All Chapters of Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan: Chapter 71 - Chapter 80
177 Chapters
Bab 71. ( Kepercayaan Yang Dikhianati)
"Aku bukanlah perempuan penggoda! Dan aku tidak akan kalah dari istri jelek Akbar." Jawab Mulan sambil tersenyum licik. Wajahnya terlihat begitu santai mengatakan hal tersebut. Kalau dulu aku melihat kepanikan dalam dirinya, kali ini tidak lagi. Sepertinya Mulan telah mempelajari satu hal, yaitu keegoisan."Apa kau yakin istri pertama suamimu itu jelek?""Ya, aku pernah bertemu dengannya satu kali. Tapi sayangnya,aku tak dapat melihat wajahnya. Namun, aku dapat memastikan bahwa ia adalah wanita jelek yang sedang menutupi wajahnya." Mulan mengeluarkan ponselnya dan terlihat berkaca pada ponsel itu. "Lihatlah Rose, wajahku ini sangatlah cantik. Setiap pria pasti akan bertekuk lutut di hadapanku."Aku hanya mengulas Senyuman dan mengeluarkan secarik kertas dari tasku."Lihatlah!" aku menyodorkan kertas itu pada Mulan. Wanita itu dengan ragu mengambilnya.Saat melihat nominal yang tertera pada cek yang berada ditangannya, seketika wajah Mulan berubah memerah."Satu Milyar?" "Iya, dan de
Read more
Bab 72 ( Mertuaku Menuduhku Berselingkuh)
Saat memasuki rumah, pandanganku langsung tertuju pada Mas Akbar dan juga orang tuanya yang telah duduk santai di ruang tamu. Kedatanganku membuat suara mereka tak terdengar lagi. Suasananya begitu kurang nyaman, aneh sekali tidak seperti biasanya."Sudah lama, Ayah dan Ibu?" sapaku sambil mencium punggung telapak tangan keduanya. "Sudah. Apa yang kau lakukan di luar rumah, Mawar sampai jam segini?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Ayah mertuaku. Tidak seperti biasa, Ayah Sandy seperti marah padaku."Maaf, Ayah. Mawar tadi ada urusan dengan…""Abian?" potong Ibu dengan nada sinis."Tidak, aku bertemu dengan Siti. Kami ngobrol-ngobrol sampai lupa waktu." aku berinisiatif untuk ke dapur karena meja yang kosong, tidak ada sesuatu yang disuguhkan oleh Mas Akbar."Tidak perlu repot-repot. Kami sudah mau pulang." tukas Ayah dengan sikap dinginnya."Kau itu harus menjaga kehormatanmu sebagai seorang wanita beristri. Jangan keluar rumah tanpa adanya tujuan. Bisa-bisa kamu dituduh main den
Read more
Bab 73 ( Rencana Para Istri )
Abian masih betah berada di dalam ruangannya. Pertemuannya beberapa hari lalu dengan Sandy, membuat pria berwajah tampan itu sedikit terganggu. Bukan karena rasa takut, lebih pada waspada terhadap keselamatan Mawar. Ia tidak ingin wanita yang ia cintai itu mendapatkan masalah. "Tuan?"Abian mendongak dan menatap wajah Aslan yang tengah berdiri, siap memberikan informasi yang ingin ia ketahui."Apa yang kau dapat?""Sebelum menjawab, boleh saya mengajukan satu pertanyaan, Tuan?""Apa itu?""Musuh kita adalah media yang bisa saja memutar balikkan fakta. Apa kita akan…""Jangan meremehkan aku, Aslan. Sekarang, apa informasi yang kau bawa?""Ini, Tuan." Aslan meletakkan sebuah dokumen di atas meja Abian."Bagus, sekarang keluarlah. Kita akan buat rencana B.""Tapi, Jimmy Sepertinya memata-matai gerak-gerik Mulan. Agak sulit aku menemuinya,""Jimmy akan jadi urusanku. Kau fokus saja pada rencana kita."Aslan mengangguk setuju saja, karena dirinya tak memiliki hak untuk menolak permintaan
Read more
Bab 74 ( Jangan Menungguku)
Dengan keadaan Akbar yang tertidur pulas karena obat yang diberikan oleh Mulan yang bekerja sangat baik. Wanita itu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk segera merogoh ponsel suaminya agar dapat mencari data-data Istri pertama Akbar. Saat ponsel sudah didapatkan, Mulan merasa begitu bodoh. Karena tidak mungkin, seorang Akbar membiarkan begitu saja ponselnya tanpa adanya kata sandi. Beberapa kali Ia mencoba membuka kata sandi ponsel Akbar, namun hal itu tidak mendapatkan hasil apapun. "Sial!" geramnya ingin sekali membanting Ponsel Akbar."Baiklah, kalau rencana pertamaku gagal, akan aku lakukan rencana keduaku." Mulan segera mengembalikan ponsel Akbar saku celana pria yang saat ini sedang bermain dalam alam mimpinya.Mulan mengambil inisiatif untuk berpose tanpa sehelai benangpun bersama dengan Akbar. Sebelum melakukan hal itu, Mulan melucuti satu persatu pakaian yang dikenakan oleh Akbar.***Abian memandang penuh curiga pada pria yang saat ini sedang meringkuk tak berdaya dala
Read more
Bab 75 ( Maafkan Aku Abian)
Abian menangkup wajahku, dan hanya menatapku lalu ia tersenyum, dan jantungku mulai berdebar bahkan isi perutku seperti bergejolak ingin keluar. "Semua akan berjalan lancar. Lihat saja nanti. "Ucap Abian tepat di hadapanku. Jantungku yang beberapa detik lalu berdebar tak karuan kembali sedikit tenang setelah ambient menjauhkan wajahnya dari wajahku. "Abian, ini salah. Kita tidak boleh terlalu dekat seperti ini," Abian tidak langsung menjawab pernyataanku. Pria itu kembali pada setelan awal, tak bisa kutebak cara memandang wajahku atau isi pikirannya.Abian memilih untuk membalikkan tubuhnya membelakangi tubuhku."Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."Aku hanya bisa diam saat langkah kakinya menjauh meninggalkan diriku sendiri. Suasana yang ramai pengunjung tak bisa aku rasakan karena Kepergian Abian yang seakan marah karena penolakanku pada keinginannya untuk pergi ke Balikpapan Center.Aku tak mungkin bisa melakukan itu semua, walaupun aku sudah diselingkuhi oleh Mas Akbar. Karena
Read more
Bab 76 ( Racun Untukmu, Mas!)
Semenjak pertengkaranku dengan Mas Akbar, aku tak pernah lagi melihat wajahnya selama tiga hari ini. Pria berwajah tampan itu belum juga menginjakkan kakinya di rumah sampai detik ini. Beberapa kali aku mengecek ponsel untuk melihat aktif tidaknya Mas Akbar di dunia Maya, dan siapa sangka ternyata suamiku itu masih terlihat aktif di laman I*******m dan nomer wa-nya. Aku meletakkan gelas berisi kopi yang kuminum, rasanya begitu manis untuk dikatakan kopi. Suasana hatiku juga masih belum terlalu baik dan aku merasa sangat tidak nyaman berada terus menerus di rumah sendirian. Saat ingin merebahkan tubuhku di sofa, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Sepertinya itu adalah Mas Akbar. Dan benar saja, saat pintu rumah terbuka, sosok tubuh yang kukenal melangkah masuk ke dalam rumah.Aku membuang pandangan saat kedua mata kami bertemu. Melihat wajah Mas Akbar kembali terbayang saat aku meminta untuk dibuatkan pesta, namun tak kunjung dijawab dan ditinggal begitu saja."Aku suda
Read more
Bab 77 ( Penyakit Akbar )
Napas yang sengaja kutahan berhembus. "Benarkah?" Suaraku terdengar tak yakin. Seperti kubuat-buat agar Mas Akbar terkecoh dengan sikapku.Mas Akbar mundur selangkah demi bisa menatapku dengan tatapan mata penuh kekesalan."Kau sudah mulai berubah, Mawar. Sikapmu yang dulu hangat sekarang berubah sedingin salju. Kau juga tidak pernah sekalipun bertanya tentang hari-hari yang kulewati beberapa hari ini. Kau asyik dengan kehidupan barumu untuk mengurus restoran dengan Abian. Dan sekarang, ada foto-foto yang memperlihatkan kemesraan kalian. Apakah itu semua wajar?"Aku tertawa "Ya, tapi sayangnya aku tak tahu apakah itu wajar atau tidak. Karena aku juga tidak tahu apa yang ada didalam hatimu, Mas. Kalau kau mengatakan aku berubah, cobalah bercermin pada diri sendiri. Bahkan kau tak pernah lagi mengajakku untuk makan malam di setiap malam Minggu. Alasannya adalah pekerjaan. Aku diam bukan berarti bodoh, jadi jangan lempar batu sembunyi tangan."Mas Akbar mendesah, " Oke, maafkan aku." Ia
Read more
Bab 78 ( Kebakaran)
Abian tersenyum masam. Bayangan wajah Mawar masih saja terus bersemayam dalam kepalanya. Penolakan wanita itu tak pernah menggoyahkan komitmen yang kuat dan merupakan batu semangat juangnya untuk mendapatkan wanita pujaannya itu.Abian kembali meneguk kopi luwak favoritnya. Rasanya begitu menenangkan hati dan pikirannya."Kenapa kau masih disini!" Abian terkejut saat menyadari Aslan datang dengan membanting pintu ruangannya."Apa kau mau aku hajar berani-beraninya…" Abian tak melanjutkan perkataannya. Hidungnya mencium bau terbakar dan ia baru menyadari ada kepulan asap di sekitarnya. "Ayo keluar sekarang!" Aslan tampak tak sabar dan hal itu membuat otak Abian berpikir cepat bahwa ada yang tak beres terjadi di kantornya."Lewat tangga darurat!" teriak Aslan memberikan instruksi.Abian mengikuti langkah kaki Aslan yang terbilang cukup cepat. Pria itu setengah berlari dan Abian baru sadar bahwa kali ini mereka sedang melawan ganasnya jilatan api yang sudah mulai merembet kemana-mana. T
Read more
Bab 79 ( Telpon Dari Mama )
Sekarang, kamu sedang duduk berempat di sebuah cafetaria yang lumayan jauh dari perusahaan Abian. Beberapa saat lalu, polisi mengatakan bahwa kebakaran yang terjadi disebabkan oleh korsleting listrik dan hal itu membuat diriku maupun Abian ragu. Sudah seminggu semenjak kejadian kebakaran yang membuat kerugian lumayan besar pada keuangan perusahaan Abian, namun pria itu sama sekali tidak menampakkan wajah gelisah sedikitpun.Aku yang tak sengaja bertemu dengan ketiga orang yang kukenal ini terpaksa harus ikut serta karena permintaan Siti."Jadi, apa yang kau dapatkan?" Abian memandang kearah Aslan yang sedang sibuk dengan ponselnya."Kecurigaanku masih sama, ada orang dalam yang sengaja melakukannya." Jawab Aslan yang masih asyik melihat layar ponselnya.Abian memandang tak suka saat Aslan terlihat lebih memilih melihat layar ponsel ketimbang harus menatapnya."Apa lebih baik aku pergi saja?" bisikku pada Siti. Gadis cantik itu menggeleng tak suka karena permintaanku.Aku hanya dapat t
Read more
Bab 80 ( Calon Istri)
"Seperti biasa, Papamu selalu makan masakan yang mama buat. Tapi, hari ini Papa mendapatkan surprise yang mengatasnamakan mama.""Mawar masih bingung dengan penjelasan mama…" Dengan hati yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa papaku berada di rumah sakit karena campur tangan manusia tak bertanggung jawab, Mama mengelus lembut kepalaku dan mencoba untuk menenangkan diriku yang pastinya sudah terlihat panik luar biasa. Niat hati ingin menenangkan Mama, justru dirikulah yang tak dapat mengendalikan diri."Kau paham sayang, tapi kau mencoba menepis semua hal yang Mama katakan. Mama sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki hal ini. Kau tenang saja," aku merengkuh tubuh Mama berharap agar rasa yang membuat hatiku sakit ini sedikit menghilang."Sudah, tidak apa. Papamu pasti akan sehat kembali." Ucap Mama sambil terus mengelus lembut kepalaku. Rasanya damai sekali.***"Kalau begitu, aku akan menjenguk Papa mertuaku." Ucap Akbar saat sedang menyantap makanan di sebuah restoran ber
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status