Semua Bab Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin: Bab 81 - Bab 90
147 Bab
Bab 81.
Henry berdiri di balkon kamarnya, sambil memandang pemandangan malam yang sunyi.Semenjak ditinggalkan Navier, Henry menjadi lebih pendiam jika menghadapi orang lain, berbeda jika menghadapi sang ayah. Mereka pikir, sifat Henry memang seeperti itu sejak lahir. Hanya Edgar  yang tahu perubahan itu, tetapi tidak bisa berbuat banyak."Kalau kukatakan ingin bertemu denganmu, apa kau akan datang, Mama?" monolog Henry. Dia selalu ingin bertemu dengan ibunya sejak ditinggalkan. Bahkan, dia selalu berharap jika dia yang dibawa ibunya pergi, bukan dititipkan pada ayah dan paman-pamannya. Apalagi pada neneknya.Wanita tua itu selalu memarahinya jika menyinggung atau menyebut nama Navier.Hal itu membuat Henry merasa tidak nyaman jika bersama neneknya. Jika sang ayah akan menitipkannya pada Cassandra, HEnry selalu menolak dengan memberi berbagai alasan."Kata nenek, Mama pergi dengan pria lain. Pasti sudah memiliki keluarga baru, dan menolak keberadaanku
Baca selengkapnya
Bab 81.
"Maaf, apa aku bisa meminta tolong?"Henry menoleh sekelilingnya, dan tidak mendapati siapa pun di sekitarnya kecuali satu orang. Yakni, wanita muda yang terlihat kesusahan membawa barang belanjaannya.Wanita yang memiliki penampilan berantakan dengan kacamata bulat hitam, dan rambut merah lurus yang diikat kuda poni, dengan anakan rambut  yang membiangkai wajahnya yang bulat. Untuk sekilas, Henry terpesona, dan berharap bisa melihat wajah itu secara keseluruhan."Haallo? Apa kau bisa membantuku?" pintanya lagi.Henry yang sempat termenung karena terpesona pada wanita itu, mulai tersadar."A-ah, iya. Maaf. Aku bisa membantu. Harus kuapakan? Aku harus membantu apa?"Wanita itu terkekeh mendengar Henry yang terdengar gagap. Kemudian, wanita itu menunjuk barang belanjaannya.Dan hal itu, sontak membuat Henry kaget.Belanjan yang ditunjuk wanita itu amat banyak. Beberapa darinya tercecer karena kantong belanjaan yang rusak. Ji
Baca selengkapnya
Bab 82.
"Apa Nona mau kuajak makan siang?" tanya Henry.Wajahnya sudah seperti kepiting rebus, dengan jantung yang berdebar kencang. Sebagai remaja, Henry tak perlu banyak berpikir untuk mengetahui apa yang terjadi lada dirinya."Split bill?" tanya wanita itu.Henry menggeleng keras.Jika itu dia yang mengajak, tentu sudah pasti membayarnya juga, bukan membayar masing-masing.Jujur saja, harga diri Henry terluka karenanya. Apa di pertemuan pertama mereka, dia seperti pria yang kekurangan uang?"Jika aku yang mengajak, maka itu artinya aku yang membayar," ucapnya."Tapi kita baru pertama kali bertemu. Dan ... kita juga bahkan belum tahu nama masing-masing."Henry ingin menepuk dahinya. Menyadari bahwa dia terlalu bodoh dan terkesan tidak dipikir sebelumnya."Menurutku, akan lebih baik jika kita membayar bagian masing-masing," ucap wanita itu. Kemudian, dia tersenyum kecil dan membuat wajah Henry kembali memerah.
Baca selengkapnya
Bab 83
"Kau sudah bertemu dengannya?" tanya James.Dia memang bertanya pada Navier, tetapi matanya sama sekali tidak beralih dari berkas-berkas yang menggunung di hadapannya."Tentu. Dan aku harap dia tidak mengenaliku di pertemuan berikutnya," lirih Navier.Dia masih berdiri tanpa ingin duduk, dan mengepalkan tanganya erat, hingga kuku-kukunya terasa akan menembus kulit begitu saja."Kau sudah berjanji untuk tidak menemuinya terlalu sering, Nav! Dia bisa curiga dan ingatannya bisa tergali. Kau mungkin mendengar jika dia tidak memiliki kenangan tentangmu lagi. Tapi, bukan berarti dia sama sekali tidak mengingatmu!"Navier ingin sekali menangis. Hanya saja, harga dirinya terlalu tinggi dan menahannya sekuat tenaga."Tetaplah seperti dulu lagi. Kau sudah memastikan jika dia baik-baik saja, kan? Maka dari itu, ayo! Kau tidak bisa terpaku pada masa lalu yang tidak bisa lagi kau raih. Ingat, Nav! Kau cucuku satu-satunya, dan tidak akan kubiarkan kau mel
Baca selengkapnya
Bab 84.
"Dad, sepertnya aku sedang jatuh cinta!" Edgar hampir saja tersendak ludahnya jika tidak punya pengendalian diri yang bagus.Dia sangat yakn jika sebelum ini, sang putra sama sekali tidak pernah membicarakan masalah ini sebelumnya. "Dia mungkin terlihat sedikit lebih tua dariku, tetapi tidak masalah! Aku bisa menjadi sosok yang lebih dewasa nantinya. Tak hanya itu, aku juga akan bekerja lebih sungguh-sungguh lagi untuk menafkahinya. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh juga, dan menyelesaikannya dengan cepat. Aku tidak mau dia memandangku dengan sebelah mata. Dan, oh! Aku juga akan-" "Hen, cukup!" Kepala Edgar mendadak pusing mendengar putranya yang berceloteh ke sana kemari tanpa henti. Tak hanya itu, Henry juga menampilkan ekspresi yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sudah sejak lama Edgar melihat espresi eperti itu. Ekspresi putranya yang tanpa tekanan. "Dad, aku akan melamarnya di pertemuan kami yang kedua. Karena itu
Baca selengkapnya
Bab 85.
"Kau bisa meminta apa pun selain pernikahan, Lissa," ujar Edgar dingin. Ya, pria itu bisa melakukan apa pun, atau mengabulkan apa pun selain menjanjikan pernikahan mereka menjadi nyata. Dia terlalu muak untuk sekadar membayangkan bersama wanita itu. "Kalau begitu, aku tidak akan memintanya lagi padamu. Aku akan melakukannya sendiri. Padahal aku melakukan itu karena kukira kau sudah menganggap Henry sebagai anakmu. Tapi, ternyata tidak ada yang bisa mengalahkan posisi Navier. Kau tidak mampu untuk itu," cemoh Edgar. Dia tahu kelemahan Lissa. Wanita itu tidak bisa dibandingan dengan wanita mana pun, apalagi dengan Navier. Jika awalnya dia merendahkan Navier, maka sekarang giliran Edgar untuk memukul balik. Hitung-hitung sebagai pembelaan untuk istrinya.Semenjak Navier meninggalkan Edgar, Cassandra telah memberikan surat perceraian.Surat yang ditandatangani oleh Navier, dan tinggal menunggu dari pihak Edgar itu sama sekali mas
Baca selengkapnya
Bab 86.
"Sean, kau tahu kenapa kau kupanggil?"Sean menggeleng. "Maaf, saya tidak tahu," jawabnya.Dia menatap tidak suka pada sosok yang kini duduk di depananya. Ada meja pemisah untuk mereka, dan meja tersebut kosong karena pesanan mereka belum diantar.Dulu, dia sangat hormat pada Edgar, sosok yang kini duduk kdi hadapannya. Namun, perlahan rasa hormat itu hilang seiring sikap pria itu sendiri.Sudah sejak lama Sean mengabdikan diri pada Edgar. Tak terhitung sudah berapa banyak hal yang dia lakukan di bawah perintah pria itu. Sayangnya, semua bagai habis terhapus begitu saja. Sean masih ingat semua hal yang membuatnya muak."Aku tidak tahu jika sekarang kau begini. Dulu, kau bahkan sama sekali tidak pernah menolak apa yang kusuruh.""Banyak hal telah berbeda dan berubah.""Termasuk perasaanmu pada Navier?"Sean menggeretakkan giginya emosi. Inilah yang selalu dia hindari ketika bersama dengan Edgar. Beruntung bereka berada di ruang
Baca selengkapnya
Bab 87.
Setelah membantu Navier membereskan barang yang berseakan, kini mereka berjalan bersama di trotoar.Mereka berdua tlihat seperti sepasang paman dan keponakan, ketimbang pasangan. Hal itu karena Edgar yang kini terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya, dan Navier yang terlihat lebih muda dari usianya. Apalagi jarak usia mereka juga terpaut sepuluh tahun."Tuan, apa  tidak apa-apa mengantarku seperti ini?" tanya Navier."Tidak apa-apa. Aku harus bertanggung jawab karena menabrakmu."Selain membantu membereskan kekacauannya, Edgar juga memmbawakan semua belanjaan yang sebelumnya dibawa Navier. Katanya, hal itu sebagai bentuk tanggung jawab. Edgar tidak tahu jika Navier memang segaja menabrakkan dirinya saat melihat Edgar yang berjalan seperti mayat hidup.Sebelum memberanikan diri menemui anak dan suaminya, Navier terlebih dahulu mencari tahu tentang hidup mereka. Dia senang saat mendapati fakta bahwa Edgar masih belum menikahi Lissa, seperti
Baca selengkapnya
Bab 88.
"Aku harap kau selalu bahagia, Ed," pinta Navier. Dia menatap sosok Edgar yang mulai tak terlihat olehnya.Kalau itu dulu, mungkin dia tidak akan menyeret Edgar kesana kemari dengan riang.Deg!Jantung Navier berdebar kencang tanpa tahu apa penyebabnya. Firasatnya mengatakan jika akan ada sesuatu yang terjadi. Akhirnya, dia memilih untuk kembali dan mengawasi Edgar dari jauh, tanpa diketahui oleh suaminya itu. Benar saja, ada beberapa orang mencurigakan yang ada di dekat suaminya. Beberapa orang yang berusaha bersikap normal, tetapi tidak luput dari matanya. Orang-orang itu mungkin memiliki niat tersembunyi, dan Navier harus waspada.Bertahun-tahun berlatih dengan baik membuatnya kini menjadi tahu gerak gerik tersembunyi dari seseorang.Dor!Navier terlonjak dengan spontan, dan mencari tempat berlindung.Suasana cukup ramai, jadi tidak bisa menyimpulkan yang mana yang melontarkan tembakan itu. Tak ayal, warga sipil yang t
Baca selengkapnya
Bab 89.
Terlalu banyak hal terjadi dan tidak diketahui Edgar yang fokus pada hal lan. Dia bahkan tidak menyangka jika orang yang selalu dia hormati telah berpulang. Setelah Navier pergi, Jonathan melakukan perang dingin. Tak lama setelah itu dia berpulang tanpa diketahui oleh Edgar dan juga Luois. Hanya Felix, sebagai anak buahnya yang tahu keadaannya. Itu pun dia tidak memberitahukannya sama sekali pada keluarga inti. Selama Jonathan tiada, Felix lah yang mengatur semua pekerjaan Jonathan. Ditambah pengalaman pia itu, semua tidak akan tahu jika pemilik asli telah berganti. Felix terlalu sempurna menjadi tangan pengganti untuk Jonathan. Di tangan Felix, juga ada surat wasiat untuk semuanya. Termasuk Navier. Sayangnya, Jonathan berpesan jika surat wasiat itu hanya boleh dibacakan ketika Navier pulang. Itu berarti, Cassandra telah dibekukan segala tindak tanduknya. Jonathan dan Felix bukannya tidak tahu dengan persyaratan yang Navier ajukan, dan segala yang dilakukan Casssandra. Mereka hany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status