All Chapters of DIALAH SANG DEWA PERANG: Chapter 101 - Chapter 110
148 Chapters
Bab 101. Bermalam Bersama
“Ayah, berhentilah memeriksa ponsel!” tegur Brianna saat dia masuk ruangan dan melihat Vladimir sedang mengetik pesan di ponsel.“Yang sakit tubuhku, bukan otakku!” balas Vladimir Deska keras kepala.“Jika ayah tak mau mendengar, maka mari kita pulang saja dan lakukan semaunya di rumah!” kesal Brianna.Pria tua itu meletakkan ponsel di meja samping. Urusannya sudah selesai. Lalu mengangkat kepala melihat putrinya yang menghempaskan tubuh dengan kesal di sofa.“Apakah ada hal yang sangat berat?” tanya Vladimir pada Brianna.“Hah! Urusan Kelompok Bawah Tanah itu sangat menjengkelkan!” ujarnya sambil mengehembuskan napas panjang untuk menenangkan diri.“Kau harus tegas pada hal yang tak bisa ditoleransi dalam kelompok. Namun, harus lebih hati-hati jika ingin mengambil keputusan menyangkut urusan ekstern. Karena, setiap keputusan yang gegabah, bisa nerakibat langsung pada kelompok kita dan dirimu sendiri!” nasehat ayahnya.Brianna diam tak menjawab.“Ada persoalan apa?” desaknya infin tah
Read more
Bab 102. Kedekatan Tanpa Rencana
Angin dingin menerpa wajah Jack dan Brianna. Keduanya sedang berlari kecil mengelilingi perkebunan hingga jalan pedesaan yang menuju rumah. Falcon dan Tiger ikut joging sambil mengiringi dari belakang. Di belakang mereka sebarisan tentara ikut berlari dengan penuh semangat.Suara yel-yel mereka yang bersemangat, seperti bahan bakar yang menghangatkan pagi dingin di awal musim dingin. Salju belum turun, tapi suhu sudah lebih rendah dari biasanya.“Apa Kau lelah?” tanya Jack pada Brianna yang lari di sebelahnya.“Tidak!" GAdis itu menggeleng. Namun, dia berhenti berlari."Apa Kau mau lomba lari denganku?” tanya gadis itu dengan jenaka. Dia memperkirakan jarak gerbang masuk ke tanah Jack tinggal sekitar seratus meter lagi.“Wow! Terima saja, Bos!” Falcon menimpali. Bersama Lion mereka ikut berhenti dan menunggu jawaban Jack. Di belakang, para tentara telah menyusul sampai dan ikut berhenti.“Ada apa?” tanya mereka ingin tahu.“Nyonya menantang Jenderal lomba lari!” sahut Tiger sambi ters
Read more
Bab 103. Genting?
Jack menunggu Brianna dengan mengamati pemandangan halaman dari balkon kamar. Bias pemandangan laut, terlihat terang di garis horizon. Rembang petang yang romantis hampir usai.“Apa Kau suka pemandangan di luar?” Pertanyaan Brianna yang tiba-tiba, mengejutkan Jack. Pria itu berbalik dengan kecemasan yang tak bisa ditutupinya.“Kau keluar sendiri? Kenapa tidak minta tolong padaku?” Jack menyesalkan sikap Brianna.Brianna yang sedang berjalan terpincang ke tempat tidur, tidak menjawab. Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya dan wajahnya meringis menahan nyeri. Jack datang mendekat.“Pasti sangat nyeri. Apa tidak sebaiknya kita periksa ke rumah sakit?” tanya Jack tak tega.“Ini hanya hal kecil. Jangan berlebihan!” geleng Brianna.“Apa Kau sering mengalami sakit begini? Aku tak akan percaya jika ayahmu tidak akan khawatir!” kata Jack.“Makanya aku tak pernah memberi tahu. Aku pernah mengalami lebih dari ini. Dan Ayah tidak tahu!” gadis itu tersenyum bangga.“Bagaimana bisa? Apakah ada ya
Read more
Bab 104. Persidangan Pembunuhan Daniella
“Aku harus segera berangkat. Ada persidangan kasus pembunuhan ibuku di Meadow Creek,” kata Jack saat mereka sarapan.“Akan kuatur helikopter untuk mengantarmu pulang.” Brianna mengangguk mengerti. Dia segera menelepon pilot untuk mengantarkan Jack kembali ke rumahnya.“Oke, kukira aku sudah selesai sekarang.”Jack meletakkan serbet makannya di samping piring. Kemudian berdiri dan mendekati istrinya yang duduk di seberang meja. Dia menunduk sedikit dan mencium sekilas pipi Brianna. “Aku tak bisa menemanimu ke rumah sakit.”“Akan kukatakan pada ayah kalau Kau sibuk hari ini.” Brianna mengangguk kaku. Hanya saja, karena ada pelayan rumah yang mengawasi. Tidak mungkin baginya melarang Jack mencium pipi. Matanya mengawasi pria yang menjadi suami pura-puranya berjalan pergi.“Sampai bertemu lagi!” Jack melangkah menuju halaman depan rumah. Sekarang dia sudah sedikit mengetahui seluk-beluk rumah mewah itu. Kendaraannya sudah menunggu di helipad, di tengah halaman berumput.“Apakah kita ke Me
Read more
Bab 105. Orang di Bawah Tangga
Dua hari berlalu sejak kedatangan Chief. Jack belum bertemu lagi dengan Brianna dan ayahnya. Dia berusaha menjaga jarak dan menyibukkan diri. Terutama karena kemudian Lion mengabarkan bahwa timya telah menemukan Pamela. Jack menyusul ke New York bersama Hunter.Selain menjenguk kakeknya yang telah pulang dan dirawat di rumah, Jack juga harus datang ke kantor untuk beberapa urusan perusahaan. Brodie sudah menyiapkan hal-hal yang perlu dikerjakannya saat tiba di kantor pusat.Sebuah panggilan dari Brianna masuk. Jack segera menerimanya. “Ya!” sahutnya datar.“Kau di mana? Bisakah sore nanti helikopter menjemputmu ke kantor?” tanya istrinya.“Aku sedang di New York. Sudah kukatakan ada beberapa urusan yang sedang kukerjakan sekarang,” Jack menolak dengan halus.“Kurasa, Kau sedang mencoba menjauhiku, Jack!” ujar gadis itu langsung.“Kau berpikir terlalu banyak. Coba minta orang-orangmu memeriksa, apakah perkataanku dusta atau tidak. Aku sedang sibuk di kantor perusahaanku sekarang ini!
Read more
Bab 106. Pelarian Gold Finger
Dua orang di lantai bawah itu masih berbicara selama sekitar lima menit, hingga Jack kemudian turun untukmendapatkannya. Namun sayang, demi mendengar suara langkah orang lain di tangga atas, dua orang itu keluar dari pintu darurat lebih cepat dari kemunculan Jack. Dikejarnya hingga keluar pintu, namun tak menemukan jejak keduanya. Jack berjalan-jalan di lantai tiga yang merupakan ruang rawat pasien umum. Agak sedikit mustahil baginya memasuki begitu saja semua kamar rawat dan mengganggu pasien tak dikenal. Jadi, dicobanya membuka kamar terdekat dan berpura-pura salah masuk. Dia tak menemukan kanehan maupun Pamela dan pria yang berbicara dengannya. “Apakah itu tadi Pamela?” pikir Jack. Kemudian panggilan telepon dari Hunter, masuk. “Bos, kakek Anda sudah selesai cuci darah. Apakah---“ “Tunggu di sana, aku segera kembali!” balas Jack cepat. Setelah meyakini di sekitar tak ada hal yang mencurigakan, dia menuju lift untuk kembali ke tempat perawatan kakeknya. “Ke mana dua orang itu m
Read more
Bab 107. Bidadari Pencabut Nyawa
Tiga hari tersisa sebelum cuti, dimanfaatkan Jack untuk mengumpulkan informasi tentang Gold Finger di Maroko. Hunter mengirim bawahannya ke Maroko untuk mencari keberadaan Gold Finger. “Jack, bisakah Kau ke rumah melihat ayah?” tanya Brianna di pesan siang itu. Jack menimbang sejenak permintaan itu. Namun, mengingat dia akan cuti selama dua minggu, maka ini adalah kesempatan terakhirnya untuk datang menampakkan diri pada mertuanya. “Tentu saja. Kau bisa kirim jemputan untukku,” balasnya. “Terima kasih, Jack. Akan kukirimkan helikopter sore nanti,” balas Brianna cepat. “Aku sedang ada di luar kota. Jadi, mungkin aku tak bisa menemanimu,” lapor Brianna lagi. “Oke. Berhati-hatilah,” balas Jack kemudian. Setelahnya, Jack kembali fokus pada pekerjaannya hingga sore hari. Dia mengabarkan pada Tuan Fredd kalau tidak akan pulang karena ingin menjenguk ayah Brianna. “Baik, Jack. Jangan khawatirkan kami,” balas Tuan Fredd. “Mari kita pergi,” ujar Jack pada pilot helikopter. Heli itu lan
Read more
Bab 108. Bentrokan di Kediaman Fisher 1
Mobil Brianna dan One berada di barisan paling depan. Mereka beriringan menuju kediaman Clavin Fisher di kompleks perumahan elit di atas sebuah bukit. Meski mereka melintas beriringan tapi karena Brianna melarang mereka berteriak sepanjang jalan, maka semua anggota Kelompok Bawah Tanah kota Philadelphia itu berhasil melintasi kota dengan aman tanpa kecurigaan polisi.Dalam setengah jam, mereka telah tiba di depan gerbang besi tinggi hunian Calvin Fisher yang super mewah. Semua mobil akhirnya berhenti di depan pintu masuk kediaman dan memenuhi jalan yang cukup sepi di situ. Area kediaman Calvin adalah yang paling luas di kompleks perumahan elit tersebut.Para penjaga di rumah itu seketika bersiaga melihat begitu ramainya orang asing yang berteriak-teriak menuntut balas dan meminta agar Calvin keluar dan mempertanggung jawabkan perbuatannya!“Apa yang mereka inginkan?” tanya Calvin yang baru saja pulang dari rumah sakit.Mereka minta pertanggung jawaban atas tewasnya orang-orang mereka
Read more
Bab 109. Bentrokan di Kediaman Fisher 2
Dengan kaca mata khusus, mereka bisa melihat menembus kepulan asap dan memeriksa setiap kamar. Hingga seluruh kamar yang berjumlah lima buah di lantai dua telah mereka periksa. Tak ada seorang jua pun yang terlihat. Brianna menggeram marah dalam hatinya.“Bakar lantai ini!” perintahnya dengan suara sedingin es.Meskipun terkejut melihat kekejaman gadis cantik itu, tapi One tetap mengikuti. Tak ada dalam kamusnya membantah perintah atasan. “Baik!” katanya. Dengan cepat pria itu mengeluarkan pemantik dan membakar gorden ruangan di berbagai tempat.Tak lama, asap hitam mengepul keluar dari ventilasi jendela lantai dua. Para penjaga di bawah terkejut meliat asap hitam mengepul dengan pekatnya dari berbagai tempat. Itu berbeda dengan asap dari peluru asap yang ditembakkan. Yang sekarang terjadi adalah, “Kebakaran!”Beberapa penjaga yang cepat menyadari keadaan segera berteriak memperingatkan. Sebagian mereka masuk ke dalam rumah untuk memadamkan api agar tak merembet ke mana-mana.Melihat
Read more
Bab 110. Kepulangan Brianna
Suasana di markas Kelompok Bawah Tanah lebih ramai dari biasanya. Beberapa anggota yang bekerja sebagai dokter dan memiliki kemampuan medis , dipanggil datang untung menolong begitu banyak korban yang terluka oleh senjata tajam bahkan peluru. Semua bekerja keras untuk menyelmatkan sebanyak mungkin anggota yang sebelumnya ikut dalam pertarungan.Brianna dan One bukannya tidak mengalami luka, namun mereka berdua bisa mengobati sendiri luka-luka yang mereka dapatkan.“Sebaiknya Anda kembali ke kediaman dan mencari dokter. Luka-luka itu perlu penanganan tepat agar sembuh tanpa bekas!” saran One.“Aku ingin mengawasi perkembangan di sini lebih dulu,” tolak Brianna.“Bos, jika Tuan Deska mengetahui hal ini, Anda mungkin bisa ....”One tak melanjutkan ucpannya setelah melihat mata Brianna yang tanjam, mendelik dengan tak senang.“Bukankah ayah sendiri yang menyerahkan kepemimpinan kelompok padaku. Dia tak perlu lagi mengurusi hal ini. Biarkan istirahat saja!” tegas Brianna.One mengangguk. “
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status