All Chapters of Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Chapter 121 - Chapter 130
199 Chapters
Part 121. Sikap Lancangnya Mencuri Perhatian
"Nah, ada satu lagi calon target yang bakal aku jadikan buat menyingkirkan Arjuna." Senyum sinis balas dendam pun terlukis di gurat wajah Bram."Aku harus bergegas, sebelum semuanya terlambat," gumamnya.Di tengah kondisi itu, ponsel Bram yang tergeletak di samping keyboard komputernya, berdering nyaring. Bram langsung menoleh dan sedikit heran melihat nomor yang tertera di layar ponselnya itu."Halo.""Halo, benar ini dengan Bapak Bramantyo?""Ya … saya sendiri. Ini siapa?" tanya Bram tegas."Oh saya resepsionis yang Anda jumpai tadi, Pak."Senyum Bram mengembang sempurna. "Ya Mbak, kenapa? Apa Bapak Willyantonya sudah tentukan jadwal?" tanya Bram antusias."Benar, Pak. Direktur kami sudah menentukan jadwalnya dan bapak disuruh datang ke sini besok pukul sepuluh pagi. Bisa, Pak?""Oh tentu saya bisa, Mbak. Bertemunya di kantor? Atau beliau menentukan tempat di luar kantor?""Kata Bapak Willyanto di kantor, Pak.""Siap, Mbak. Tepat jam sepuluh saya sudah berada di sana," balas Bram.T
Read more
Part 122. Ada Maksud Lain, Bukan?
"Hai, Mas …," sapa Laura manja.Bram yang tengah fokus menatap layar monitor, tersentak kaget."Kamu!" Bram langsung bangkit dari duduknya. Matanya menatap Laura dengan tajam.Saking marahnya, Bram langsung mendorong tubuh istri sirinya itu."Apaan sih, Mas? Aku ini istri kamu, kenapa kamu marah?"Laura mengira, kedatangannya sedikit memberi kehangatan dengan hubungannya yang retak perkara kejadian di mall weekend kemarin."Kamu masih nanya kenapa aku marah? Otakmu itu bisa mikir nggak?" bentak Bram seraya menoyor kepala Laura. Akan tetapi, ditepis Laura dengan cepat."Jangan kasar kamu! Ini bisa dikatakan KDRT," jawabnya lantang."Persetan apa yang kamu katakan. Keluar nggak! Keluar!"Suara Bram yang menggelegar membuat Laura ketakutan dan akhirnya keluar dari ruang kerja suaminya itu. Dia berlari dengan berlinangan air mata.Shintia yang tadinya mendengar pertengkaran mereka pun berpura-pura fokus pada layar monitor komputernya.Bram berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang masih
Read more
Part 123. Bertemu di Hotel
Bram menarik napas dalam-dalam, dirinya cukup shock karena Bapak Willyanto. Sikap Bapak Willyanto yang tegas tanpa banyak sapaan basa-basi hampir membuat Bram kehilangan kata-kata yang sudah dirancang di hari sebelumnya. Kemudian, dia berdehem seraya memperbaiki duduknya serta jas yang dikenakannya."Tujuan saya ke sini untuk memberi tahu bapak sesuatu yang terbilang sensitif ….""Apa? Sensitifnya apa?" desak Willyanto yang memotong pembicaraan Bram."Uang." Ketika Bram menyebut satu kata itu, wajah Bapak Willyanto yang tadinya tegas berubah, keningnya tampak mengkerut menjadi beberapa lapisan."Maksud Anda, Bapak Arjuna bermain soal uang dengan saya?""Secara langsung memang tidak, Pak. Tapi dia bermain dengan persen dengan kerjasama Anda. Tentunya, berakhir dengan pundi-pundi uang yang dia dapatkan.""Anda punya bukti sampai berani berbicara seperti ini pada Saya? Atau sedang berada dalam urusan pribadi akhirnya melibatkan Saya?" tanya Bapak Willyanto dengan lantang.Kembali, Bram t
Read more
Part 124. Siapa Penyewanya?
Ratna benar-benar kaget setelah melihat sosok yang berdiri dekat mobil yang pernah dia tumpang itu.Lelaki itu berjalan mendekat ke Ratna."Kemana?" tanya Arjuna. Dia tidak heran jika Arjuna akan melontarkan pertanyaan itu."Bukan urusan kamu," sahut Ratna sekenanya.Yang biasanya makin meladeni dengan bahasa yang santun, kali ini tidak. Sikap Santi yang terbilang sangat merendahkan harga diri Ratna ber-impact pada sikap Ratna pada Arjuna."Hati-hati, dia bukan lelaki baik-baik," ucap Arjuna yang semakin membuat Ratna terkejut.Deg!!!Namun, dirinya tak ingin terlihat lain ataupun terasa spesial, meski batin Ratna bertanya-tanya, kenapa Arjuna bisa tahu kalau dirinya ingin bertemu seorang laki-laki?"Nggak butuh petuah."Ratna pun kemudian masuk ke dalam mobil. Mengacuhkan Arjuna yang masih berdiri terpaku. Dalam perjalanan menuju hotel, Ratna berusaha menepis pikiran-pikiran tentang Arjuna."Jangan bilang kalau kamu memata-matai aku demi berharap dapat maaf, Mas!"***Setelah kurang
Read more
Part 125. Senjata Makan Tuan
"Tapi, ibu bener mau bayar saya sepuluh kali lipat dari bayaran, Mbak Laura?" tanya Galang tampak hati-hati. Dia masih merasa Ratna berbohong.Saat ingin menjawab pertanyaan Galang, tiba-tiba ponsel Ratna berdering. Ada panggilan masuk dari nomor yang belum tersimpan dalam daftar kontaknya. Ratna pun mengangkatnya, berpikiran yang nelpon bisa jadi calon pelanggannya."Halo," jawab Ratna ketika telepon tersambung."Rat, kamu harus hati-hati," pesan Arjuna di seberang sana."Aku tahu," sahut Ratna kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Telepon terputus, Ratna pun kembali menaruh ponselnya ke dalam tas yang tergeletak di atas meja."Bagaimana tadi? Kalau Anda ragu ya nggak masalah bagi saya. Saya bisa tuntas sendiri.""Oh … tidak … tidak, Bu. Saya percaya.""Oke, lakukan apa yang diperintah sama dia ke Anda. Bisa?" tanya Ratna lantang menatap tajam pada Galang."Bisa, Bu. Bisa, akan saya lakukan sekarang. Kita tidak usah ke apartemen dia. Biar saya suruh saja Mbak Laura-nya ke sini."
Read more
Part 126. Sebuah Tamparan
Lelaki tua berambut keriting nan lebat yang hanya memakai celana pendek sebatas paha itu semringah mendekati Laura. Berbeda hal dengan Laura yang sangat terkejut dan ketakutan seraya berjalan mundur."Siapa, Kau?" teriaknya. "Pergi?""Duh … aduh … jangan marah-marah neng. Katanya mau menikmati hari dengan Akang," goda lelaki tua itu.Laura terus saja berjalan mundur hingga akhirnya mentok dengan jendela."Pergi kamu!" usirnya. Namun, lelaki tua itu malah semakin menjadi-jadi.Laura yang ingin membuka gorden pun tak berhasil karena si tua bangka menghalanginya.Bobot tubuh Laura yang kecil tak sebanding dengan si tua bangka yang kelebihan berat badan. Tak mampu menahan dirinya saat dilempar ke peraduan."Jangan dibuka dong jendelanya. Cukup saya saja melihat bagian dalam yang montok itu," ucapnya seraya mendekat.Laura yang terbaring karena terhempas ke ranjang, buru-buru bangun. Namun, sayangnya lagi, dia kalah cepat dari lelaki tua bangka. Dirinya melompat hingga sekarang berada di a
Read more
Part 127. Video Syur Menyebar
Balas dendam Ratna belum berakhir. Video syur Laura dengan lelaki tua itu yang sudah dipotong dan blur wajah lelaki itu dikirim tanpa pikir panjang ke Bram dan juga Wati. Mata Wati terbelalak sempurna kala melihat video kiriman dari nomor baru. Tanpa mencari tahu siapa pengirimnya, Wati langsung menghubungi Bram yang belum juga pulang ke rumah.Bisingnya suara musik diskotik, membuat Bram harus keluar untuk mengangkat telepon dari Wati."Kamu dimana? Susah banget dihubungi," tanya Wati langsung dengan nada tinggi."Lagi di luar sama temen. Kenapa, Ma? Nelpon-nelpon langsung marah.""Keluyuran mulu kamu! Kamu ada dikirimin video syurnya Laura nggak?" tanya Wati."Video syur? Nggak tahu. Aku nggak ada cek WA," sahut Bram dengan polosnya.Bagaimana kepikiran untuk mengecek ponselnya, Bram tengah berjoget ria dengan wanita sewaannya. Dan, panggilan dari Wati itupun dia angkat setelah salah seorang rekannya memberikan ponsel pada Bram."Coba cek dulu, kalau nggak ada biar mama kirim ke kam
Read more
Part 128. Pemakaman
Dua hari sudah berlalu … Laura pun baru berani mengisi baterai ponselnya hingga penuh. Itupun saat langit sudah makin pekat. Hiruk-pikuknya ibukota tidak berbanding lurus dengan hati Laura saat ini. Perlahan dia mulai mengaktifkan ponselnya dan tak lama loading, jaringan yang terkoneksi membuat puluhan pesan masuk dari berbagai aplikasi yang ada di ponselnya.Begitu juga dengan panggilan WA dari Bram dan beberapa orang temannya. saat menyalakannya kembali. Dan, dari sekian pesan yang masuk, mencuri perhatian Laura pada sms yang dikirim oleh perempuan yang sudah melahirkannya itu. Laura heran kenapa ibu bisa mengirim pesan padanya. Padahal, ibunya buta huruf, pun menggunakan ponsel tipe lama itu hanya bisa dia gunakan untuk menelpon saja.[Laura … ini Mbak Yati. Kami sudah mencoba menghubungi kamu dari kemarin siang. Tapi nomor kamu tidak aktif. Mang Dede juga udah hubungin kamu lewat WA tetap juga nggak masuk. Kalau pesan ini kamu baca, pulang kampung lah. Ibumu sudah kami kebumikan ta
Read more
Part 129. Jangan Ikut Campur
Sebelum berangkat ke kantor, Arjuna sengaja mampir ke rumah Ratna. Ingin memastikan Ratna dan Devina baik-baik saja. Dan, itu sudah dia lakukan semenjak Ratna mengetahui dirinya punya tunangan. Kalau tidak bisa pagi hari menjelang pergi kerja, ataupun malam sepulang kerja. Setelah lima belas menit menunggu Ratna yang tak kunjung keluar, akhirnya tampak juga perempuan yang begitu dia idamkan sejak dulu itu."Rat, sebaiknya kamu lebih berhati-hati ke depannya," seru Arjuna di depan pagar kala Ratna ingin memanaskan mesin mobilnya.Tak ada lagi sapaan hangat ataupun sekedar basa-basi seperti dulu."Terima kasih sudah mengingatkan, tapi aku bisa mengkondisikan semuanya. Dan, mohon untuk tidak mencampuri urusan ku lagi, Mas.""Satu lag, jangan sampai, kepedulianmu membuat aku semakin marah," tegas Ratna."Tapi selagi Laura hidup dia tidak akan tinggal diam," ucap Arjuna lagi."Aku bisa kendalikan semuanya dengan caraku!" tegas Ratna. Kalimat itu menjadi rentetan kata terakhir sebelum akhi
Read more
Part 130. Share Lokasi Bertemu
Arjuna menerima panggilan masuk dari Bapak Willyanto tak lama dirinya selesai meeting dengan klien baru."Kabar baik saya. Bapak Arjuna apa kabar nih? Makin sibuk tampaknya. Omset makin meroket pesat ya," ucap Willyanto sekedar basa-basi sebagai bentuk bumbu penyedap awal pembicaraan."Sehat, Pak. Hahahaha … harapannya begitu, semoga sesuai ekspektasi lah tahun ini. Dimana nih, Pak. Sudah lama juga kita nggak ketemu.""Ini saya lagi di luar. Rencananya begitu, memang mau ngajak Bapak Arjuna bertukar pikiran sambil ngopi. Bisa, Pak?""Boleh, Pak. Boleh sekali. Share saja lokasinya.""Wah beruntung sekali saya. Ditunggu kedatangannya, Pak Arjuna.Arjuna pun berangkat setelah Willyanto mengirim lokasi lewat pesan whatsapps. Dan, itu hanya menempuh sekitar setengah jam dari kantornya."Buru-buru amat, Pak. Sampai nggak liat saya," sergah Bram kala Arjuna memacu langkahnya keluar gedung kantor. Arjuna sebenarnya tahu sudah mendahului Bram, tapi dia sengaja tidak menyapa musuhnya itu."Iya,
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status