All Chapters of AKU SANG ISTRI BOSS: Chapter 81 - Chapter 90
109 Chapters
81. Jaga Omonganmu
Deg. Ingatan? “Ya Allah.” Aku limbung dan hampir pingsan. Mas Bagus langsung menangkap tubuhku, lalu memapahku duduk kembali.Tak lama berselang, Mas Rama dibawa dengan ranjang roda lagi menuju ruang perawatan. Aku hanya bisa menatap Mas Rama yang tampak sudah dibalut perban di bagian kepalanya itu. Tak sanggup rasanya menatap lama, kutundukkan wajahku dan tumpah lagi air mataku. Nyeri semakin menggila menyusup ke dalam tulang.Blur. Pandanganku kabur. Gelap.***“Cinta?” Suara Bunda Syandi terdengar pelan, membangunkanku. Bau aromaterapi menyengat hidung.“Bunda?” mataku perlahan dapat melihat sosok berjilab panjang itu. “Mas Rama mana?”“Rama ada, masih belum siuman.”“Mas Rama,” panggilku seraya mencoba bangun dari sofa ruang rawat VVIP itu. “Sshhh. Jangan bangun dulu. Tetap istirahat. Rama juga belum bangun. Dia baik-baik aja.”“Tapi kata Suster tadi–““Dokter sudah menjelaskan hasil rontgen-nya.”“Terus, Bun?”“Mbak Cinta, Mbak tenang dulu ya?” Tara yang duduk di samping ranjan
Read more
82. Hilang Ingatan
“ULYA, jaga mulut kamu!” ucapku dengan tegas pada dokter muda nan cantik itu. Apa, cantik? Hilang semua kecantikannya, terbatalkan oleh akhlak kasarnya. Kalimatnya barusan meruntuhkan semua image-nya.“Auu.” Ulya memegangi pipinya. “Kurang ajar kamu, Cinta.”Tamparanku memang tak seberapa kerasnya. Mungkin ia tak merasa sakit sama sekali, tapi aku hanya ingin menunjukkan kalau aku tak mau kalah dengan serangan mentalnya itu. Aku paham ia hanya menjatuhkan keyakinanku pada diriku sendiri, agar perlahan mundur dari Mas Rama. Tentu saja tidak semudah itu.“Mulutmu yang harus disekolahkan. Bisa bicara yang menenangkan aja saat seperti ini? Pahami kondisi. Jangan asal ceplos, di saat yang salah dan pada orang yang salah.”Tap tap. Suara langkah Dennis mendekat. Dengan segera ia memasangkan badan di depan diriku, menjadi tameng.“Maaf, saya tidak akan membiarkan Bu Cinta lebih jauh lagi berbicara dengan anda,” ucap Dennis.Ulya tersenyum sebelah bibir. “I don’t care.”Ulya melangkahkan kaki
Read more
83. Terbakar
Mungkin kenangan dalam kepala Mas Rama telah disita angin selatan. Dan angin selatan telah berlalu bersama bulan April, tak tahu kapan akan kembali. Nun di langit timur, bulan Juni segera datang, berpeluk pundak dengan kemarau.***Sedikit tentang Rama Corporation yang dinyatakan failed karena pekerjanya mogok kerja selama seminggu. Rusuh membesar beberapa waktu lalu. Pak De Andre ditangkap polisi dan divonis tujuh tahun penjara atas tuduhan pencucian uang dan gratifikasi. Robert kabur entah kemana, Dennis bilang berdua bersama Ibu, yang juga tak kembali ke rumah sejak saat itu.Zapa dan Brian pun tak ditemukan. Beberapa kali bodyguard melihat ia masih mengincar dan mengganggu Tara, namun Rendra beberapa kali pula berhasil menyelamatkan.Sementara proyek dari Langit Putra Inc. masih berjalan sebisa mungkin. Tuan Abdul Razzak bisa memaklumi keadaan, namun tetap menuntut yang terbaik meski tanpa Mas Rama. Aku lah yang ikut sibuk karena memang gagasanku yang paling banyak diterapkan, mak
Read more
84. Selamat dari Maut
KUTUTUP PINTU ruangan direktur. Kami beranjak menuju lift. Namun, betapa terkejut di dekat lift api sudah membakar besar sekali.“Astaghfirullah, Allahuakbar,” pekikku. Aku menarik Mas Rama menuju jalan darurat di tangga belakang. Namun kudapati di sana api pun sudah membesar. Kami terjebak. Kalau aku nekad melewati api itu, bisa-bisa sebagian besar tubuhku ikut tebakar pula. Belum lagi Mas Rama yang masih lambat, ia tak bisa berlari melewati api.Bagaimana ini? Aku berpikir. Namun detak jantung kecemasan terlanjur menguasai kalbu hingga ketakutan yang ada.“Bu Cinta, Pak Rama, anda di dalam sana?” suara Dennis terdengar memekik dari lantai bawah. “Iya, Den. Kami di sini. Apinya besar, Den.”“Mumpung apinya masih kecil, terobos, Pak, Bu!”“Mas, ayo kita terobos apinya.” Aku menarik tangan Mas Rama. Namun suamiku itu malah terbengong. Ya Allah, di saat seperti ini biasanya Mas Rama orang yang menengkanku. Dia orang pertama yang membuatku merasa sejuk dalam hati, ringan dalam napas. Na
Read more
85. Papa
Langit malam itu gemerlapan. Pandanganku yang mendongak turun, menatap wajah istriku yang mengangkupkan tangan ke wajahnya.“Serahkan Diko ke Rama dan Cinta saja. Dia takkan dikenali sebagai anakku. Dengan begitu dia aman.” Aku menyalakan sebatang cerutu dan menghisapnya, lalu menyemburkan asap yang bergelung-gelung. “Ini tugas negara, Mel.”“Kenapa harus kau, Bang? Demi apa kau lakukan semua ini?”“Aku harus masuk ke jaringan Fernando, mafia narkoba besar itu. Zapa dan Robert hanya bagian kecil, Mel.”“Kau sudah tak peduli pada kami lagi, keluargamu?” Melia menatapku. Rambutnya diterpa angin, bergoyang-goyang lembut.“Sejak awal menikah sudah kukatakan padamu, Mel. Inilah resiko yang harus kutanggung sebagai agen ganda. Selain itu, aku berhutang budi pada Bima Sakti Angkasa. Kau bayangkan, seorang anak yang hampir mati karena dihajar, terselamatkan karena pertolongannya.”“Ia yang merawatku dalam komaku selama sebulan, Mel. Setelah aku sembuh ia yang memberiku pekerjaan, menyekolah
Read more
86. Berjuang
Sedikit percakapan di antara kami, sebelum aku serahkan sebuah kalung yang berisi memori kecil tentang semua bukti kecurangan di perusahaan Rama Corporation dan beberapa video lama. Barangkali kalau nanti aku tertangkap, aku takkan bisa menyerahkan data itu lagi. Makanya kuserahkan saat itu saja.Setelah Cinta menerima kalung itu, aku segera memenjat pohon. Lompat dari pagar, dan menghilang di kegelapan malam menyusul Bara.***Kira-kira sebulan kemudian.“Aku dan Bara pergi dulu, Bos. Kami akan kembali saat pesta nanti malam.” Aku pamit pada Bos Zapa.“Jangan terlalu lama. Tak seru pesta kita jika kalian terlambat.”“Baik Bos.”Kami pergi dengan mobil hitam, menuju suatu gedung yang tak terpakai lagi, lalu menukar mobil dan pakaian. Selanjutnya kami datang ke kantor polisi. “Penyergapan?” kata kepala polisi khusus itu.“Ya, malam ini mereka adakan pesta. Ini kesempatan untuk menangkap mereka semua. Mereka lengah, pesta. Datanglah dengan kami, maka penjaga di depann tak akan curiga
Read more
87. Rencana Pura Pura
“Ya,” jawab Pak Brengos singkat yang tetap menatap layar ponselnya ketika aku berada di depan meja kerjanya. Lelaki itu belum dikatakan tua. Dari penampakannya kutaksir usianya masih tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Tentang kenapa semua orang memanggilnya ‘Brengos’ mungkin wajahnya terlalu banyak bulu hingga agak menyeramkan.“Saya ingin meminta pabrik ini untuk lebih memperhatikan limbahnya. Saya membawa laporan bahwa pabrik Bapak ini membuang limbah ke sembarang tempat. Hingga bahan kimia-nya meracuni tanah di kebun duku dan durian kami, Pak.”“Ngomong sama manajer sana!”Astaga. Apa semua orang di pabrik ini segitu cueknya dengan orang lain. Sedari tadi aku selalu bertemu dengan orang yang tiada kepedulian terhadap tamu. Satpam yang meremehkan, staf yang tak menghargai, dan kepala pabrik yang sama tak pedulinya. Aku mengelus dada, menarik napas dalam. Sabat, Cinta.“Maaf, tapi Bapak kepala pabrik.”Tatapannya baru terarah kepadaku, membuatku agak menunduk agar tatapan kam
Read more
87. Pov Brian
Orchard Road, Singapore. (Pov Brian)BOULEVARD itu dipenuhi orang berlalu lalang dengan urusan mereka masing-masing. Di kiri kanan, mudah ditemui kios barang mahal super branded–dari seluruh dunia. Mulai dari sepatu, jam tangan, tas, kacamata, semua bisa ratusan jut ajika diukur dengan mata uang Indonesia–rupiah. Sementara langit malam tampak malu-malu menunjukkan beberapa titik bintang.“Kau mau apa, Mel, pilihlah.”Mel menggeleng. Tak biasanya ia menolak jika aku menawarkan barang mewah. Padahal ia yang selalu meminta, merengek-rengek. Tatapan mata Melia seperti tiada berminat pada semua barang mewah dari awal hingga ujung boulevard. Kami berbalik dan kembali melihat-lihat, namun Melia tetap menggeleng saat kutawari, hanya menggamit tanganku erat.“Yang aku mau hanya bersama kau, Bang. Aku takut kita berpisah lagi.”“Kalau itu tiada yang tahu, Mel. Takdir Tuhan susah ditebak.”“Ayo pulang dan jemput Diko.”“Kau yakin, Mel?”Melia mengangguk. Usia kami terpaut cukup jauh. Ia baru mem
Read more
88. Pov Rama
KICAU burung, suara angin dan gemuruh kendaraan bersatu padu pagi itu. Tiada awan sesapuan pun menggantung. Biru sepanjang panorama langit. Brian, akhirnya membongkar penyamarannya secara langsung. Ternyata benar dugaanku bahwa Brian adalah asisten Papa. Dulu, seorang pemuda tergeletak lemas hampir kehabisan darah. Aku masih kecil waktu itu, ikut Papa berkunjung ke rumah rekannya. Di sudut gang sempit itu ia tergeletak begitu saja tiada sesiapa pun peduli.Papa mengangkat tubuh itu, menaikkannya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit. Sejak saat itu, bak pahlawan di matanya, Brian selalu ikut Papa. Namun ketika aku mulai remaja, Brian bekerja sebagai agen rahasia di kepolisian. Aku tak pernah lagi bertemu dengannya, kecuali saat Zapa meminta dia dijadikan manajer di Rama Corporation sekitar setahun silam.“Bunda masih ingat Brian itu, Ram. Dia memang asisten Papamu.” Bunda menatap kejauhan, sebuah mobil hitam baru saja menderu. Sementara Diko menangis meronta-ronta saat dua orang tua
Read more
89. Telepon Mengejutkan
DOKTER Meity adalah dokter spesialis kandungan terbaik di kota kami. Namanya dikenal banyak orang, selain karena memang bagus, juga karena ia selalu mengampanyekan makanan sehat. Begitu juga ia yang sering menyarankan para calon Ibu untuk melahirkan dengan persalinan Maryam.Seperti Aidhan yang belum lama ini melahirkan anak kembar, contohnya. Ia dibantu oleh Dokter Meity.“Nomor antrian tiga puluh tujuh silakan masuk ke ruang poli.” Seorang wanita berbaju serba putih memanggil. Ia lalu mencoret daftar nama pasien di tangannya. Aku dan Mas Rama memasuki ruangan itu. Dokter Meity telah menunggu dengan senyum tipis dan mengangguk, lalu menyilakan kami duduk. Hijab warna merah muda lembut yang membalutnya membuat ia tampak jauh lebih muda,Konsultasi program hamil dengannya menghabiskan waktu lima belas menit.“Jangan lupa untuk mengkonsumsi kurma mudanya. Hindari makanan berminyak, gula, pemanis buatan, natrium, dan zat additive ya?”“Baik, Dok.”Dokter Meity meresepkan vitamin kesubur
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status