All Chapters of Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya: Chapter 21 - Chapter 30
110 Chapters
Putraku Tak Ada Kabar
“Kenapa wajahnya kelihatan sedih, Pak, Bu? Adek bayi juga kenapa digendong lagi tidur begini?”Aku menghapus sudut mata yang menghangat, berusaha menghilangkan jejak kesedihan di sana. Tersenyum tipis menatap dokter Rian yang berdiri di depan kami. Saking sibuknya pikiran berkelana, aku tak sadar kalau sudah ada lelaki tinggi putih itu di sini. Aku yakin dia mau menyapa duluan karena ada suamiku juga di sini. “Gini Nak Dokter, ....”Suamiku menjelaskan apa yang terjadi di dalam tadi. Dokter Rian terlihat serius mendengarkanya, lalu tersenyum dan meminta bayi dalam pangkuan suamiku.“Saya kira kamu akan jadi penyemangat buat ibumu, tapi rupanya yang terjadi adalah sebaliknya. Maaf kalau kamu harus terpisah dulu dengan ibumu, ya, Adek manis?” Dokter Rian bicara sambil becandain cucuku. Bayi itu menggerak-gerakkan tangannya sambil mengoceh, seolah mengerti kalau ada orang yang mengajaknya mengobrol. Coba saja Delon sebaik Rian, maka tak mungkin putriku menderita hingga hampir dijemput
Read more
Sang Penyelamat
Adakah di dunia ini saudara yang bisa diam saja jika adik perempuannya dikhianati serta disiksa dengan sadis? Delon, lelaki bermoral minus itu dengan sengaja membuat adikku agar meninggal perlahan, menikmati rasa sakit yang terus menggerogoti badan hingga dia tak bisa menegakkan punggungnya sendiri.Dan lebih bikin naik darah, adikku tak melakukan kesalahan apa-apa dan Delon melakukan itu untuk balas dendam padaku. Pecundang sekali. Aku yakin, dia tak mengarang cerita kalau alasannya karena cinta bertepuk sebelah tangan pada istriku, mengingat Sri pernah kuliah di kota ini. Jika tujuannya agar aku ikut sakit hati melihat kondisi Alina, ya, dia telah berhasil melakukannya.Tapi jika Sri memilih menerima cintaku, apa aku harus memaklumi alasannya? Tidak akan bisa. Sampai kapan pun tak akan bisa. Adikku yang tak tahu apa-apa harus menanggung akibat dari dendam suaminya.Aku sewa motor untuk untuk memudahkan mau kemana-mana. Rian menawarkan agar aku memakai mobilnya, tapi kutolak. Dia lebi
Read more
Ternyata Rian Masak Sop Buat Alina
“Astaga, motorku ketinggalan dan hapeku juga gak ada.”Aku menepuk dahi setelah sadar tidak ada ponselku di kantong, sedangkan dompet dan isinya aman. Aku tadi ke sana naik motor dan pulang malah naiuk mobil Rian. Pastinya harus ganti rugi jika sampai hilang. Aku gak bisa menjamin kalau motor itu tetap aman di halaman rumah Delon sampai besok pagi. “Haduh, Raka. Udah hampir modar, kamu masih sempat mikirin motor. Kalaupun mereka jual, gak apa-apalah ganti rugi ke tempat penyewaan motor. Berapalah itu? Kamu kan sudah pegang uang Delon. Yang penting sekarang, hapemu. Ada yang penting gak di sana?” cecar Rian, melirikku dari spion tengah.Ah iya, aku baru ingat kalau menyimpan uang Delon yang kuambil dari m-bankingnya. Aku tak perlu merogoh uang tabunagn sendiri untuk masalah itu.“Bener juga. Untung kamu ingatin,” kekehku. Aku memang pernah menceritakan hal itu pada Rian. Untung saja di ponselku tidak ada foto-foto istri dan anak kami. Aku lebih suka mengambil foto atau video pakai pon
Read more
Tiga Syarat
“Ngapain ngendap-ngendap gitu, Bang?”Astagfirulloh. Aku mengusap-usap dada. Bagaimana bisa tiba-tiba Hamdan ada di belakangku dan menepuk pundak ini? Untung saja aku tak punya riwayat penyakit jantung.“Kalau aku jantungan, Bang Hamdan mau tanggung jawab? Gak boleh ngagetin gitu loh,” protesku. Dia menautkan alis, memandangiku dari kepala sampai kaki.“Perasaan gak ngangetin kok. Berarti pikiran Abang terlalu fokus sampai kaget begitu. Kalaupun jantungan, gampang kok. Kan udah di rumah sakit,” balasnya santai, lalu tertawa sekilas setelah aku memelotot. Dia pun ketularan menyebalkan kayak Rian.Aku berjalan mendahului, mengintip dari balik kaca pintu kamar. Aku tersenyum bahagia dan juga merasa terasing. Bapak dan Ibu sedang makan di sana. Sedangkan Alina disuapi Rian. Lalu aku? Di sini dalam keadaan masih lapar.Aku mengucapkan salam seraya membuka pintu dan menghampiri mereka. Ibu terlihat berbinar bahagia melihatku datang. “Kamu sudah pulang, Nak? Sini duduk!” Ibu menepuk lantai
Read more
Kesepakatan Deal
“Tidak bisa. Ini tidak bisa dibiarkan. Papa jangan terpengaruh dengan kata-kata orang kampung yang ngebet pengin kaya ini. Sudah minta uang banyak, malah ngelunjak menyuruh kita untuk memenjarakan Delon. Memangnya dia siapa sampai harus dituruti kata-katanya,” sergah Bu Nugroho. Wajahnya begis dan angkuh, menatapku tajam. Aku mengusap-usap dagu sambil memperhatikan wajah lelaki paruh baya di hadapanku. Wajahnya masih kelihatan syok, menutup mulut dengan tangan kanan. Aku beralih menatap istrinya yang sedang berdiri dengan napas memburu. “Saya tidak memaksa kok, Bu. Ini hanya syarat yang saya ajukan. Kalau merasa sanggup, terima saja. Kalau tidak, ya enggak usah,” balasku dengan santai. “Biarkan hukum yang berbicara. Jika publik ikut mengawal kasus ini, maka hampir bisa dipastikan hukuman akan semakin berat.”Papanya Delon menyugar rambut dengan kasar, belum menerima syaratku, tapi juga tak membenarkan ucapan istrinya. Mungkin saat ini dia sedang dilema. Mungkin dia terlalu berekspek
Read more
Rangkul Putrimu, Nak
Sejak Raka membawa kabar baik tentang keadilan buat Alina, hatiku lebih tenang dan merasa aman. Ini semua tak lepas dari bantuan banyak pihak yang mempermudah prosesnya. Seperti kata dokter Rian, Alina ibarat setangkai lidi, tapi kalau semua sudah bersatu, kami bisa menumpas sampah masyarakat seperti Delon.Aku baru bisa ke rumah sakit setelah memandikan cucuku dan juga memberikan susu. Setelah kenyang dan badannya segar, dia akan mulai ceria. Suamiku sedang membawanya ke luar, cari angin segar.“Ibuuuu.” Alina membentangkan tangan seraya tersenyum begitu aku memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat ceria, meskipun badannya yang kurus tak bisa menyembunyikan kalau dia pernah menderita. “Kayaknya kamu lebih segar hari ini, Nak. Kamu mau diajak jalan-jalan?” tanyaku seraya mencium keningnya.“Iya, Bu. Mana Bang Raka? Katanya dia mau ajak aku jalan-jalan ke luar.” Bibirnya mengerucut, menatap ke arah pintu dan tak ada yang muncul lagi dari sana.“Abangmu lagi ada sedikit urusan. Ibu saja
Read more
Surat dari Dokter Rian
Aku mengambil ponsel dan menelpon suamiku. Dua kali panggilan, belum diangkat juga. Lelaki tua itu tak suka menggunakan nada dering panggilan. Hanya getaran saja. Tapi sangat jarang dia meninggalkan ponselnya.“Tunggu sebentar, ya, Nak. Ibu akan mencari bapakmu.”“Aku gak mau ditinggalain, Bu. Aku takut sendirian.” Alina menahan tanganku. Aku mendesah pelan dan menganggukkan kepala. Namun, senyumku terbit karena panggilan masuk dari suamiku.“Iya, ada pa, Bu?” tanyanya langsung begitu tersambung.“Bapak lagi dimana?”“Di taman.”“Ibu dan Alina juga di taman.”Aku berdiri, celingukan mencarinya dan ternyata suamiku juga melakukan hal yang sama. Pandangan kami bertemu dan kulambaikan tangan. Ternyata dia tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang.“Sini, Pak. Alina mau ketemu.”“Lalu Cici siapa yang jaga. Bukannya gak boleh mereka ketemu?”“Sekarang, Alina yang minta ketemu cucu kita, Pak,” balasku. “Buruan ke sini, Pak.”“I-iya, Bu.”Aku kembali duduk, mengusap-usap punggung putriku yan
Read more
26 A
“Kamu kira begitu berharga buatku, hah? Jangan sok menasehatiku!” bentak lelaki yang bergelar suamiku. Dia mendorong dadaku. Untung saja, tidak sampai terjatuh karena kakiku refleks mundur.Bang Delon berjalan sempoyongan dengan bau alkohol yang tajam, diantar seorang perempuan berpakaian menggoda. Astaghfirulloh. “Urus tuh suami lo. Gue mau cabut,” cetus wanita berambut pirang itu. Dia adalah wanita yang berbeda saat mengantar suamiku pulang kemarin malam.Kuusap perutku yang membuncit. Aku harus banyak bersabar. Di dalam rahimku ada buah cinta kami. Pasti ini hanya ujian pernikahan. Mungkin, besok atau lusa dia akan berubah, kembali menjadi suamiku yang terbaik.Namun, apa dayaku? Perilaku Bang Delon semakin menjadi-jadi. Setelah melakukan USG, jenis kelamin janin dalam kandunganku selalu diungkit. Kenapa perempuan selalu disalahkan untuk sesuatu di luar kendalinya? Lagian anak ini, apa dia tak berhak dicintai hanya karena dia perempuan? Lalu suamiku, apa dia lupa kalau mamanya jug
Read more
26 B
“Kamu kira begitu berharga buatku, hah? Jangan sok menasehatiku!” bentak lelaki yang bergelar suamiku. Dia mendorong dadaku. Untung saja, tidak sampai terjatuh karena kakiku refleks mundur.Bang Delon berjalan sempoyongan dengan bau alkohol yang tajam, diantar seorang perempuan berpakaian menggoda. Astaghfirulloh. “Urus tuh suami lo. Gue mau cabut,” cetus wanita berambut pirang itu. Dia adalah wanita yang berbeda saat mengantar suamiku pulang kemarin malam.Kuusap perutku yang membuncit. Aku harus banyak bersabar. Di dalam rahimku ada buah cinta kami. Pasti ini hanya ujian pernikahan. Mungkin, besok atau lusa dia akan berubah, kembali menjadi suamiku yang terbaik.Namun, apa dayaku? Perilaku Bang Delon semakin menjadi-jadi. Setelah melakukan USG, jenis kelamin janin dalam kandunganku selalu diungkit. Kenapa perempuan selalu disalahkan untuk sesuatu di luar kendalinya? Lagian anak ini, apa dia tak berhak dicintai hanya karena dia perempuan? Lalu suamiku, apa dia lupa kalau mamanya jug
Read more
27 A
“Ada apa ini nangis-nangis? Saatnya tidur, Bu,” tegur Bapak. “Jangan terus membuat Alina menangis.”“Justru Alina yang membuat Ibu menangis. Anak ini, dia terus saja mengiris bawang di dekat mata Ibu.”Perempuan yang melahirkanku mengurai pelukan dan membantuku tiduran di lantai mobil yang sudah dialasi kasur busa. Bang Raka duduk di depan bersama sopir, sedangkan aku, Cici, Bapak dan Ibu bisa rebahan di belakang. “Mungkin sekarang kamu masih trauma, Nak. Ibu pun sama, tak ingin kamu terluka lagi. Tapi tetap saja Ibu berharap suatu saat nanti kamu ditemukan lelaki yang tepat. Anggap saja semua orang teman, tapi kendalikan perasaan, ya, Nak.”“Iya, Bu.”Aku memejamkan mata, meskipun belum ingin tidur. Kurasakan tangan Ibu menepuk-nepuk lenganku dengan pelan. Betapa takdir tiada yang tahu. Dulu Bapak dan ibu ikut mengantarku ke rumah suamiku, dan sekarang mereka menjemput wanita ringkih ini, membawaku pulang ke rumah masa kecil yang sudah direnovasi beberapa kali. Setelah menikah, ruma
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status