Semua Bab Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin): Bab 41 - Bab 50
124 Bab
41. Kelicikan
Pakde Karso terkejut melihat Surti yang berpenampilan seperti itu.“Bu, cepat bawa anakmu bersihkan itu wajahnya, Bapak jadi takut lihatnya,” ucap Pakde karso melihat wajah Surti yang menyeramkan.“Surti nggak mau Pak, biar saja begini, aku malu Pak kalau aku cuci wajahku, ntar wajah asliku kelihatan jelas, toh,” sahutnya kesal.“Nggak apa-apa toh daripada menyeramkan begitu, ya wajar saja Suratman takut lihat kamu,”protes Pakde Karso.“Jadi beli makan nggak nih?” desak Suratman yang mulai jengah.“Memang berapa sih kalau beli nasi bungkus?” tanya Bude Asri ikut bersuara.“Kasih saja tiga puluh tibu, cukup itu,” sahut Pakde Karso.“Surti lalu mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna ungu tetapi sudah sedikit pudar dan memberikannya kepda Pakde Karso.“Ini Pak uangnya,” ucap Surti memberikan uang lecek itu.“Ini Man, cukup-cukupin yang penting bisa makan.”Suratman lalu mengambilnya dan sedkit bingung dengan penampakan uang kertas itu yang berubah warna dan sudah lecek.“Ini uan
Baca selengkapnya
42. Suratman Seorang Pahlawan
“Lama banget tuh orang sudah dua kali dia tambah makannya, sedangkan bapaknya malah irit makan, keterlaluan banget jadi orang!” “Bu, berapa semuanya?”“Sudah selesai Mas, totalnya semua tiga puluh ribu,”ucap Ibu pemilik warung itu.“Loh Bu kok mahal banget di situ tertulis lima belas ribu saja, kok malah tiga puluh ribu?”“Ibu mau membohongi saya ya?”“Jangang begitu dong Bu, kalau mau cari rezeki itu yang halal, jangaan asal menaikkan harga tidak sesuai dengan di spanduk itu!” jelasnya panjang lebar.“Eh, Mas, tadi sampean itu makan nasi dua porsi otomatis bayarnya double dong!” sungut Ibu pemilik warung itu.“Mana buktiknya piring saya cuma satu, gelas juga satu, kalau dua piring dan gelasnya juga dua dong, lagian tadi saya bilang nambah nasi, sama lauk dan sayurnya juga sedikit, nggak banyak kayak tadi,” belanya yang tidak mau kalah.“Ya nggak bisa gitu dong Mas, sampean jangan buat saya kesal ya, bayar sekarang tiga puluh ribu nggak ada tawar menawar, jangan buat saya marah ya,
Baca selengkapnya
43. Nasihat Suratmin
“Bagaimana betulkan apa yang saya bilang, sekarang lebih baik kamu bayar saja tidak baik mengambil rezeki orang lain dengan paksa.”“Kamu sendiri saja jika diposisinya tadi ngotot harus membayar dua porsi karena rugi begitu juga dengan yang kamu lakukan sama Bu Ningsih,” jelasnya lagi.“Tuh dengar, bayar,” ucap salah satu dari mereka.“Dasar Suratmin, sudah membuat aku malu dengan ceramah yang sok jadi ustaz ini, awas kamu Suratmin!” “Kamu dengan saudara kembarmu itu sama saja sok banget jadi orang, yang satu memang kaya tetapi pelitnya minta ampun sedangkan yang ini miskin tetapi sok kaya, sok bijak,” gerutu Dodi dalam hati.“Sudah jangan banyak pikir, pakai acara melamun lagi!” hardik salah satu pelanggan.“Iya ini bayar, aku nggak lari kok!” bentak Dodi sembari mengeluarkan dompet dari saku celana belakang.Dan betapa terkejutnya mereka di sana karena uang di dompetnya hanya ada satu lembar uang kertas berwarna cokelat.Dodi mengambilnya dan memberikan uang itu dengan percaya dir
Baca selengkapnya
44. Nasi Bungkus Gratis
“Kamu ingat nggak dulu waktu kita masih kecil, kita selalu sama-sama, makan bareng, tidur bareng, bahkan sekolah kita selalu bareng.”“Kamu ingat waktu kamu dapat nilai sepuluh dalam pelajaran matematika, dan aku mendapatkan nilai seratus, tetapi karena aku takut kamu dimarahi oleh Bapak, aku tukar nilai kita dan aku tidak keberatan jika nilai kita tertukar dan aku yang mendapatkan amarah dari Bapak,” ucapnya mengenang masa lalu.“Iya, kamu memang dimarahi sama Bapak, tetapi Ibu tetap membela kamu, karena dia tahu kalau kamu menukarnya untukku, iya kan?”“Kamu dari dulu hanya cari muka, Min, minta dipuji, dihormati, dan sampai sekarang, jiwa sosialmu terlalu tinggi dan itu membuat aku tidak suka, apa sih maumu, Min?”“Aku selalu kalah di depanmu, di mata Bapak dan Ibu, bahkan di mata dunia!”“Kamu selalu menjadi nomor satu dalam segala hal, ya akui kamu sangat pintar dalam segala hal, bahkan kamu rela menjadi babu hanya untuk kebahagianku!”“Akan tetapi, maaf Min, aku tidak mau berte
Baca selengkapnya
45. Tugas
Namun, di dalam mobil pikirannya kembali menyerang dengan ingatan masa lalu saat mereka berdua masih kecil.Bayangan saudara kembarnya yang selalu ada untuknya, selalu berkorban untuknya dan selalu ada untuk dirinya tidak dapat dipungkiri.Tanpa sengaja orang yang sering menghujat saudaranya sendiri bisa menitikkan air mata sesaat.“Apa ini?” Air mata dariku sendiri?” Suratman memegang pipinya yang sudah basah dengan air mata.“Kamu benar Min, kamu memang benar!”“Kamu selalu menolong jika aku ada dalam kesulitan , atau bahaya sekalipun kamu akan pasang badan, kamu memang malaikat untukku.”“Akan tetapi aku juga membencimu karena kamu yang selalu dipuja, kamu lebih pintar dari aku bahkan ibu sangat peduli dengan kamu!”“Ya aku sadar kalau aku nakal waktu kecil, itu hanya supaya Ibu mau melihat dan memarahiku!”“Namun, tidak, Ibu malah hanya menasihati dengan beberapa kalimat saja setelah itu cuek lagi, tetapi saat kamu berbuat salah ibu selalu memarahimu dengan tegas.”“Mungkin orang
Baca selengkapnya
46. Cerita Pakde Karso
Sementara itu di rumah sakit ...“Lama banget suamimu beli makan, beli di mana sih?” tanya Pakde Karso sedikit kesal sembari memperhatikan jam tangannya.“Sabar toh Pakde, namanya juga hidup di kota pasti jalanan macet,” bela Siska tersenyum.“Eh, Siska kota ini bukan Jakarta yang macet sepanjang jalan kenanga tetapi ini Balikpapan, kota kecil, masa lama banget beli makannya, atau jangan-jangan dia nongkrong lagi sama teman-temannya,” celetuk Mbak Surti ikutan marah lantaran wajahnya tak semenarik lagi karena semua make up nya sudah luntur terkikis oleh air.“Mbak Surti, aku baru lihat lagi loh wajah aslimu tanpa make up, pantas saja Mbak ngotot nggak mau membersihkannya,” ucap Siska sedikit menahan tawa melihat penampakan wajah asli sepupunya itu.“Ini juga gara-gara kamu nggak mau meminjamkan alat make up, pelit amat sih sama saudara!”bentaknya cemberut.“Ya mau bagaimana lagi Mbak, tas ku kan nggak sengaja terbawa sama suamiku,” kilahnya.“Alah, alasan melulu bilang saja nggak bol
Baca selengkapnya
47. Tipuan
“Apa, sebanyak itu?” Siska sangat terkejut dengan kedua mata membulat ketika tahu berapa uang yang dipinjam dari rentenir itu.“Dan kalian baru mengatakannya sekarang, dan Pakde suruh Siska bayar semua hutang-hutang itu?” tanya Siska geram.“Makanya kami datang ke sini untuk bisa bekerja apa saja yang penting kami bisa bayar hutang, karena kalau tidak ...” sedikit menjeda kalimatnya.“Kalau tidak kenapa,Pakde?” tanyanya lagi.“Ya itu ... Dodi akan dijebloskan ke penjara sama orang itu, jadi tolong kami, Nduk!”“Hanya kamu yang bisa menolong kami!”“Sabar Pakde semua ini adalah ujian, semoga setelah kejadian ini Pakde, terutama Mas Dodi tidak usah ikut-ikutan investasi kalau belum pasti asal usulnya,” ucap Siska kesal.“Iya Nduk, Pakde sudah kasih tahu Dodi untuk tidak sembarangan percaya sama orang,” sahutnya dengan memelas.“Terus bagaimana, Pakde?” tanya Siska yang bingung untuk membantunya dari mana.“Maksud kami datang ke sini sebenarnya adalah ... mau meminjam uang kamu dulu, set
Baca selengkapnya
48. Keserakahan
“Iya Mas!”“Eh salah ... iya Man!” ucapnya malu-malu.“Mbak Surti kenapa, kok maku-malu gitu, memang kenapa wajahnya?”“A-aku malu Man, soalnya aku nggak pakai make up, kelihatan banget jeleknya,nucapnya merendah.“Memang iya sih ... eh maksudnya nggak apa-apa Mbak malah kelihatan cantik natural gitu,” pujinya membuat Surti bahagia.“Yang betul Man, kamu suka dengan wajahku seperti ini? Kamu nggak malu mempunyai keluarga yang wajahnya seperti ini?” tanyanya meyakinkan apa yang dia dengar barusan.“Iya, Mbak, mau bagaimana lagi dari sana sudah begitu, syukuri saja apa yang sudah di kasih sama kita, nggak udah dipermak, iya kalau ada uang bisa operasi plastik, kalau nggak ada ngapain coba, bisa-bisa kena penyakit kulit loh, cari aman saja,” jelas Suratman bijak.Mendengar perkataan Suratman, Surti kembali merengut sehingga lebih terlihat lebih seram dari yang sebelumnya.“Kenapa kamu melihatku seperti itu, wajahku seram begitu?” tanyanya ketus.“Iya sih Mbak,” jawab Suratman pelan.“Ap
Baca selengkapnya
49. Hasutan
“Iya, memang kenapa, Pakde?” tanya Suratman yang terkejut melihat ekspresi mereka bertiga.“Ngapain berhenti kerja, kan sayang? Posisi jabatan Siska itu bagus sesuai dengan kingerjanya, dan jika dia berhenti lalu masuk kembali otomatis kan sangat berbeda,” jawab Pakde Karso dengan nada sedikit meninggi.“Lah, ngapain kerja toh Pakde, ada aku suaminya yang selalu memenuhi kebutuhannya, lebih baik Siska hanya perhatian sama anak kami saja,” kilah Suratman yang masih tetap ingin istrinya berhenti bekerja.“Man, zaman sekarang itu susah cari kerja dan sekarang kamu sia-siakan kesempatan yang ada, kalau menurut Bude jangan toh berhenti, kan ada kita-kita yang akan menjaga anak kalian, iya kan?” Bude Asri ikut membela suaminya agar Siska tetap bekerja.Suratman tidak memedulikan mereka yang berbicara, dia lebih fokus kepada istrinya saja.“Bagaimana Sayang, kamu mau kan? Bukannya itu yang kamu mau selama ini?”“Dengan begitu kamu bisa setiap hari melihat tumbuh kembangnya anak kita, tidak
Baca selengkapnya
50. Penolakan
“Hahaha ... pinjam uang ... hahaha ... mau melunasinya ... mimpi apa aku semalam, Sayang?” tawa Suratman tak bisa terbendung lagi.Mereka semua terdiam dan menunduk tidak bisa membela dirinya, karena apa yang dikatakan Siska benar adanya.“Mas ... Mas!” Siska menarik pakaian suaminya dan memberi kode agar berhenti tertawa.“Oh, iya ... iya, maaf Pakde, nggak sengaja!”“Terus berapa yang kalian mau pinjam satu, dua juta, tiga juta atau lima juta, kalau hanya segitu aku bisa kasih, berapa nomor rekening Pakde, biar aku transfer sekarang,” jelasnya sembari mengutak -atik ponselnya.Pakde Karso lalu dengan senang hati memberikan nomor rekeningnya kepada Suratman.Dirinya pun mengetik diaplikasi tersebut dan menekan nominal yang diinginkan. “Berapa yang Pakde butuh kan?” tanyanya lagi tanpa melihat ekspresi wajah Pakde Karso yang bahagia.“Nggak jelas banget ini, Mas Ratman, katanya benci kok maunya dia memberikan pinjaman atau jangan-jangan dia pikir satu juta padahal kan satu milyar, ah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status