Semua Bab Seleksi Calon Mantu: Bab 61 - Bab 70
89 Bab
61. Saran dari Nana
Cinta yang dikejar telah tertaklukkan, tapi masalah lain kini berkecamuk datang ke dalam pikiran.Pak Jhon dan misi seleksi calon mantunya yang penuh ambisi itu.Hingga kini Dea kepikiran tentang hal tersebut.Sore, ketika Dea duduk di kursi kafe bersama Nana sambil menunggu ayang pulang dari jam kerja, ia mengeluhkan tentang satu hal yang beberapa hari terakhir ini menghantui. Pertanyaan Daffa terkait orang tua Dea Posa."Menurut kamu aku harus gimana, Na? Jujur dari sekarang atau jangan, nih ke dia?" Dea masih galau untuk mengungkap jati dirinya yang hingga kini setelah sebulan lamanya menjalin hubungan dengan Daffa. Sebab ia masih juga merahasiakan siapa dirinya."Emm ... bentar. Menurut penerawangan Mak Erot, kamu sekarang lagi menghadapi yang namanya penyihir bawa buah simalakama. Dan sialnya buah itu udah kamu genggam. Maka kesimpulan dari masalah yang kamu rasa adalah, nggak ngomong bakal jadi masalah, ngomong juga bakal jadi masalah. Jadi, ya udah jujur aja saranku, Dea. Astag
Baca selengkapnya
62. Akar Masalahnya
Dea dan Daffa jalan sama-sama. Dan apa yang membuat Dea resah adalah Daffa benar-benar diam tak berkata. Meski tangannya erat menggenggam di sepanjang perjalanan mereka, tapi tetap saja gundah itu menerpa seluruh hati Dea, karena Daffa tak terbiasa diam beribu bahasa.'Apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa Mas Daffa diam aja? Wajahnya juga cemberut bukan main. Dari tadi jalan udah lumayan jauh, tapi belum ada keputusan mau berhenti di mana.' Dea tambah resah.Langkah Dea berhenti ketika dia sudah lelah menunggu Daffa bicara. Daffa berhenti melangkah juga. Dirinya menatap Dea dengan tatapan yang entah apa artinya, Dea tak mampu membacanya."Kenapa berhenti?" tanya Daffa dingin. "Capek?"'Capek?'Dea mengernyit. Bisa-bisanya Daffa bertanya demikian. Jelas Dea merasa lelah, dari tadi dibawa jalan lurus tanpa tujuan. Tambah capek lagi dengan sikap Daffa yang mendadak sedingin es. Apa dia sudah kembali ke versi lamanya? Yang songong bin jutek itu?Ah ... Dea sama sekali tak bisa bayangkan itu.
Baca selengkapnya
63. Sekecewa Itunya Daffa
Petrikor menguar menusuk hidung, ikut mewarnai sore yang perlahan mendung. Dua manusia itu masih saling diam walau anak hujan mulai turun. Orang-orang di sekelilingnya berhamburan mencari tempat untuk berteduh. Entahkah itu di bibir kafe, atau di dalamnya, atau bahkan ada juga yang berjejer di bawah terpal pedagang kaki lima yang mangkal.Llihatlah bagaimana dua manusia itu saling kunci pandang, dengan butir-butir putih mendarat di pucuk rambut. Sehingga jika dilihat hanya selintas, akan terlihat seperti telur kutu rambut."Aku tahu dari anak minimarket, tapi bukan Nana." Mengaku juga Daffa, kali ini tanpa harus membuat hati Dea bergetar. "Bukan yang cewek juga." Daffa menambahkan. Dari sorot matanya, Daffa benar-benar seperti kecewa berat.Dea masih diburu rasa kaget, ia hanya diam macam boneka salju yang beku. Menatap mata Daffa yang berkaca-kaca."Alasan kamu hilang berbulan-bulan itu ... apa karena itu? Tiba-tiba kamu membatalkan janji hari itu, dengan alasan ada kepentingan mende
Baca selengkapnya
64. Penyesalan Daffa
"Heh, dasar ba*ingan!" umpat Nana tak lama setelah berjega di hadapan Daffa yang hanya menatapnya dalam kebisuan.Tapi Daffa mengerti mengapa Nana mengamuk dan menyebutnya dengan kalimat tak pantas begitu. Pikirnya, pasti Dea sudah curhat masalah semalam. Setahunya, kan Nana sahabat Dea.Daffa menghela napasnya dalam-dalam. Membuang tatap ke lain arah, sebab malas saja rasanya. Pasti pembahasannya tak jauh-jauh dari betapa berengseknya Daffa karena sudah melukai hati Dea."Pergilah, Nana. Saya tak mau berurusan dengan kamu," usir Daffa tak gentar. Dia bangkit dari kursi yang sedang diduduki, lalu beranjak sambil membawa tabung gas menuju motornya.Namun, tangan Nana sigap menghalangi. Wajah Nana mengeras, meski ia tak bisa mengatakan apa pun. Tangan Nana mengepal kuat, lalu hanya dalam hitungan detik saja satu pukulan darinya mendarat begitu keras di perut berotot Daffa, hingga tabung gas yang diangkat sebelah tangan Daffa itu lepas. Beruntung tak sampai jatuh menimpa kaki, jika iya b
Baca selengkapnya
65. Yang Terungkapkan
Dea ketika mendapat pesan-pesan dari pacar yang hilang sejak semalam. Dahinya mengernyit, bibir cemberut, monyong hampir lima senti. Saat itu Dea sedang melakukan cek kesehatan di rumah sakit, makanya ia tak bisa menerima telepon karena antrean dan tanggung, setelah ini bagiannya masuk.Dea yakin jika diterima panggilannya, percakapan akan sangat panjang sekali meluber ke mana-mana. Tapi didiamkan juga cukup mengganggu, sebab pesan demi pesan masuk ke ponselnya runut.Membuat kekesalan Dea memuncak. Akhirnya Dea membalas pesan Daffa dengan kalimat singkat, padat, dan bisa dikata jelas.[Jangan ganggu, lagi di rumah sakit.]Begitu isinya. Dea tak lagi menyembunyikan soal kesehatannya, karena dia yakin Nana pasti sudah mengatakannya hari ini, terbukti dari pesan Daffa yang mengatakan dia telah mengetahui apa yang terjadi. Memangnya siapa lagi yang akan bisa membeberkan semua jika bukan Nana Banana?Pesan yang membuat jantung Daffa serasa mau jatuh dari balik rusuknya. Mengira jika Dea a
Baca selengkapnya
66. Setelah Berdamai
Ketika kesalahpahaman itu tertumpaskan, tak ada lagi praduga penuh curiga. Sepasang kekasih yang masih dibayang-bayangi takut akan perpisahan itu telah kembali saling bercengkerama.Mereka melupakan hal yang sudah terjadi, memilih untuk saling percaya kembali. Ada pun Daffa, ia telah menyesali semua perbuatannya kepada Dea dan berjanji tak akan pernah mengulangi hal sama.Juga berjanji untuk tidak memaksa Dea untuk segera mempertemukannya dengan keluarganya. Ia akan sabar menunggu hingga Dea bersedia. Selagi itu belum terjadi, Daffa akan bersiap-siap, sebab kata Dea bapaknya sangat galak."Gitu, ya? Jadi Dea itu anak yatim?" Herman tak menyangka setelah mendengar tutur curhat rekan kerja yang kini sudah menjadi teman akrabnya di kantor kecamatan.Ini sudah jam makan siang, mereka baru saja selesai makan di warteg yang letaknya tak jauh dari kantor."Heem." Daffa sibuk dengan ponselnya, jadi menjawab singkat pun sudah untung."Dia punya saudara?""Katanya ada. Tapi nggak bilang berapa-
Baca selengkapnya
67. Perasaan Pak Jhon
"Aku pergi dulu, ya Na, bye!" pamit Dea Posa setelah dia mulai bosan lama-lama nongkrong di minimarket. Mana para mantan rekannya nanya melulu pula kenapa Dea tiba-tiba berhenti, bahkan pertanyaan apakah benar Dea berhenti bekerja gara-gara gagal nikah itu mampir ke telinganya.Saat ditanya begitu sontak Dea saling kunci pandang dengan Nana, lalu sejurus kemudian tergelak. Bukan, Dea menjawabnya lantang, lalu mengatakan jika apa yang mereka dengar itu adalah kebohongan.Dea memilih merahasiakan soal Rio, meski beberapa dari mereka tahu dan pernah melihat Rio secara langsung. Tapi Dea menyangkal bahwa dia gagal menikah, sebab dari awal tak ada rencana pernikahan. Dan antara Dea dengan Rio, mereka hanya teman biasa.Itu cukup untuk membungkam mulut-mulut penggoreng gosip dan menghentikan beritanya sehingga setelah itu tak ada lagi yang membicarakannya lagi.Dea meraih tas dari meja, hendak pergi. Nana yang baru saja selesai melayani pelanggan, keluar. Hanya separuh tubuhnya yang muncul
Baca selengkapnya
68. Pada Akhirnya Pak Jhon Tahu
Semuanya baik-baik saja ....Menjalani kisah cinta dengan damai dan bahagia.Mereka tertawa, bertemu setiap hari, jalan-jalan, mengunjungi tempat wisata, dan banyak hal lain lagi yang keduanya lakukan bersama. Mereka kompak merajut kenangan, di mana mereka bisa menceritakan di masa depan.Namun, akankah kisah cinta mereka berlabuh di tepian dermaga? Atau justru akan hancur dihantam ganasnya ombak sebelum mata melihat dermaga itu?Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Meski sesungguhnya mereka pun takut pada ketidak-pastian, tetapi hati masing-masing selalu saling menguatkan, saling meyakinkan bahwa kisah mereka akan sampai ke tujuan.***Dea sudah berencana akan mencari pekerjaan lagi di sekitar kecamatan agar bisa bebas ketemu ayang setiap harinya. Dengar dari Nana tempat fotocopy di samping sekolah dasar tak jauh dari toko sedang membutuhkan karyawan. Tidak perlu yang berpengalaman asal pekerja keras. Hanya itu syaratnya."Aku bakal buru-buru nyiapin lamaran ke
Baca selengkapnya
69. Dipisah Paksa
Sesaat sebelum rahasia itu terbongkar ...."Dea, tunggu!" Pak Jhon masih tidak menyerah untuk mengejar anaknya, sampai tak menyadari Pak Jhon sudah dekat ke jalan raya utama. "Aduh, anak itu benar-benar pejalan kaki yang cepat. Apa dia tidak kehabisan nafas berjalan secepat ini?"Pak Jhon celingukan, akhirnya ia menyadari ada yang salah di situ. Ah, pantas kakinya terasa sakit, serta keringat pun sudah deras-derasnya macam gerimis yang datang membasahi tanpa diundang."Sudah jauh-jauh sampai di sini, bagaimana mungkin aku kembali dengan tangan kosong?" Sudah terlanjur capek, Pak Jhon akhirnya memilih untuk pergi ke mart sendiri.Namun, setelah berjalan menuju tujuan, Pak Jhon melihat Dea sedang berlari. "Nah, itu dia si Dea! De—"Ketika baru saja mau memanggilnya, suara Pak Jhon langsung hilang ketika dia melihat Dea memeluk seorang laki-laki. Pak Jhon tremor di tempatnya, sebelum kemurkaan menguasai.Setelah bisa mengendalikan diri, barulah Pak Jhon berjalan mendekat, dan hal itu ben
Baca selengkapnya
70. Kegalauan Tingkat Langit
BLAAAAM!Pintu rumah ditutup begitu keras, sehingga ketiga kakak Dea yang sudah berkumpul di ruang tengah, membantu Kak Maya menatap ke arah Pak Jhon dan Dea.Mereka tentunya penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi hanya mampu diam. Karena bagi mereka, Pak Jhon yang sedang marah bagaikan singa yang sedang lapar, bila di antara mereka mengganggu, bisa-bisa mereka akan ikut menjadi mangsa juga."Duduk! Duduk!" Pak Jhon menunjuk sofa. Tapi Dea malah tak mau, dia berjalan cepat dan masuk ke kamar. Baru saja mau mengunci pintu, Pak Jhon dengan kasar menendang hingga keluar suara keras hasil dari bantingan pintu tersebut.Dea pun terjatuh karenanya.Lalu apa Pak Jhon merasa bersalah? Tidak sama sekali, ia benar-benar kalap seperti sedang dikuasai setan.Kak Maya, Kak Anita, dan Kak Dina berdiri. Melihat."Pantas kamu akhir-akhir ini jadi pembangkang, ternyata kamu punya pacar di luaran sana! Gila kamu, ya! Nggak ngomong sama bapak!" teriak Pak Jhon. Dan karena teriakan itu, semua orang akhi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status