All Chapters of Aku Hanya Ibu Untuk Anak-Anakmu Bukan Istrimu : Chapter 31 - Chapter 40
80 Chapters
Chapter 30
Oktober cepat berlalu hari pernikahan Nisa tinggal hitungan jari. Meski begitu belum ada persiapan yang kulakukan bahkan sekedar menentukan gaun seperti apa yang akan kukenakan nanti. Sebenarnya itu tidak terlalu penting. Ada Dania yang akan membantu. Dia segalanya dalam urusan fashion. Aku tinggal pasang badan. Tapi ada hal lain yang lebih penting untuk kupikirkan.Ryu,Bagaimana nanti jika kami kembali bertatap muka seperti malam itu. Rasanya aku tak sanggup mengahadapi hari itu. Andai ada alasan yang tepat untukku bisa menghindar. Tapi aku tidak biasa terus menerus melarikan diri. Bukankah aku sudah belajar menguatkan hati. Apa yang perlu kucemaskan. Aku sudah retak dan patah. Seharusnya tak ada lagi tempat untuk merasakan sakit. Hanya saja sisa perasaan yang hingga kini masih kusimpan barangkali akan menguak lagi kenangan yang pernah ada. Dan itu berarti membiarkan hati yang terluka kembali terluka. Dan mungkin selamanya akan terluka.Dua hari kemudian Dania menelepon mengatakan
Read more
Chapter 31
Gigiku gemeletuk dan saraf-saraf di sepanjang lenganku bergemetaran. Dania sigap menggenggam tanganku tapi aku tak merasakan apa-apa selain kebas yang perlahan merayap ke belakang leher. Dari sudut mata kulihat dia duduk di deretan yang hanya terpisah satu meja dari kami. Tentu saja dia sabahat dekat Arwan, dia akan ditempatkan di kursi prioritas sama halnya dengan kami. Tapi tunggu. Matanya belum menemukanku dia memandang lurus ke depan. Aku berharap keajaiban sepanjang waktu ini, berharap dia tak menyadari keberadaanku. “Mai, ingat kamu nggak mau kan kelihatan terpuruk di depan dia? Sekarang tegakkan leher kamu dan berusahalah bersikap biasa saja,” bisikkan Dania membuatku terperenyak. "Iya, Dan.""Senyum dikit." Lelaki kemayu di sampingku berdesis lagi. Dia mendelik protes. Mungkin aku masih terlihat kaku."Ini aku juga senyum ...""Kurang lebar." Dia mencubit pelan lenganku.Kutarik napas dalam-dalam. kemudian memasang senyum seperti yang Dania perintahkan."Nah, gitu dong. Ja
Read more
Chapter 32
Ikut berbaur dengan mereka melempar bola-bola. Tertawa. Mengabaikan dress panjang yang kukenakan yang lumayan membatasi ruang gerak. Tapi aku peduli. Aku tidak ingin terlihat murung di tempat sesemarak ini. Aku ingin merasa senang seperti juga mereka, para tamu undangan. Seperti kedua pasangan pengantin yang kini tertawa lebar. Saling mengenggam mesra, saling bertukar senyum diiringan musik yang mengalun romantis. Seakan melengkapi dan menguatkan janji suci yang telah mereka ikrarkan. Dan aku nyaris meneteskan air mata setelah dua lagu itu berakhir.Jangan pernah menyerahMeski cinta tak mudahApapun yang akan terjadiBersama kita berjanjiMenuju satu cinta yang abadi (Armand Maulana “Hanya engkau yang bisa”)I'm never gonna look backWoah, never gonna give it upNo, just don't wake me nowThis is gonna be the best day of my life(American Author “ Best Day of My Life”)Aku melarikan diri sebelum sesi pernikahan Nisa berakhir. Usahaku untuk menghindarinya kalah keras dengan usahanya
Read more
Chapter 33
"Jangan bertanya ; seringkali kita kehilangan makna saat mengingat hal yang sama. Ketika hati mendekati lupa."______Ketika aku berbalik dan mengangkat mata kudapati Akhtar yang berdiri di hadapanku. Ternyata dia. Tak kusangka dia benar-benar datang pada waktu aku sangat membutuhkan pertolongan. “Mai, apa kamu baik-baik saja?” Dia mengamati wajahku dengan sorot mata cemas dan dengan napas yang masih tersengal. Dari balik t-shirtnya kulihat dadanya kembang kempis. Wajahnya gelap karena amarah.Tetapi aku tak begitu menanggapi pertanyaannya. Rasa iba mendorongku untuk kembali mendekati Ryu. Takut terjadi apa-apa dengannya.“Ryu ...”“Mai ...” Suaranya terdengar lirih. Wajahnya meringis kesakitan. Dia menatapku tak berdaya. Membuat perasaanku meruak dan hampir menjatuhkan diri di dadanya. Namun urung, ketika satu teriakan pecah di udara. Dania menghambur ke arah kami. “Mai, ada apa?” Lelaki kemayu itu memandang kami secara bergantian dengan raut bingung. Nasib baik tak ada yang melihat
Read more
Chapter 34
“Kamu nggak perlu sepanik itu.” Kumiringkan kepala mengembangkan senyum. Melega-legakan hati. Tak benar-benar menertawakannya. Tapi kupikir agak mengherankan aku bisa tertawa setelah apa yang terjadi hari ini.”Nggak apa-apa nanti juga kering sendiri, kok.”Dia tersenyum lega. Tatapannya masih berdiam di wajahku. Mendesirkan darah.“Kamu cantik saat tertawa, Mai,” ujarnya terdengar sungguh-sungguh.“Apa kamu bermaksud menggoda saya?!” Kutinggikan intonasi suaraku saat kudengar dia mengatakan itu. Aku tahu dari nada bicaranya dia sama sekali tidak bermaksud menggodaku. Hanya saja aku tak ingin terlihat malu dengan pujiannya. Padahal aku yakin wajahku semerah tomat.“”Euh, bu ...bukan. Saya nggak bermaksud begitu.”Dia menegakkan punggung. Berusaha meralat ucapannya. Dalam hati aku mengulum senyum.“Apa lelaki itu kekasih kamu, Mai?”Dia kembali mengajukan pertanyaan setelah mengambil posisi duduk di hadapanku. Membuatku merasa agak tertekan.“Dia mantan suami saya.” Aku menyahut dengan
Read more
Chapter 35
Perkataan papa sewaktu kami duduk di meja makan refleks menghentikan gerakan tanganku yang baru akan memasukan nasi ke dalam mulut. Dua detik tatapanku terpaku di wajah teduh itu. Menelaah kalimat-kalimat yang muluncur dari bibir piasnya. Kemudian aku menganggukkan kepala tanpa mengatakan apa-apa membuat laki-laki kesayanganku itu kembali mengulang ucapannya.“Papa juga senang seandainya ada Si kembar yang menemani setiap hari. Papa sudah tua dan merasa kesepian. Papa ingin di keliling anak-anak seperti mereka.”Kuangkat kepala menatap papa sekali lagi. Wajahnya tampak begitu mendung. Seakan sebentar lagi akan melesakkan hujan yang sangat deras. Aku di banjiri perasaan gamang. Ingin aku mengatakan padanya masih ada yang mengganjal di hatiku untuk menerima Akhtar sebagai bagian dari diriku. Setidaknya untuk sementara waktu. Ada banyak kesemrawutan yang belum tuntas diselesaikan antara aku dan Ryu dan perasaan-perasaan yang masih tertinggal. Jika benar akhir pelarianku berujung pada Ak
Read more
Chapter 36
"Barangkali pertemuan kita adalah cara Allah menyembuhkan luka yang ada setelah kita sama-sama kehilangan seseorang."___Mataku terangkat dan terpaku di wajahnya. Dia menunduk. Menyembunyikan separuh wajahnya. Seakan malu.“Hubungan kami sempat sangat dekat sampai suatu hari saya memintanya untuk ta'aruf. Sekalipun dia tidak memberi kepastian. Tapi saya merasa Mas Akhtar memberi perhatian khusus pada saya. Membuat saya berpikir dia membalas perasaan saya.”Andai ada cermin di depanku ingin sekali kulihat raut mukaku saat ini. Bohong jika kukatakan aku tetap tenang. Aku menjadi gugup. Ada perasaan cemburu, iri atau tidak terima atau apa, aku tidak tahu tiba-tiba melingkupiku. Tatapanku nanar. Kutegakkan punggung. Mengatur napas.“Tapi kemudian hubungan kami perlahan merenggang. Sikap Mas Akhtar mendadak berubah bahkan dia nggak mau lagi bicara sama saya. Dan itu semenjak keakraban Mbak Mai dan anak-anak.”Mata beningnya menelaga. Satu tetes melesat di pipinya yang terang. Menjejak di
Read more
Chapter 37
Sepeningal lelaki itu kami sama diam. Aku membenamkan tatapan pada gelas yang baru sedikit kusesap. Sedangkan dia meneguk kopinya dengan tidak tenang. Sebenarnya sudah sejauh mana hubungan Akhtar dengan perempuan itu? Jika memang tidak memiliki perasaan khusus seharusnya dia tak perlu terlihat panik seperti itu.“Kenapa diam?” Dia bertanya pelan. Aku menggeleng.“Sudah malam. Sebaiknya kita pulang.” Aku bangkit dengan hati ingin menyangkal bahwa sebenarnya merasa cemburu “Kenapa tiba-tiba. Bahkan kita belum membicarakan apapun, Mai.”“Lain waktu saja. Saya sudah mengantuk.” Aku melangkah meninggalkan dia yang ternganga menatapku dengan mimik bingung.“Maikana?”Sementara aku terus melangkah menuju pintu keluar terdengar dia memanggil pelayan. Membuatku refleks kembali berbalik. Aku baru teringat sesuatu. Seharusnya aku yang mentraktirnya malam ini. “Maaf seharusnya saya yang membayar kopinya,” lirihku. Nyaris menubruknya lantaran mataku tidak fokus menatap ke depan. Tak menyadari d
Read more
chapter 38
“Memangnya anak-anak nggak mau ikut?”Aku bertanya dengan nada tidak mengerti sewaktu dia meneleponku di siang menjelang sore. Tepat saat aku baru tiba di rumah. Mengatakan kalau dia hari ini minta di temani berbelanja ke supermarket. Ada barang-barang yang harus dia beli dan dia tidak begitu paham. “Nggak Mai. Mereka ada acara sama Randy. Saya jemput satu jam lagi, ya. Kamu siap-siap sekarang. Jangan lama-lama. Saya sudah nggak sabar mau lihat wajah kamu.” kekehannya timbul tenggelam di selai suara percikan air. Kurasa dia di kamar mandi. Apa dia menelepon saat sedang mandi?“Oke baiklah. Saya mau siap-siap dulu.”“Berdandanlah seadanya, ya. Jangan berlebihan saya takut semakin jatuh canta sama kamu.” “Akhtaarrr ...!!!”Tawanya semakin berderai dan panjang sebelum sambungan telepon terputus.Dasar mulut gombal. ***“Memangnya apa saja yang mau kamu beli?” Aku bertanya ketika kami tiba di lantai pertama supermarket. Dia manarik salah satu troli dan mendorongnya mengikuti langkahku.
Read more
Chapter 39
"Hal yang tersulit dalam hidup bukanlah memiliki apa yang dicintai. Melainkan tetap setia mencintai apa yang sudah dimiliki. Tak peduli apa pun yang terjadi."______Aku berusaha menenangkan napasku yang masih terengah-engah. Emosiku belum mereda. Belum puas menganiayanya. Bagiku itu belum seberapa. Seharusnya dia mendapatkan perlakuan yang lebih kejam dari pada itu.Siapa dia, Mai. Kenapa kamu memukulinya?”Aku diam sejenak. Menatapnya tajam dengan mata yang masih berkilat marah.“Jawab, Mai.”“Dia perempuan iblis yang sudah menghancurkan hidupku.” Aku bersuara pada akhirnya. Mengalihkan tatapan dari wajahnya. Menahan air mata agar tidak melesak. Merasa geram.“Dia yang merebut suami kamu?” Dia bertanya lagi dengan nada simpati. Tak kujawab. Kupikir dia sudah tahu jawabannya.Dia kemudiam diam. Pun aku. Kami sama-sama diam. Samar kudengar dia mendesah.Hari yang berantakkan. Tapi aku tak menyesal. Aku puas bisa meluapkan dendamku. Seharusnya sejak dulu aku melakukannya. Tapi sayangny
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status