All Chapters of Aku Hanya Ibu Untuk Anak-Anakmu Bukan Istrimu : Chapter 51 - Chapter 60
80 Chapters
Chapter 50
Sejak pulang dari Eropa jam kerjanya bertambah padat. Bahkan sering lembur. Meski aku pernah protes. Mengatakan bahwa dia akan kelelahan jika seperti itu. Lagi pula waktu bersama anak-anak menjadi berkurang. Awalnya dia menuruti saranku tapi setelah pulih dari sakit sikapnya berubah dan bekerja tanpa kenal waktu. Berkali-kali kucoba mencari penjelasan atas perubahan itu tapi berkali-kali pula dia mengatakan tidak ada yang berubah semua berjalan sewajarnya. Tapi dari kilat matanya aku melihat ada yang dia sembunyikan.Setelah mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur aku meninggalkan kamar menghampiri ibu yang masih berkutat di ruang tengah membereskan mainan yang terserak di bawah meja. Senyum lembutnya mengulas mendapatiku yang muncul menyibak tirai.“Eh, Nak Mai. Belum tidur?”Dia memintaku duduk di kursi berhadapan dengannya. Aku mengangguk.“Ibu juga kok belum tidur?”“Ibu belum ngantuk.”Aku mengangguk lagi. “Maaf, ngerepotin Nak Mai.”“Ngerepotin apa, Bu? Mai nggak merasa di
Read more
Chapter 51
Aku mulai terisak. Jemariku merayapi daun pintu lalu tersungkur. Rasa putus asa menghinggapi. Apa yang kulakukan sungguh sia-sia. Meskipun aku memohon dengan tetesan air mata darah, dia akan tetap pada pendiriannya Seharusnya aku menyerah saja. untuk apa meneguhkan tekat untuk orang yang tidak lagi mau peduli. Mungkin dia bukan orang yang pernah aku kenal. Mungkin dia sosok yang lain. Aku saja yang terlambat menyadari.Tetapi sisi lain dari hatiku mencegah untuk menyerah begitu saja. Aku belum melakukan apa-apa. Sebuah cinta memang butuh pengorbanan, butuh perjuangan. Aku tidak tahu persis apa yang terjadi setelah aku meringkuk di lantai depan kamarnya dan berapa lama aku di sana. Apa aku tertidur? Entalah. Yang kutahu ketika membuka mata aku berada di sebuah kamar. Bukan kamar anak-anak atau kamar ibu tapi ....Kamar Akhtar. Terkesiap aku menyadari itu. Menyibak selimut tebal yang menutupi hingga ke dadaku. Melompat dari tempat tidur mataku nyalang melihat ke sekeliling mencarinya
Read more
Chapter 52
"Tak selalu seseorang yang menjadi awal dalam kehidupanmu juga akan menjadi akhir."_____Aku memutar badan mendengar pertanyaan Buk Lek. Memandangnya dengan raut bingung.“Bosan kenapa Buk Lek? Mai nggak bosan, kok. Berdiam diri juga menyenangkan.”Suapan ke lima berhasil melewati tenggorokanku. Aku memaksakan diri untuk menghabiskan makan pagi menjelang siang ini. Setidaknya Buk Lek tidak merasa kecewa ketika aku hanya makan beberapa sendok seperti kemarin-kemarin.“Kalau ndak keberatan Buk Lek mau ngajak kamu jalan-jalan ke kebun kentang. Sembari lihat Pak Lekmu menyiangi rumput.“Boleh. Tapi nanti sore aja ya Buk Lek.”“Beneran?” Wanita setengah baya itu tercengang mendengar responsku. Tampak tak percaya.“Beneran ...?”Buk Lek Darti spontan mengantupkan kedua telapak tangannya. Memandangku dengan raut lega.Aku tertawa kecil. Rasanya tidak tega menolak ajakannya yang ke sekian. Hampir setiap ada kesempatan dia membujukku untuk berjalan-jalan ke luar. Menghirup udara segara sembari
Read more
Chapter 53
Sebatas Itu saja. Selanjutnya benar-benar hening sampai aku masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan bengkelnya dengan hati seperti kertas yang diremas kuat.Mungkin Randy mengatakan yang sebenarnya. Bahwa dia beberapa kali menemui dokter hanya untuk konsultasi mengenai kesehatannya. Syukurlah aku senang. Meski hari itu harus kulewati dengan air mata seperti hujan di langit malam. Membekukan hati. Mengkristalkan perasaan. Bisa jadi aku memang tak lagi menjadi seseorang yang berarti baginya. Dulu ketika mendapatiku bermuka masam dia akan membujukku dengan berbagai cara. Bahkan sampai melakukan apa pun asalkan aku kembali tersenyum. Tapi setelah hari itu semakin menguatkan prasangkaku bahwa dia ingin melepasku dengan cara yang tak kumengerti.Waktu-waktu selanjutnya bertambah berat dan sesak. Mungkin inilah puncak segala puncak dari semua rentetan kepedihan. Dua puluh lima hari kemudian di sebuah subuh yang dingin oleh embun ponselku berdering. Aku bangkit dari tidurku yang tak lel
Read more
Chapter 55
Suaramu menarik kesadaranku lebih tajam. Rasa bersalah terpampang jelas di garis wajahmu. Ada luka di sorot matamu. Kau memendam kepedihan yang dalam. Tetapi aku tak bermaksud menggugah rasa ibamu. Kau telah mengatakan apa yang kau inginkan. Melepasku. Bukan berarti dengan kondisiku seperti ini aku berharap kau meralat ucapanmu. Jika memang itu yang kau inginkan aku akan menegarkan hati. Siap menerima apa pun keputusanmu.“Akhtar, apa kamu ingin kita berpisah?”Aku bertanya dengan suara lemah. Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan.Kau tampak terenyak dengan pertanyaanku. Air wajahmu bertambah suram. Cahaya matamu mengeruh memandangiku ragu. Diam tak menjawab.“Jika memang mau kamu seperti itu. Saya akan pergi.”Sudut bibirku berkedut. Nyaris bergetar. Menahan kepedihan yang seolah menyayat lebih dalam.“Maikana ....”“Saya janji tidak akan mengganggu kamu lagi. Terima kasih sudah menjadi bagian dari hari-hari saya. Saya menyangyangi kamu juga anak-anak sampai kapan pun.”Kuulas sen
Read more
Chapter 56
"Adakalanya kita berhenti bertahan bukan karena lelah. Tetapi karena terpaksa."_____“Kak, Randy mohon pulanglah secepatnya. Anak-anak kangen sama Kak Mai. Kasihan mereka. Shaila bahkan tiga hari ini mulai nggak mau makan. Dan Shaili terus-terusan merengek minta diantar ke rumah Kak Mai. Meski sudah Rabdy jelasin kalau Kakak sedang tugas ke luar kota. Tapi mereka tetap bersih keres. Dan ...”Suara Randy menjeda. Helaan napasnya terdengar parau. Seakan dia ikut menanggung kesedihan anak-anak .“ .... dua hari lalu terpaksa Randy mengantar mereka ke rumah Kakak. Cuma ada Papa Kak Mai. Mereka sangat kecewa.”Kelopak mataku menghangat tiba-tiba mendengar apa yang disampaikan Randy. Aku juga sangat merindukan mereka. Selama berhari-hari ini suara riang dan celotehan mereka seperti terekam jelas dalam telingaku. Shaila, Shaili. Mungkinkah jika mereka bisa menjadi bagian hidupku andai pun aku dan Akhtar tak menemukan jalan untuk bersama?“Kak Mai Bang Akhtar sudah dua malam ini nggak pulang
Read more
Chapter 57
“Sayangnya aku nggak butuh apa pun dari kamu. Sekarang pergi!” Dia tercengang menatapku dengan raut kecewa. Apa dia mengira aku akan kembali jatuh padannya di saat aku merasa sangat terpuruk seperti sekarang ini?Jangan berharap.“Mai apa kamu tidak ingat sedikit saja tentang kenangan kita di kota ini?” Matanya menatap lurus ke wajahku. Cahaya matanya redup. Meremangkan perasaan. Hatiku nyaris tersentuh menyaksikan raut yang dipenuhi kepedihan dan rasa bersalah di hadapanku itu. Tapi tidak. Tidak sekali-kali. Sekali dia pergi dari hidupku aku tak akan menyediakan jalan pulang untuknya kembali.“Maaf, aku tidak berminat mengingatnya. Bagiku cerita kita tidak pantas lagi untuk di kenang. Karena sangat mengenaskan sekaligus menjijikkan.”Kupasang wajah sedatar mungkin. Aku tidak ingin dia tahu betapa aku masih mengingat setiap detail jejak-jejak kami di kota ini. Saat kami baru dua bulan menikah dan memilih Jogja sebagai kota berikutnya untuk berbulan madu setelah Singapura. Tapi apa ar
Read more
Chapter 58
Akhtar meminta ibu dan Randy membawa Shaila pulang. Karena memang tidak baik membiarkan anak-anak berada di tempat seperti ini. Awalnya Shaila keberatan karena masih kangen denganku tapi setelah kubujuk dan berjanji akan menyediakan banyak waktu untuknya setelah ini dia bersedia pulang.Tinggallah aku dan dia di ruangan ini. Sepeninggal dokter dan perawat. Shaili sudah memejamkan mata. Panasnya sedikit berkurang. Efek obat sepertinya mulai bekerja. Dia masih diam. Pun aku. Bahkan kami tidak saling menatap. Sama-sama terhunjam pada tubuh Shaili yang kini tampak tenang. Napasnya terdengar lembut dan teratur. Setelah hampir empat jam diliputi ketegangan aku merasa lelah dan mengantuk. Kucoba memejamkan mata. Sembari tetap di tempat duduk. Dari ekor mata kulihat dia menoleh ke arahku. “Maikana ...”Suaranya merayap perlahan di telinga membuat kelopak mataku kembali terbuka. Menoleh ke arahnya dengan lesu. Dia berdeham. Mengalihkan tatapan dengan ekspresi bersalah. Agak lama mataku berhe
Read more
Chapter 59
"Apa harus selalu ada kehilangan untuk mempersilakan dia yang datang kemudian?"______“Kenapa nggak membangunkan saya?” ujarku dengan nada menyesal.“Nggak apa-apa. Kamu harus istirahat.”Aku menunduk. “Sebaiknya kamu makan dulu. Makanannya masih hangat. Tadi saya memesan makanan dengan kemasan khusus.” Dia menjelaskan. Kulirik dua paper bag dan satu kantong plastik dengan logo coffe shop di atas meja mayo. Seperti belum tersentuh. Itu berarti dia juga belum makan.“Maaf tapi saya nggak lapar.” Aku bersih keras menolak. “Mai ...” Dia terpaku menatap tajam. Mimiknya menunjukkan kekesalan akan sikap keras kepalaku. Sedangkan aku melempar pandangan ke sudut lain. Menghindari intimidasinya.Untuk beberapa lama kami kembali saling mendiamkan. Dia mimilih menyetel tivi dengan volume rendah. Padahal aku tahu dia sama sekali tidak fous apa yang ada di depannya. Kusingkap selimut dan melanngkah tertatih mendekati meja membuka plastik yang berisi dua kaleng minuman dan dua paper cup kopi.
Read more
Chapter 60
Ustazah Nazira. Tiba-tiba aku merasa ada sembilu yang menyayat perlahan di ulu hati. Akhtar berbasi-basi dengan perempuan itu. Sedangkan aku memasang wajah tidak suka.“Mbak Maikana apa kabar?”“Saya baik.” Kujawab sekenanya.“Maaf saya nggak tahu kalau Mbak ada disini. Mas Akhtar nggak ngomong apa-apa semalam.”Kelopak mataku melebar sempurna mendengar penuturannya. Mas Akhtar nggak ngomong apa-apa? Maksudnya apa?“Euh, semalam waktu menelepon Mas Akhtar Cuma bilang kalau Shaili sakit “ Dia menyunggingkan senyum. Memperbaiki ucapannya.Dia menelepon perempuan ini memberitahu kalau Shaili sakit. Sedangkan aku, orang yang sangat dibutuhkan Shaili justru Randy yang mengabariku. Dasar brengsek. Oh, sekarang aku tahu mungkin inilah penyebab segalanya berubah.Mataku nyalang menatap mereka bergantian. Perasaan marah merambati darahku. Udara di dalam ruangan inj mendadak gerah. Padahal sebelumnya adem-adem saja. Pasti karena kedatangan penganggu ini. Menyebalkan. Rupanya dia membawakan mak
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status