All Chapters of Janji Setia : Chapter 101 - Chapter 110
157 Chapters
Sopan Santun
Bagian 56 Sopan Santun Maira datang ke rumah Nuwa sambil mengantar tiga serangkai latihan. Nuwa sudah benar-benar pulih kecuali tentang ingatan siapa Dayyan, dan benar ia tak pernah datang lagi ke tempat kursus. Memori tentang tempat itu hanya tersimpan sedikit saja. Anehnya dia tidak pernah lupa tentang teman-temannya. Itu yang membuat Nuwa bertanya-tanya, mengapa bisa sampai demikian.“Terima kasih, Nuwa, dan ya bahasa arabmu sudah sangat membaik sekarang. Tidak seperti dulu lagi.” Maira melihat tulisan tangan Nuwa yang rapi dan susunan katanya yang hanya tinggal perlu diasah setiap hari saja. “Benarkah? Terus aku bagaimana bisa jadi bertambah baik, ya, padahal aku dulu di desa paling malas belajar bahasa Arab.” “Kau sudah lupa dengan orangnya, jadi akan buang-buang waktu saja kalau aku cerita. Sudahlah, jalani saja hidupmu. Jangan ingat-ingat masa lalu, ya. Jazakumullah, Nuwa, ini sangat berarti bagi kami.” Maira meninggalkan rumah Nuwa sembari membawa catatan penting peningga
Read more
Bertanya-tanya
“Lihat, wajah Syekh Dayyan langsung bingung melihat Nuwa ramah padanya. Rasanya lebih baik kalau mereka baku hantam saja berdua, lain perasaanku jadinya.” Fani sampai merinding melihat temannya berubah pasca lupa ingatan. “Dengarkan aku, sampai mereka berdua menikah, suatu hari nanti, aku potong unta peliharaanku,” ucap Anjali. “Kau yakin?” Padma memastikan. Anjali mengangguk. Tiga orang itu masih saling berprasangka atas apa yang terjadi di antara Dayyan dan Nuwa. Padahal memang tidak ada apa-apa. Hanya kisah masa lalu yang sangat menyakitkan. “Terima kasih atas kehadirannya selama enam bulan. Lebih dan kurangnya sebagai seorang pengajar dan merangkap penyelanggara maafkan jika kami banyak berbuat salah. Silakan mengulang belajar kembali apabila dirasa kemampuan berbahasa Arab belum bagus. Kelas selalu terbuka untuk semuanya.” Dayyan menutup enam bulan kebersamaan yang sangat luar biasa di kelas itu. Lelaki bermata abu-abu tersebut mempersilakan semua siswi keluar. Jeda satu min
Read more
Sepi yang Terpendam
“Sebenarnya aku kasihan dengan syeikh, dia susah payah membawamu ke rumah sakit dan kabarnya sampai menjadi penanggung jawab sampai kau sembuh. Eh, tapi kau malah lupa dengannya. Hatinya pasti ada sedikit luka. Bagaimana, ya, bilangnya, rasanya syeikh itu menyimpan perasan denganmu, Nuwa. Ini tebakanku saja,” ucap Fani. Dia yang paling perasan dengan perubahan Dayyan. “Aku juga berpikir begitu.” Anjali tak mau kalah. “Aku juga. Orang yang terlalu sering ribut lama-lama jadi kepikiran terus di dalam hatinya, jadi tanpa sadar cinta di dalam hatinya tumbuh. Batasan antara benci dan cinta itu, kan, tipis.” Asumsi Padma. “Eh, jangan, marah istri dan anaknya nanti. Lagi pula aku tak pernah mau masuk dalam rumah tangga orang. Aku sudah terbiasa menjadi satu-satunya dalam hidup Kai dulu, sampai maut yang memisahkan kami.” “Hei, kau ini, syeikh dudalaaah, dudaaa. Itu pun kau lupa. Parah kawan kita ini.” Fani mulai kesal. “Syeikh Dayyan, duda?” Nuwa lupa sekali. “Iya, istrinya, kan, menin
Read more
Galau
Untuk mengisi waktu karena tak mau lagi mengambil kelas bahasa Arab. Nuwa mengikuti pendidikan kilat latihan menembak yang diadakan oleh pihak kepolisian. Diperbolehkan memang bagi non militer atau polisi untuk memiliki senjata api tentu dengan syarat yang sangat ketat luar biasa. Tujuannya agar tidak terjadi penyalahgunaan asal-asalan menyerang orang atas masalah kecil. Namun, berkat rekomendasi dari Maira wanita Suku Mui itu bisa juga mengantongi senapan laras pendek.Berubah pikiran Nuwa, dari yang tak ingin mengenal senjata api jadi harus menguasainya. Beberapa kali ia menghadapi mata-mata yang datang semua menyerangnya dengan pistol. Untungnya dia menggunakan rompi anti peluru. Entah sampai kapan hidupnya akan seperti itu terus. Hal demikian menjadi salah satu alasan lagi baginya untuk memutuskan tidak mau menikah lagi. Karena orang-orang yang ada di sekitarnya akan bahaya. Bahkan Nuwa menolak hanya sekadar bertemu dengan tiga teman karibnya. Wanita itu memang pemberani, tapi
Read more
Emosian
Naima sedang mempersiapkan seragam untuk Sultan. Malam itu suaminya mendapatkan panggilan mendadak. Sultan menggantikan rekannya yang sakit dan tidak bisa hadir. Berdegup kencang jantung Naima. Akhir-akhir ini tepatnya sejak dua tahun lalu Sultan lebih sering menghadapi pekerjaan berbahaya. “Andai Sin dan San masih ada bersamaku, pasti aku sudah meminta mereka menemanimu,” ucap Naima tanpa mendapatkan respon apa pun dari Sultan. “Hati-hati di jalan, sebisa mungkin pulang dengan selamat seperti saat kau pergi. Kami berlima menunggumu di rumah.” Naima memberikan rompi anti peluru untuk suaminya. Sultan masih diam saja. Lelaki yang masih betah dengan gaya rambut panjang dan diikat rapi itu membuka kotak khusus yang hanya ia yang tahu kode sandinya. Di sana ia menyimpan peralatan untuk menjinakkan bom yang memang tidak boleh orang biasa tanpa keahlian memegangnya. “Aku pergi dulu, Assalammualaikum.” Sultan berpamitan hanya pada istrinya saja, lelak itu mengecup kening dan pipi Naima.
Read more
Kota Mati
Tetap waspada, saluran komunikasi harus tetap hidup dan jangan sampai senjata api jauh dari jangkauan kalian. Adalah suara yang didengar oleh Nuwa melalui alat yang ia pasang di telinganya. Jeep yang ikut pergi hari ini dalam sebuah misi membongkar markas mata-mata ialah sebanyak empat. Dua orang pemasang dan penjinak bom yaitu Sultan dan satu tentara yang lain. “Astaghfirullah,” gumam Nuwa perlahan. Sampai di tempat tujuan yang berupa gedung-gedung lama yang telah runtuh dan tak terpakai lagi, tim telah dibagi dan Nuwa membersamai Sultan.“Bisa emosi aku lama-lama kalau berjalan bersama dia. Mana kupingnya tidak berfungsi lagi.” Nuwa menarik napas panjang. Nuwa tak punya pilihan lain, mundur sudah telanjur maju. Maju pun moodnya amburadul. Namun, sejak kapan orang perang bergantung mood? Pilihannya yaitu tetap maju tak gentar. “Aku maju duluan,” ucap salah satu tentara ketika ia mengawasi gedung-gedung kosong itu dengan senjata tajam. Nuwa mengikuti dari belakang, wanita itu mela
Read more
Cincin Api
“Cukup fokus pada remote ini, mengerti?” “Iya, baik. Ya Allah, kalau memang ada bom besar lagi, segala ingatanku yang hilang janganlah kembali lagi kalau memang menyakitkan. Biarkan dia hilang selamanya.” Doa yang dipanjatkan Nuwa ketika baku tembak terus terjadi. “Sekarang, Nuwa!” perintah Sultan ketika ia sudah mengambil jarak tempuh yang cukup. Jemari Nuwa menekan tombol merah yang ada di remote itu. Tiga, dua, satu. Duar! Bom di dalam gedung itu meledak sangat dahsyat dan bayangan apinya tergambar jelas di mata Nuwa. Betapa dahsyat apabila meledak di pemukiman umum. Mobil mata-mata Xin Hua terlempar dan berguling-guling kemudian meledak tak jauh dari jeep yang dikendarai Sultan. Nyaris sedikit lagi mereka terkena bagian mobil yang terlempar jauh. Nuwa menarik napas panjang berkali-kali. Dia biasanya menghadapi mata-mata Xin Hua dengan mode senyap dan satu lawan sekian. Ternyata di lapangan jauh lebih mengerikan dari yang ia hadapi. Sampai berdegup kencang jantung wanita itu.
Read more
Kesepian
Empat rombongan dalam satu jeep itu memutuskan untuk beristirahat sejenak. Meskipun mahir, mereka semua manusia biasa. Terutama Nuwa yang paling banyak mengeluarkan energi demi melindungi Sultan. Tangannya kesakitan pun kakinya, dan sudah dua hari mereka tidak kembali. Syukurnya tidak ada lagi yang mati di antara mereka. “Semakin lama aku hidup di dunia ini, semakin aku belajar tentang kesetiaan. Hanya karena setialah kita bisa saling menjaga satu sama lain. Kalau salah satu di antara kita ingkar, maka ikatan akan hancur dan tidak ada gunanya lagi kita bersama-sama,” ujar Nuwa sembari memandang langit malam. Entah kapan mereka akan pulang. Setelah istirahat beberapa jam lamanya mereka akan pergi lagi. Sultan melihat ponselnya, sudah mati kehabisan baterai. Ia ingin menghubungi Naima dan mengatakan mereka semua baik-baik saja. Namun, apalah daya semua ponsel tak berdaya lagi. Termasuk juga ponsel Nuwa sudah mati padahal ia sedang membaca pesan dari nomor tidak dikenal yang menanyak
Read more
Kesetiaan
“Aku berhenti di sini, kalian jalanlah duluan,” ucap salah satu rekan Sultan. “Kenapa?” tanya Nuwa. “Aku berjaga dan mengawasi tempat ini. Apa pun yang terjadi kalian jangan menoleh ke belakang dan jangan datang menolong walaupun aku mati. Ukhti Nuwa, kawal Paman Sultan sampai di tempat tujuan. Kau yang paling hebat di antara kami.” Tentara itu berhenti di satu tempat. Nuwa tak punya pilihan selain jalan terus. Terdengar suara rentetan peluru ditembakkan. Ada beberapa yang menjerit. Nuwa ingin menolong, tapi ia ingat pula dengan pesan rekannya. Sultan melemparkan tali dengan pengait ke atas gedung yang kacanya pecah. Dia bertanya apa Nuwa sanggup naik, dan wanita itu menjawab bisa. Lekas ketiganya memanjat gedung dan malangnya salah satu rekan Sultan tertembak di bagian pinggang. Dia dibaringkan di lantai oleh Nuwa. Keberadaan mereka sudah ketahuan. “Pergilah. Semoga kalian selamat.” Dengan sisa daya ponsel yang ada lelaki yang terluka itu mengirim pesan pada seseorang di wilayah
Read more
Jemputan
Pagi-pagi sekali Kai membangunkan Nuwa yang masih terlelap. Hari ini Kai berencana untuk membentuk ketahanan tubuh Nuwa dalam membawa beban jadi berkali-kali lipat. Untuk apa? Kai hanya menuruti firasatnya sendiri. Kelak Nuwa akan menghadapi beratnya beban di pundaknya seorang diri. Sebab manusia tak boleh terlalu berharap pada manusia lain. Itu yang dijadikan pedoman oleh Kai. Bisa saja dia mati terlebih dahulu.“Masih gelap, Kai, aku masih bisa tidur.” Nuwa enggan untuk bangun. “Justru karena masih gelap, nanti siang kita tak bisa latihan. Kuda-kuda Tuan Wong harus dimandikan semua.” Kai mengangkat tubuh Nuwa ke tempat cuci muka. Dua orang Suku Mui itu bersiap. Saat di luar rumah Nuwa terperangah melihat ada beberapa karung yang berisikan pasir. Ia coba angkat dan berat sekali melebihi bobot tubuhnya. “Gunanya untuk apa?” tanya Nuwa. “Untuk latihan angkat beban,” jawab Kai. “Beban hidup kita sudah banyak, Kai. Kenapa harus ditambah lagi?” “Karena kita tak pernah tahu apa yang
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status