Semua Bab SUAMI UNTUK TUAN PUTRI: Bab 81 - Bab 90
106 Bab
Bab 81
Affandra tersenyum lebar matanya penuh harapan. "Apa akhirnya kau akan putus?"Ia segera meraih kedua tangan Zora. Dan ada sesuatu yang aneh disana. Ia melihat cincin yang baru ia lihat selama ini. Dan seketika wajahnya muram. Dan langsung menatap wanita yang masih diam disana memperhatikan ekspresinya."Aku akan segera menikah." Kalimat itu keluar dari mulutnya tapi seolah olah hatinya juga tidak nyaman mengatakannya."Pergilah mencari wanita yang tulus mencintaimu, untuk apa melakukan hal sia-sia untuk menunggu? Aku akan tetap bersama pilihan hatiku."Affandra masih mematung dan pandangan kembali jatuh pada cincin yang dikenakan Zora. Masih meraih kedua tangan Zora dan memutar-mutar cincin itu dengan seksama, ia juga ingin memberikan hal seperti ini.Affandra hampir tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan, ia mencoba untuk tersenyum sambil terus memutar cincin di jari manis Zora. "Aku tidak masalah, aku hanya ingin berada di sekitarmu
Baca selengkapnya
Bab 82
Di kediaman Tuan Hermanto, Affandra turun dari kamarnya untuk ikut sarapan bersama keluarganya, kebetulan Kinan, kakak laki-lakinya juga kali ini hadir setelah kepulangannya dari San Fransisco dalam mengurus bisnis. Kinan orang pertama yang melihatnya. "Eh kamu dirumah Ndra?"Kedua orang tua Affandra juga menengok untuk melihat putranya yang kini juga semakin sulit di temui. Wajahnya tersenyum tipis tapi terlihat muram. "Kenapa Lo balik? Ribut sama Zora?" Ledek Kinan."Gak mau bahas." Affandra segera duduk, dan mengambil piring serta menuangkan sajian yang ada kedalam piringnya."Halal, ngejar cewek segitunya amat, udah kaya sinetron aja ngejar-ngejar cinta pertama. Iya gak pah?" Menggoda adiknya adalah favoritnya dari dulu sampai sekarang."Mending lah daripada gunta ganti pacar mulu, ampe pusing papa gak inget mereka semua." Kali ini Tuan Herman membela Affandra."Aku kan setia kaya papa." "Halah wanita itu sama aja Ndra. Kalo
Baca selengkapnya
Bab 83
Sejak malam itu, Zora sudah tidak pernah melihat kedatangan Affandra lagi ke tempat kos nya. Ia menghela nafas dan mengingat kembali apa yang terjadi malam itu."Mungkin sudah yang terbaik begini," walaupun Zora tau, ini tidak akan mengubah apapun."Aku sudah membuat janji pada sekertaris ayahmu, untuk bertemu besok siang.""Benarkah?" Degup jantung Zora tiba-tiba menjadi lebih cepat. "Kau yakin?""Kau tidak yakin?" Julian melempar senyum sambil mengendarai mobilnya.Zora masih mematung melihat ke arah kekasihnya menunggu jawaban."Aku harus mencoba untuk tau hasilnya. Aku tidak akan kesana dengan tangan kosong. Aku akan coba menjadi layak di hadapannya. Tenanglah." Julian meremas lembut tangan kekasihnya yang masih tidak percaya hari ini datang juga.Seketika Zora merasa bangga. Apa lagi yang perlu di ragukan? Pria ini bukan cuma baik hati. Tapi juga seorang gentle man. "Aku akan selalu berdoa untukmu."Tuan Arnold segera mendapat kabar keh
Baca selengkapnya
Bab 84
"Ayo kita pergi saja." Tuan Faisal lebih tidak terima dengan penghinaan ini."Kau tau, hanya perlu kau pergi untuk membuat Affandra masuk dalam kehidupan Zora. Pikirkanlah baik-baik. Aku akan melepaskan Zora, bila kau setuju untuk aku menarik semua uang itu."Seketika Tuan Faisal ambruk sambil meremas jantungnya."Ayah..ayahh.." Perasaannya sangat hancur, lebih hancur karna ayahnya perlu mendengarkan hal ini."Ada apa dengannya?" Tuan Arnold segera meminta supirnya untuk menyiapkan mobil dan memerintahkan anak buahnya untuk membantu."Tidak perlu aku akan membawa ayahku sendiri." Julian bersikeras untuk membawa ayahnya sendiri dengan mobilnya segera. Ia bergegas mengambil mobil. Dengan ayahnya yang sudah di bopong oleh dua pria besar. Dan membawanya langsung ke rumah sakit."Maafkan aku yah.." ia mengebut dengan cepat. Dan tim medis segera membawanya ke ruang UGD untuk mendapat pertolongan pertama. "Untung saja masih ada cukup w
Baca selengkapnya
Bab 85
Julian menemani ayahnya yang belum sadar dengan nafas yang tersenggal. Ingin rasanya marah dan membalas dendam. Hari ini ia mengawali hari dengan optimis, merasa cukup pantas untuk bisa menikahi Zora dengan semua kerja kerasnya. Betapa bodohnya masuk dalam perangkap Rubah Tua yang membuat ayahnya hampir saja mati. Tentu itu harga yang tidak sebanding.Ia tidak bisa menepati janjinya untuk bersama Zora kali ini. Atau perusahaan keluarganya akan segera hancur. Ia meremas pelipis yang sedari tadi tegang. Bagaimanapun sebuah penghinaan berjalan di atas uang orang kaya itu. Tapi ini sangat berat."Aku kira ini adalah kesempatanku. Kenapa ternyata aku sangat bodoh." Julian frustasi mengacak-acak rambutnya.Keluarganya segera datang dengan cemas. Bahkan kali ini Antony membawa Dania. Tapi Julian sudah tidak memikirkan apapun."Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?"Antony menyambarnya dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya pusing dan memil
Baca selengkapnya
Bab 86
"Kamu tuh gak tau malu ya, dateng cuma buat nangis begitu. Harusnya kamu menjauh aja dari Julian, daripada kamu bawa sial.""Ssstt.. jangan ngomong gitu Dania. Zora udah seperti putri ibu sendiri." Ibu Amina masih memeluk dan membelai rambut wanita yang kini masih menangis dalam pelukannya.Mengangkat wajahnya, ia bertanya. "Apa artinya aku harus nyerah Bu?" Tatap nanar Zora pada Ibu Amina.Ibu Amina hanya bisa menghela nafas, "Kamu yang harus bicarakan sama Julian. Ibu berdoa yang terbaik untuk kalian.""Maaf karna aku semua ini terjadi." Zora tidak bisa berhenti menyesal. Melihat Tuan Faisal yang kini terbaring dengan lemah dibantu tabung oksigen untuk bernafas. Ia pun pamit untuk mencari Julian. Dan langsung di ia kan oleh Ibu Amina. Zora melihat ponsel Julian tergeletak begitu saja di atas meja. Dan mulai mencarinya ke segala sisi dari Rumah Sakit.Tergopoh-gopoh, hari sudah mulai malam dan ia masih mencari sosok pria yang m
Baca selengkapnya
Bab 87
Sangat kesal melihat pria itu kini tidak menggubrisnya sama sekali. Diam mematung dengan mata kosong lurus kedepan seperti tidak mendengar atau sadar akan kehadirannya. Zora menghentakkan kaki dan pergi dari tempat itu.Beginikah akhir hubungan yang mereka perjuangkan? Betapa sia-sia. Zora berlari keluar dari Rumah Sakit. Terus berlari dengan panas dalam hatinya hingga tiba di sebuah taman dengan air mancur.Ia duduk dengan lemah, merasa kesal dan marah dalam hatinya. Ia sudah menangis sepanjang sore dan terdiam di kursi taman, sudah tidak lagi bisa menangis.Menyenderkan kepalanya, ia mengatur nafas untuk mencerna semua yang terjadi kali ini. Tapi hanya ada amarah dan kecewa. Ribuan kata masih ingin diucapkan, untuk Papanya, untuk Julian. Tapi kini ia hanya termenung tidak bisa mengeluarkan apapun walau isi kepalanya benar-benar berputar ingin memaki.Malam mulai berangin. Zora hanya memakai selapis pakaian, hanya kemeja kerja. Dan ia bahkan belu
Baca selengkapnya
Bab 88
Julian segera kembali dengan pakaian Sintya, dan menyuruh Zora bergegas untuk ganti pakaian."Cepatlah, aku tidak ingin kau mati kedinginan. Itu akan membuatku sedih." Julian memohon yang di balas anggukan singkat.Setelah berganti pakaian, walau semua baju dalamnya basah, ia tidak punya pilihan. Dan baju kering membuatnya sedikit hangat."Aku akan mengantarmu.""Apa kita benar-benar berpisah? Sungguh?"Julian hanya bisa menghela nafas lemah, "Ayo sambil bicara di mobil."Zora terus memandang punggung yang tiba-tiba menjadi asing baginya. Kenapa tiba-tiba bisa seberubah ini?Di dalam mobil akhirnya Zora hanya diam. Merasakan kecanggungan yang sebelumnya tidak pernah terjadi separah ini. Mereka masih saling mencintai."Aku tidak bisa berjuang lagi untukmu." Kata-kata itu keluar dengan tulus. Menggetarkan hati Zora dan seketika membuatnya meneteskan air mata."Apa yang sebenarnya terjadi?" Zora masih menatap l
Baca selengkapnya
Bab 89
Zora mengangkat ponsel untuk menghubungi Karina. Telpon itu tidak di angkat. Mungkin dia sudah tertidur. Jadi dia memutuskan untuk berkemas, memasukan semua pakaiannya dan segera pergi dari sini.Sudah tengah malam. Ia berdiri di depan pintu kos Karina, mengetuk. Samar Karina mendengar ketukan, tapi tidak yakin apa itu berasal dari pintunya?Kali ini dia sudah agak sadar dan mendengar ketukan itu dengan jelas. Ia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 2 malam. "Siapa dateng malem-malem begini?" Ada rasa ngeri di hatinya, ia pun mengintip dari jendela sebelum membuka pintu.Pintu langsung terbuka dan wajah Zora sudah pucat. "Zora, ada apa?" Karina sangat terkejut melihat sahabatnya datang dengan koper besar, wajah bengkak, dan pucat."Aku akan bermalam disini. Bolehkah?""Tentu, masuklah."Sepanjang malam Zora menangis. Ia menceritakan semuanya pada Karina, dia juga mengenal Julian saat masa kuliah sebagai kakak tingkat mereka.
Baca selengkapnya
Bab 90
Seketika Zora merasa canggung, "Pasti Bapak bercanda." Yash hanya tersenyum simpul. Dan mengendarai mobilnya dengan tenang. Hatinya sebenarnya senang, entah apa ceritanya mereka akhirnya putus saat akan menikah, tentu karna mereka tidak memiliki restu, pria itu berada di level yang sangat jauh dari posisi keluarga Arnold.Yash mengangguk mengerti. Setidaknya bila ia yang mendekat, pasti beda ceritanya, ia juga mengenal Om Arnold sekilas, dan pernah mendapat kunjungan mereka saat ia kecil, di Amerika. Bila benar-benar mendapatkan Zora, tentu perusahaannya akan sangat berkembang pesat dengan semua koneksi yang mereka miliki. Tidak ada lagi namanya kekurangan modal untuk semua produk inovasi yang akan dia luncurkan.Zora merasa, Bossnya menjadi aneh, ia mengangguk, tersenyum seolah sedang bicara, entah apa yang ada dalam kepalanya. Yash mengantar Zora untuk check in di hotel bintang 5 dengan kelas VIP. "Maaf pak, saya hanya butuh kelas bi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status