All Chapters of Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Chapter 101 - Chapter 110
199 Chapters
Part 101. Jauhi Dia!
"Sial banget hidupku sejak Bram bercerai. Di cela musuh, mengalah demi si Jalang, sekarang direndahkan si Ratna. Entah kenapa si Devina sok ketakutan pula ketemu sama aku. Banyak manusia lebay di dunia ini!" umpat Wati kesal. Memang hidupnya suram dan terjal semenjak palu sidang perceraian Bram terketuk."Kenapa juga harus ketemu dia di rumah sakit. Dan, orang yang nyebarin video kecelakaan Bram juga nggak ada otaknya. Gini nih kalau ketahuan musuh. Bikin rugi," umpat Wati dalam hati.Saking emosinya bersarang di dada, dia sampai tidak sadar sudah mencabuti bulu-bulu bantal sofanya yang sudah berserakan.Tengah mengisi waktu menonton televisi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Tuh … Itu pasti Bram. Pulang juga kan? Sok-sok an pergi kerja padahal belum sembuh betul."Meski kesal, detik kemudian Wati tetap saja berjalan ke pintu utama dia beranggapan anak semata wayangnya itu lupa membawa kunci rumah."Pulang juga …," ucapan Wati terhenti kala menatap orang yang berdiri di depan
Read more
Part 102. Kinerja Menurun!
Bram mengetuk pintu ruangan Arjuna, setelah mendapat telepon VoIP dari atasannya itu, dan diminta untuk segera menemui Arjuna.Bram terpaksa meninggalkan ruangan kerjanya, padahal belum lepas sesak napasnya, setelah mamanya memberi tahu surat panggilan dari kantor polisi."Silakan masuk!" titah Arjuna dari dalam setelah Bram mengetuk pintu ruang kerjanya."Permisi, Pak.""Silakan duduk!" titah Arjuna dengan mengudarakan tangannya ke kursi yang ada di seberang meja kerjanya.Bram pun menduduki kursi di depan meja kerja Arjuna."Kalau kamu belum pulih betul, lebih baik istirahat saja di rumah, Bram. Kamu 'kan sudah diberi waktu istirahat satu minggu sama HRD," usul Arjuna saat menatap wajah Bram yang kurang fresh. Perang batin antara keduanya, membuat basa-basi antara mereka tak diperlukan lagi."Ck! Mentang-mentang hidup Kau adem ayem. Bilang aja kalau Kau bahagia di atas penderitaan saya," geram Bram membatin.Namun, pandangan Arjuna malah tidak sesuai sisi pandangan Bram. Dirinya meng
Read more
Part 103. Minta Pulang!
"Nggak ada masalah. Sekarang kamu panggil perawatnya untuk minta pulang sekarang!"Dengan hati berbunga-bunga Laura pun memencet tombol darurat yang tak lama kemudian, perawat pun datang."Ya, Bu. Ada yang bisa dibantu.""Hmm … Mbak, saya minta pulang sekarang boleh?""Bukannya tadi dokternya nyuruh besok ya, Bu?""Saya bosan, Mbak. Rawat jalan 'kan bisa" Laura bersikeras."Sebentar, saya coba untuk menghubungi dokternya dulu.""Usahain ya, Mbak!" harap Laura."Kalau soal itu saya nggak bisa bantu banyak, Bu. Tergantung dokternya juga."Perawat itupun segera keluar dari kamar inap Laura untuk menghubungi dokter."Kamu sudah hubungi temen kamu itu?" tanya Bram memulai pembicaraan. Padahal, statusnya sebagai manajer juga tak menutup kemungkinan dirinya bisa mencari lawyer sendiri tanpa melalui Laura yang penuh dengan tekanan itu."Bentar, Mas. Aku coba hubungi lagi.""Iya, sekalian bilang sama dia janjian sore ini atau nggak malam abis Magrib boleh."Laura mengambil ponselnya dari bawah
Read more
Part 104. Mengalah Selangkah
Arjuna membelah keheningan Magrib dalam perjalanan menuju rumah Ratna. Bukan tanpa alasan, akhirnya dia memutuskan untuk berkunjung ke rumah perempuan yang selalu di hatinya itu karena teleponnya tidak tersambung saat Arjuna menghubungi Ratna. Dan, pesan yang dikirimnya pun cuma centang satu. Bahkan, foto profil Ratna sudah berganti tanpa foto. Arjuna beranggapan dirinya sudah diblokir oleh Ratna. Perasaannya tidak tenang dan jelas dia tidak terima.Namun, ada sosok yang mengganggu pandangan Arjuna saat hampir sampai di dekat rumah Ratna, mata Arjuna terfokus pada sosok lelaki yang turun tepat di depan rumah Arjuna."Itu bukannya, Bram!" gumam Arjuna.**Selepas Ashar, Laura sudah bersiap-siap meninggalkan kamar inap yang ditempatinya beberapa hari belakang."Kok muka kamu gitu, Mas. Kamu nggak seneng ya aku udah keluar dari RS?" tanya Laura yang sudah ready duduk di kursi roda, menunggu di dorong Bram yang tampak gusar di ambang pintu kamar inap."Oh nggak papa, tadi mama nelpon, tapi
Read more
Part 105. Tidak Diterima dengan Baik
"Okee … okee, Rat. Aku pulang, semoga kamu beri aku kesempatan buat jelasin semuanya.""Simpan saja penjelasan kamu itu, Mas!" ucap Ratna tegas.Perempuan manapun tidak akan terima jika diperlakukan buruk oleh orang tua laki-laki. Apalagi menuduh hal yang bukan-bukan, sampai menyematkan dirinya tak punya harga diri. Ingin sekali Ratna berkata kasar, tapi dia memilih untuk mengurungkan.Arjuna tak ada pilihan lain selain pergi dari rumah Ratna."Baik. Aku permisi!" ucapnya detik kemudian Arjuna pun berlalu dari hadapan Ratna.Arjuna memacu cepat langkahnya keluar dari rumah Ratna."Jangan bersedih, Pak. Ini sudah akhir dari segalanya. Dan, jangan berharap lebih," ucap Bram dengan senyuman puas. Arjuna tidak menyahut sama sekali. Dia membungkam hingga masuk ke dalam mobil.Bram pun memacu langkahnya menuju pintu rumah mantan istrinya."Aku boleh masuk?" tanya Bram saat sudah berdiri di ambang pintu."Silakan, Mas. Aku panggil Devina dulu.Devina tampak senang akan kedatangan Bram. Dia b
Read more
Part 106. Kacau Balau
Saking belum siapnya menghadapi Arjuna, Santi mulai beralasan. "Ar, kita ngobrolnya besok pagi saja. Badan mama tiba-tiba nggak enak.""Bener-bener nggak enak badan jangan sampai nyesel ya, Mi.""Ar …, kasar sekali kamu ngomong ke mami. Kamu bener-bener sudah dibutakan oleh si Janda itu. Sampai-sampai nyumpahin mami," protes Santi tidak terima."Terus menurut mami, muka aku ditaruh dimana? Seenak hati mami menuduh Ratna yang bukan-bukan. Mami tahu siapa Ratna itu?" Kini Arjuna bangkit dari duduknya. Mata nyalangnya mengisyaratkan jika dirinya benar-benar murka saat ini."Dia janda 'kan? Punya anak satu, sama juga cuma karyawan toko. Kebetulan aja posisinya lebih tinggi dari karyawan yang lainnya. Ya 'kan?" sahut Santi dengan percaya dirinya."Ada lagi, Mi?""Itu sih baru yang mami tahu.""Dan kamu, Dara. Ada lagi fitnah murahan yang kamu infokan ke mami?""Lho, Mas. Kok jadi aku. Aku nggak tahu apa-apa," elak Dara polos seolah dirinya tidak ada sangkut-pautnya dengan yang terjadi.Dar
Read more
Part 107. Merencanakan Sesuatu
Dara membersihkan diri setelah seharian penuh beraktivitas. Tadi ... selepas keluar dari kantor, Dara langsung menuju restoran, janjian dengan calon mertuanya itu. Dan, setelah perut kenyang merekapun berbelanja. Puas cuci mata dan membeli barang sesuai keinginan mereka pun pulang, terlebih pas pulang disambut dengan kejadian yang bikin dirinya sakit hati plus sakit kepala.Dia tertuduk di bawah siraman shower air hangat. Tampak begitu rapuh dan bimbang. Tak dipungkiri air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Hal terburuk terbayang sudah di matanya.Seusai mandi, Dara mencoba menghubungi Santi via telepon. Namun, tiga kali melakukan panggilan. Hatinya benar-benar tidak tenang. Entah berapa kali bolak-balik di samping ranjang, sudah seperti setrikaan."Ini kenapa Tante Santi malah nggak menggubris panggilan telepon aku?""Mustahil jika dia sudah lelap jam segini."Satu jam pun berlalu, kini Dara tengah berbaring di ranjang. Namun, matanya enggan berkompromi melewati malam yang beranja
Read more
Part 108. Saling Menguntungkan Pastinya!
"Saya tahu kalau Anda itu mantan suaminya Mbak Ratna. Dan, saya pastikan juga kalau mas juga tahu hubungan yang terjalin antara penanam saham tertinggi dengan direktur atau biasa kamu panggil Bapak Arjuna," ucap Dara penuh penekanan setiap kata yang terucap. Menggali informasi dari beberapa orang penyewanya sangat membuahkan hasil. Termasuk dirinya tahu, apa yang membuat Bram berpisah dari Ratna. Dan, ingin kembali lagi, Namun, kali ini dia tidak ingin membahas yang bukan untung bagi dirinya. Bram menggangguk seraya berujar, "Ya ... saya juga nggak heran jika Anda sudah tahu info garis besarnya. Jadi ... dimana letak menguntungkan bagi saya, secara bekingan saya alias mantan istri saya lebih kaya dari lelaki yang menjadi calon Anda itu," balas Bram dengan angkuhnya. Dara mencebik, "Anda tampak sombong sekali, tapi saya juga nggak mempermasalahkan soal itu. Yang penting bagi saya, Anda bisa membuat mantan istri Anda itu tidak berhubungan lagi dengan Mas Arjuna. Bisa 'kan? Saat Bram
Read more
Part 109. Dipikir Menciut Gegara Ancaman
"Saya pamit!" Bram bangkit dari duduknya karena menurutnya Dara terlalu lama menimbang untuk mengambil keputusan. Dan, Bram tidak suka hal itu. "Oke ... oke ... saya deal." "Daritadi kek. Saya terima modalnya paling lama pukul delapan malam. Kita ketemu di sini lagi. Jangan sampai bermain dengan saya jika sudah menentukan kesepakatan," ancam Bram yang akhirnya meninggalkan restoran. Selepas menemui Dar,a, Bram langsung bertolak ke rumah sakit. Tadi, dalam perjalanan menuju kafe, tempat janjian dengan Dara. Bram mendapat kabar dari Wati jika Laura masuk rumah sakit. Itupun karena Wati membaca pesan dari Luara. "Sorry, Lau. Aku semalam kecopetan pas mau pulang, ini lukanya berdarah lagi," ucap Bram beralasan. Sandiwaranya semakin lengkap dengan perban di luka kecelakaan, tetesan betadin yang banya cukup memperkuat skenarionya. "Iya, Mas. Nggak apa.. Kamu datang aja aku udah seneng. Minta nomor hape kamu biar aku gampang hubunginnya, lewat mama lama." Tanpa protes Bram pun memberika
Read more
Part 110. Nenek Lampir Suram
Santi tak bisa lagi menahan Dara yang sudah buru-buru masuk ke dalam taksi online yang dia pesan. Begitupun Pak Kobir yang berdiri di dekat mobil yang sudah siap ingin mengantar Santi pergi.Dia duduk di sofa seraya mengambil ponselnya dari dalam tas branded yang dibelikan Dara. Niatnya menghubungi Arjuna, malah tak ada digubris sama sekali."Kenapa nggak kamu angkat sih, Ar!" gerutu Santi seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.Dia bangkit dari duduknya dan keluar dari rumah. Melihat Santi keluar dari rumah, Pak Kobir buru-buru membuka pintu mobilnya."Silakan, Nyonya!" "Kita ke kantor Arjuna sekarang!" titah Santi tanpa tambahan kalimat lain. Santi memutuskan untuk pergi ke kantor Arjuna karena teleponnya sama sekali tak diangkat anaknya itu. Dalam perjalanan menuju kantor Arjuna, Santi diam seribu bahasa. Biasanya mengajak Pak Kobir mengobrol hal-hal yang umum saja. Pak Kobir yang membaca situasi sedang tidak baik-baik saja pun ikut membungkam.Sesampainya di kantor Sant
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status