All Chapters of Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan: Chapter 131 - Chapter 140
177 Chapters
Bab 131 (Tidak Kali Ini)
Matahari bersinar terang, pertanda langit malam telah menghilang tergantikan oleh eksotisnya keindahan sang penerang siang.Dan dengan semangat pagi ini, Aku memilih untuk menggunakan gamis berwarna peach dengan dipadukan hijab berwarna hitam. Aku menatap wajahku pada kaca rias, memperhatikan wajah cantik yang aku miliki. Jika diperhatikan, wajahku dan Mulan sangatlah berbeda. Wanita itu memiliki kulit kecoklatan, berbeda dengan diriku yang putih. Mungkin itu penyebabnya, Mas Akbar lebih memilih meninggalkan diriku dan memilih wanita lain untuk melahirkan anaknya.Sempat merasa kecil dengan kenyataan yang aku rasakan, kembali aku mengingat bahwa Mulan seringkali memakai lipstik merah menyala.Dengan perasaan ragu, aku mengambil warna lipstik merah dan mengoleskan lipstik merah itu pada bibirku.***Aku dapat merasakan tatapan aneh yang dilayangkan pada diriku. Mama dan Papa tampak begitu terkejut dengan perubahan wajahku."Apa kau tidak salah memilih warna lipstik?" tanya Mama yang ma
Read more
Bab 132 ( Tak Akan Tergoda)
Mulan merasakan pukulan mendarat di hatinya. Lagi-lagi Akbar telah mengatakan sesuatu yang membuat hatinya sakit tak tertahankan. Walaupun ia menginginkan posisi Mawar, bukan berarti dirinya akan melakukan hal-hal diluar batas dengan menyebar video panasnya bersama Akbar di hadapan orang banyak."Ya, aku memang ingin sekali memiliki posisi Mawar. Menjadi satu-satunya istri seorang Akbar Sandoro. Tapi, apa yang aku dapatkan? Tidak ada. Kalaupun akulah pelakunya, coba lihat diriku sekarang. Apakah aku mendapatkan posisi Mawar?"Akbar memijat kepalanya, ia merasa sangat kesal dengan Jawaban yang diberikan Mawar. Tapi disisi lain, tidak mungkin Mawar melakukan ini semua. Mulan kembali mendekatkan dirinya pada Akbar, mencoba untuk kembali merayu suaminya itu."Jangan berani-berani mendekati atau menyentuh diriku!" ancam Akbar saat menyadari Mulan telah duduk di sampingnya.Wanita itu tersenyum miring menanggapi perkataan Akbar. Ia melirik sekilas bagian tengah kedua Paha Akbar yang terlih
Read more
Bab 133 ( Menyangkalnya)
Perjalanan menuju ke Restoran terasa begitu lama. Berada dalam keadaan bersama dengan Abian terlalu lama membuat suasana menjadi kurang nyaman. Saat Mobil telah hampir sampai pada tempat yang kami tuju, ponselku kembali berdering pertanda bahwa ada seseorang yang mencoba menghubungi nomor telponku.Saat melihat layar ponsel, ternyata orang tersebut tak lain adalah Mas Akbar. Tanpa berpikir panjang, aku menjawab telpon."Hallo, assalamualaikum…" walaupun berat, salam tetap aku ucapkan.'Waalaikumsalam, sayang. Akhirnya aku bisa mendengar suaramu lagi. Mawar, percayalah padaku. Orang yang di dalam video itu bukanlah diriku.'"Jadi, kau menyangkalnya?"Hening sejenak.'Iya, itu bukan aku. Ada orang yang sengaja menyabotase pesta kita. Percayalah padaku.'Aku tersenyum masam mendengar jawaban Mas Akbar. Dalam situasi seperti ini, masih saja dirinya menyangkal kebenarannya."Sudahlah Mas, kita akan bertemu di pengadilan. Aku sudah mengajukan permohonan gugatan perceraian. Aku harap kau dap
Read more
Bab 134 ( Pertengkaran)
'Apa yang saat ini anda rencanakan?''Apakah anda akan bercerai?''Bagaimana jika dalam video tersebut bukanlah Akbar?''Apakah anda memiliki hubungan dengan Abian?''Kapan anda akan mengajukan gugatan perceraian?''Apakah anda siap menjadi seorang janda?''Siapakah wanita dalam video itu?''Apakah benar anda tidak dapat memberikan anak, dan itulah penyebabnya Akbar berselingkuh?'Aku sama sekali tak memperdulikan rentetan pertanyaan tersebut. Abian membawa tubuhku menerobos para wartawan yang berada di luar. Kami masuk ke dalam restoran yang saat ini telah resmi dibuka.Walaupun sudah resmi dibuka, tetapi Abian memutuskan untuk memberikan sampel makanan gratis untuk para pengunjung pertama yang dibatasi sampai lima puluh orang saja."Perkenalkan, ini adalah Bu Mawar. Pemilik restoran ini."Aku menatap wajah pria yang saat ini berdiri di sebelahku."Abian, aku…""Perkenalkan dirimu."Aku tergagap, dan itu membuat diriku sedikit malu di hadapan para karyawan restoran yang telah direkru
Read more
Bab 135 ( Tetaplah Menjadi Istrinya)
Akbar mendesah lega saat menyadari Mulan masih bisa membuka kedua matanya."Cukup Bu, Mulan adalah masalahku.""Jadi?""Ibu jangan ikut campur dan…""Jangan ikut campur! Kau ini pria yang sangat bodoh, Akbar! Bisa-bisanya kau tertipu muslihat wanita iblis ini."Akbar menarik rambutnya, frustasi dengan keadaan ini. "Apa kau sudah melupakan masalahmu dengan Mawar?""Bu, kau tahu kebenarannya. Dulu, sewaktu kalian menjodohkan aku dengan Mawar. Tak sedikitpun rasa cinta itu muncul. Aku hanya menganggap Mawar sebagai seorang wanita berkelas dan sempurna yang layak dijadikan istri. Aku juga butuh Wanita Seperti Mulan. Dia sangat membutuhkan diriku, tidak seperti Mawar yang selalu bisa mengerjakan semuanya tanpa bantuanku. Aku…""Berhenti mengatakan hal yang akan membuatmu menyesal. Walaupun Mama bisa menerima Nathan sebagai keluarga Sandoro, tetap saja. Wanita itu pengecualian."Sania melenggang pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Mulan yang terlihat merintih kesakitan.Segera setelah Sani
Read more
Bab 136 ( Hanya Sekedar Impian)
"Apa maksud Ibu mengatakan hal seperti itu? Jangan mengatakan hal-hal yang membuatku marah, Bu. Sampai detik ini, aku masih menghormati dirimu sebagaimana aku menghormati Mama. Jadi, tolong jangan membuatku tidak menyukai…""Dengarkan Ibu, Mawar.""Ibu yang seharusnya mendengarkan diriku." Aku melangkahkan kakiku menuju ke arah Ibu duduk."Apa ibui ingat, hari dimana Ibu dan Ayah datang dan mengatakan bahwa kalian telah mengetahui bahwa Mas Akbar berselingkuh. Ayah dan Ibu, saat itu kalian mendukungku. Tapi, entah mengapa. Kenapa kalian jadi berbalik menyerangku dan menyembunyikan fakta tersebut." Aku memilih duduk di sofa yang langsung berhadapan dengan Ibu, sehingga kami dapat saling pandang satu sama lain."Ibu sama sekali tidak menyerangmu. Seandainya kau bisa lebih bersabar lagi, Ibu memiliki sebuah rencana matang untuk menyingkirkan itu. Tapi, sayangnya sudah terlambat. Video itu memperkeruh keadaan."Aku menatap ke arah bayi yang saat ini terlihat tidur dengan nyenyak di pangku
Read more
Bab 137 ( Rasa Iri Hati)
Kekecewaan adalah hal yang menguras energi. Walaupun sebenarnya aku sudah tidak ingin lagi berurusan dengan keluarga Akbar, kali ini aku tak dapat menghindar. Terlebih Ibu Mertuaku mendapatkan angin segar dari Abian.Wanita itu masih setia duduk di sofa dan entah apa yang ada dalam pikirannya. Setelah penolakanku, wajahnya terlihat begitu sedih. Tapi aku menepis itu semua karena diriku, melainkan dirinya memikirkan bagaimana nasib keluarga dan bisnisnya yang telah tercoreng oleh video panas Akbar."Apa kau kecewa dengan Ibu, Mawar?"mataku meneliti raut wajah wanita di hadapanku ini. Pertanyaan yang Ia katakan membuatku merasa kesal dan ingin langsung mengusirnya dari sini. Tapi, itu hanyalah angan belaka. Tidak mungkin aku bersikap kurang ajar seperti itu."Ibu mengerti maksud pertanyaan yang ibu lontarkan. Tidak ada wanita yang mau diselingkuhi oleh suaminya sendiri."Sania tersenyum, namun sarat akan kesedihan."Berarti aku adalah wanita terhormat yang mau dijadikan istri oleh pria
Read more
Bab 138 ( Topeng )
Saat akan menjawab pernyataan Ibu, pintu terbuka lebar. Ingin memaki pria yang pastinya Abian itu, namun mulutku tak bisa berkata-kata saat yang datang justru adalah Mas Akbar.Apa-apaan ini!"Apa yang…""Ada yang harus kita bicarakan.""Akbar, seharusnya kau bisa ketuk pintu terlebih dahulu. Atau setidaknya…""Bu, Tolonglah. Aku ingin berusaha untuk meyakinkan Mawar, bahwa aku ingin meneruskan pernikahanku dengannya. Jadi, Ibu keluar saja dan beri kami ruang Untuk bisa membicarakan ini semua dengan kepala yang dingin."Sania menatap wajahku, aku tak dapat mengartikan ekspresi wajah beliau. Tapi, entah mengapa rasanya hatiku terasa tercubit saat Ibu mertuaku itu mengatakan kebenaran sesungguhnya.Saat Ibu mertuaku sudah keluar, Akbar berjalan ke arah tempat dudukku. Pria itu memilih untuk duduk di tempat yang sama diduduki oleh Ibu mertuaku. Pandangan kami bertemu, kalau dulu aku mengaguminya, kali ini rasa itu sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh perilaku Mas Akbar yang kian menj
Read more
Bab 139 ( Omong kosong)
"Jangan berani-berani menuduhku melakukan hal-hal diluar batas kemampuanku."Aku tersenyum sinis Mendengar jawaban Mas Akbar. Pria itu masih saja mengelak."Lalu, kalau bukan kau. Siapa Mas?"Mas Akbar mendekat ke arahku. Ingin rasanya untuk menghindari tatapan matanya dan pergi dari tempat dudukku. Tapi, harga diriku melarangku untuk beranjak dari tempat dudukku. Walaupun ditatap tahan seperti itu, aku tak gentar menghadapi suami tak tahu malu seperti Mas Akbar ini.Mas Akbar menggeser meja agar bisa duduk jongkok di hadapanku."Apa aku tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan hatimu lagi?""Tidak, kau sudah mendapatkan semua kesempatan itu. Tapi, tak ada satupun kesempatan yang kau gunakan dengan baik." Jawabku sambil tersenyum menatap wajah pria yang dulu sungguh membuat hatiku berdebar kencang, setiap kali berhadapan langsung dengannya."Tapi, aku sungguh mencintaimu Mawar. Aku bersumpah, bukan aku pria yang ada di dalam video tersebut."Mas Akbar meraih tanganku, lalu dig
Read more
Bab 140 ( Memancing Kemarahan)
Sania menatap wajah suaminya yang saat ini sedang duduk di kursi kebesarannya. Setelah bertemu dengan Mawar, Ia memutuskan untuk pergi menemui Sandoro. Berharap suaminya itu mau mendengarkan perkataannya."Apa yang kau inginkan? Untuk apa datang ke kantor?" tanya Sandoro tanpa menatap Sania. Pria itu masih setia fokus dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di atas mejanya "Lebih baik kita menyingkirkan wanita itu. Kau pasti tidak menginginkan sebuah perceraianmu pada rumah tangga Akbar.""Menyingkirkan…Mulan?"Sania mengangguk mengiyakan."Tidak.""Kenapa, Mas?""Apa Mawar bisa bertahan dengan kondisi Akbar? Menantumu itu belum mengetahui secara pasti bahwa Akbar memiliki kelainan seksual. Apa kau belum juga memahaminya! Mulan adalah alat untuk menyalurkan kelainan anak kita. Mulan hanya sekedar boneka, tidak lebih."Sania memejamkan kedua matanya, Ia merasa bahwa selama ini Sandoro terlalu memanjakan Akbar. Sehingga anaknya itu tidak memiliki kompeten dalam hal menyelesaikan sebuah ma
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status