannya. Jangan sampai memperlihatkan kemarahan. Bicara seperlunya, tak perlu marah atau merayu-rayu.Sebelum tahu makar ini, aku sebenarnya mau mengibarkan bendera perdamaian. Bahkan berencana akan mera
Read more
KEPEPET
MITAMeski sudah habis-habisan membantu, tetap saja suka dibilang jangan pelit sama saudara . Boro-boro ucapan terima kasih, yang ada malah dinyinyiri. Kok, aku bisa bertahan sejauh ini hidup bersama mereka, ya? Terlalu sabar atau bodoh sebenarnya. Mau saja dijadikan sapi perah oleh orang-orang tak tahu diri. Mereka bersikap manis kalau ada maunya, tak disetujui sedikit langsung menyerang tanpa tedeng aling-aling. Akhir dari obrolan ini, mas Dodi bangkit dan menggebrak meja. Lepas itu menendang kursi yang didudukinya tadi. Ia pasti sangat marah karena kuingatkan soal tanggung jawabnya.Jantungku rasa mau copot saat tangan mas Dodi menghantam atas meja. Bertambah kencang detakannya ketika kursi yang ditendang terguling ke lantai.Takutlah kalau melihat mas Dodi marah begitu. Takut kena tinju atau tamparannya. Bisa sakit banget anggota tubuh yang kena bogemnya. Untung selama ini ia tak pernah menampar apalagi memukul. Kalau penyiksaan itu terjadi sudah kugugat cerai dari dulu. Kubiark
Read more
MENAGIH UTANG
DODI"Maaf, Mba, sepertinya soal motor tak bisa saat ini dilepas. Kami pun sedang kesulitan dana gara-gara uang terkuras oleh mobil."Aku mencoba memberi pengertian pada mba Winda tentang motor. Untuk saat ini aku tak bisa menganggu Mita. Dia bisa makin ganas nantinya."Gimana, sih, kamu, Do? Kok, kalah gitu sama Mita? Laki-laki macam apa kamu, suami takut istri, ya?"Sebenarnya emosi akan naik kalau bicara dengan mba Winda, tapi ditahan biar tak makin panjang urusan. Perempuan itu sulit diredakan mulutnya kalau sudah nyerocos. Lebih baik tidak diladenin."Kamu gak bisa dipegang, ya, ucapannya! Gak guna!"Kutinggalkan mba Winda yang masih ngomong tanpa titik koma. Lebih baik pergi daripada terprovokasi lagi. Atau malah lepas kendali dengan kata-kata pedasnya.Pantas suaminya suka lepas kendali sampai mukul. Perkataan dan perbuatannya saja mancing orang emosi. Sudah tahu sifat mas Agus itu temperamen, dia juga cari masalah saja jadi orang.Hobi mengadukan suami ke sana-sini, tapi tetap
Read more
DRAMA NAGIH UTANG
"Kamu memang menyebalkan, ya, Mita. Perhitungan sama saudara. Masa utang segitu ditagih-tagih! Kamu juga Dodi, sama saja dengan istrimu. Dasar suami takut istri. Awas, ya, aku bilang ke mama!""Mba jangan kayak anak kecil, dong! Kami datang pun baik-baik. Gak menghina-hina. Mita tadi udah jelaskan bahwa kami sedang butuh uang.. Jangan dikit-dikit lapor mama. Bersikappah dewasa, Mba. Gini aja sekarang mas Agus dan mba ada berapa untuk cicilan, kami terima.," kataku. Tumben aku bisa ngomong tegas sama mba Winda. Mungkin karena lagi kepepet juga. Lagian kakakku ini memang seperti anak kecil. Main laporkan saja sama mama. Dasar tukang adu domba."Gak ada, kita juga lagi banyak keperluan. Kalau kalian gak punya beras, bawa aja seliter. Entar aku ambilin!""Iya, Ta. Kami sedang banyak keperluan, jadi belum bisa bayar," timpal mas Agus.Benar kata orang. Giliran pinjem ngemis-ngemis, pas ditagih marah-marah atau banyak alasan. Jiwa kerdil, begitu emang, maunya lari dari tanggung jawab."Gel
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status