Semua Bab Janji Setia : Bab 121 - Bab 130
157 Bab
Jiwa yang Melayang
Dayyan, Hira, dua orang saksi dan satu orang hakim yang ditunjuk sebagai wali dari Nuwa karena wanita Suku Mui itu tiada punya kerabat lagi, berkumpul di kantor catatan pernikahan. Ya, secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun, lelaki bermata abu-abu itu memenuhi tanggung jawabnya secara utuh. Adapun Maira, Gu, dan semua keluarga sudah diberi tahu bagaiamana keadaan Nuwa dan pernikahan yang terkesan mendadak itu tanpa harus mengumbar aib apa yang dilakukan oleh ayahnya Bhani. Cukup dua saudara kembar itu saja yang tahu. Sah sudah. Nuwa tak lagi menjanda, proses pun tak lama karena tidak ada pesta pernikahan sama sekali. Dayyan pun tak lagi menduda. Semua catatan sipil akan diurus nanti. Soal mahar karena keadaan terdesak, Dayyan meminjam cincin emas milik Hira karena ia lupa harus ada mas kawin sebagai syarat sah pernikahan. “Hutang kau dengan aku.” Hira menyerahkan cincin emasnya.“Iya, nanti aku ganti, tenanglah. Kau memang kakak yang baik.” Dayyan membersihkan cincin itu
Baca selengkapnya
Mimpi Indah
“Iya, akan aku coba.” Dayyan kini hanya berdua saja dengan istri barunya. Terkadang takdir memang sangat lucu untuk dijalani. Namun, tubuh manusia yang lemah dan fana tak akan mampu melawan. Hanya mampu menjalani dengan penuh keridhoan agar terasa lapang di hati. Baik itu takdir tentang jodoh, kehidupan, atau kematian. Baik Nuwa ataupun Dayyan sejatinya sama-sama kehilangan yang teramat sangat. Bedanya Dayyan tak terlalu terlihat sedih karena wajahnya yang cenderung datar tanpa ekspresi apa pun. Jika Nuwa masih belum sepenuhnya menerima takdir kehilangan Kai dari cara ia menolak lamaran para pria berulang kali. Sampai-sampai Nuwa sendiri merasa bosan ditanyakan perihal itu-itu saja. Kini dua orang yang sempat kehilangan itu telah terikat bersama. Waktu yang dilewati Dayyan selama menjaga Nuwa tak terasa sudah dua minggu saja. Setiap pagi ia akan mengunjungi istrinya setelah menitipkan Bhira—putrinya yang masih kecil pada neneknya. Pernah ia bawa Bhani untuk menjenguk guru sekaligus
Baca selengkapnya
Banyak Anak
“Kai, aku hampir tak percaya kalau rumah ini milik kita. Bukannya rumah kita dulu kecil dan buruk sekali ya.” Nuwa memegang erat tangan suaminya. Iya, saat dia baru membuka mata dan disambut oleh uluran tangan Kai, lelaki itu mengajaknya berjalan kaki menuju satu rumah baru yang sangat besar.“Di sini semuanya tersedia, Nuwa,” jawab Kai. “Di sini itu maksudmu di mana? Bukannya kita sekarang ada di desa?” “Nuwa, kau sudah lupa kalau aku sudah mati?” Lelaki itu melirik istrinya. “Aku tidak lupa. Tapi aku juga ingat kalau aku sudah mati, Kai. Artinya sekarang kita sudah bersama dan tidak akan terpisahkan lagi.” “Kau belum mati, Nuwa.” “Tolong jangan suruh aku kembali, Kai. Aku di sana kesepian, tidak ada teman, tidak ada tempat untuk meminta kasih sayang. Aku pantang mengemis cinta dari orang. Baiklah, kalau begitu aku tidak akan bertanya apa-apa lagi. Cukup biarkan saja aku tinggal di sini bersamamu. Itu sudah jauh dari cukup. Pun anak kita akan lahir sebentar lagi.” “Iya, untuk s
Baca selengkapnya
Ingatan Terakhir
“Eh, Dayyan, mata Nuwa, mata Nuwa terbuka.” Maira agak panik dan tak bisa menahan diri. Dayyan lekas berlari dan benar mata Nuwa berkedip beberapa kali. Lelaki itu menekan bel yang ada di dinding. Tak butuh waktu lama dua orang perawat kemudian datang. Mereka yang melihat pasien sadar lekas memanggil dua orang dokter yang menangani Nuwa.“Kalian bisa keluar dulu, ya, biar kami tangani dia terlebih dahulu,” pinta dokter pada Maira dan Dayyan. Dua kakak adik itu keluar dengan harap-harap cemas.Dokter yang menangani Nuwa melihat keadaan pasien. Mata Nuwa tertutup lagi. Dilakukan beberapa pemeriksaan bahkan menguji rangsangan pada kulit wanita Suku Mui itu, nyatanya hasil masih sama. Namun, gerakan pernapasan Nuwa sudah jauh lebih baik daripada biasanya. Salah satu dokter menguji dengan membuka alat bantu pernapasan yang menggunakan tutup mulut. Ketika dibuka Nuwa tak lagi sesak napas. Sekarang wanita itu menggunakan alat bantu napas yang sederhana saja. “Bagaimana keadaan Nuwa, Dokte
Baca selengkapnya
Enggan
“Nuwa, tenang, letakkan pisaunya,” ucap Dayyan ketika melihat istrinya menatap orang satu demi satu di dalam ruangan. Wanita bermata besar itu hanya menggeleng. Ingatannya di peperangan masih melekat erat. Ia menyangka masih berada dalam tawanan Xia He. Nuwa menoleh dan melihat Bhani. Rasa-rasa anak itu familiar di matanya. “Bhani,” ujarnya. “Iya, iya, dia Bhani,” jawab Dayyan. “Ibu,” jawab anak itu sambil mendekat.“Aku bukan ibumu. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Nuwa sambil tetap memegang pisau. “Nuwa, tenang. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Peperangan telah selesai. Xia He sudah mati, kau aman, kita semua aman. Kau kena tembak dan berbaring selama beberapa bulan. Letakkan pisaunya, dan biarkan dokter memeriksamu dulu.” Dayyan mendekat sedikit demi sedikit. Kemudian ketika sangat dekat dia berhasil merampas pisau buah dari tangan Nuwa. Wanita itu sendiri masih bingung dengan apa yang ada di depan matanya. Terutama Dayyan dan Bhani mengapa harus ada satu kamar bersaman
Baca selengkapnya
Penolakan
“Iya, kalau memang kau memaksa. Lalu kau kritis dan harus dibawa ke rumah sakit. Semua orang telanjur mengenali kalau aku suamimu, begitu juga dengan Hira. Dan kau tak sadarkan diri dua hari lamanya padahal seharusnya kau sudah sadar. Keadaanmu di luar dugaan, kau koma, harus ada yang mengurusmu dari pihak keluarga. Kau tak punya keluarga di sini. Meminta teman-temanmu juga tidak mungkin. Jadi …” “Jadi. Jangan bilang kalau kau …” sahut Nuwa. “Jadi aku menjadikan sandiwara itu benar adanya. Aku menikahimu saat kau tidak sadar, secara sah dan ini buktinya.” Dayyan mengeluarkan ponsel dan membuka video ketika dia mengikrarkan ijab qabul untuk mengesahkan Nuwa. Terkejut dan tak percaya, ponsel Dayyan jatuh dari tangan Nuwa. Mata wanita itu mengerjap cepat, ia tersenyum kemudian meneteskan air mata.“Ini juga kartu pernikahan kita.” Dayyan menunjukkan bukti yang lain. “Cukup, video tadi sudah sangat jelas. Aku tak perlu bukti apa-apa lagi.” Wanita itu masih terisak. Dayyan mengelus kepa
Baca selengkapnya
Perpisahan
Sepanjang hari Nuwa berpikir tanpa menyentuh makanan sama sekali. Penolakannya tadi malam, serta raut wajah kecewa Dayyan yang tidak berkata apa-apa padanya. Soal dosa, Nuwa sangat mengerti. Namun, apabila hatinya enggan, dia bisa apa? Sudah mencoba ia mengingat kebaikan lelaki itu selama dirinya sakit. Sayangnya tak bisa menggantikan apa yang telah hilang darinya. “Maaf, sekai lagi maaf. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa jadi istri yang tepat untukmu. Kau pilih saja perempuan lain. Aku ingin hidup seperti dulu di rumahku yang kecil di mana aku bebas mengingat Kai. Di sini aku dibayang-bayangi olehnya, sedangkan sudah ada kau di depanku. Aku tak bisa seperti ini terus,” gumamnya setelah berpikir panjang. Hari sudah siang dan sebentar lagi biasanya Dayyan akan pulang dari mengajar untuk menjemput Bhani pulang sekolah. Nuwa di rumah hanya mengurus Bhira saja. Soal menjaga anak dia tak pernah ada masalah, soal membelokkan hati ternyata yang paling sulit baginya. Terhitung sudah tiga
Baca selengkapnya
Pilihan Hati
Tahun demi tahun Nuwa lewati dan tak terasa usianya sekarang sudah 24 tahun saja. Ia masih betah dalam kesendiriannya. Sedangkan Dayyan sudah lama memutuskan menikah lagi dengan Fani setelah berulang kali memikirkan anak-anaknya yang butuh kasih sayang seorang ibu. Nuwa turut bahagia, tapi ia tak bisa datang ke pernikahan karena ada ujian kenaikan tingkat yang harus ia susun.Wanita Suku Mui itu melihat begitu banyak muridnya yang kini sudah berjumlah ratusan. Ia membuat sistem jenjang agar memperjelas mana yang baru mana yang sudah senior. Yang senior bahkan sudah bisa diperbantukan untuk mengajar yang baru. Keinginan Kai untuk membuat Nuwa menjadi guru besar terwujud sudah. Jika biasanya janda banyak fitnahnya, maka tak ada yang berani melakukan hal demikian pada Nuwa. Selesai ujian kenaikan tingkat ia memanggil Rizki—yang sebentar lagi ikut ujian masuk sebagai pilot, kemudian Farhan yang semakin dewasa dan mirip dengan Maira, juga Bhani yang tetap saja memanggilnya dengan sebutan
Baca selengkapnya
Pelecehan
Dayyan membuka matanya perlahan-lahan. Tanpa terasa ia meneteskan air mata karena terlalu sedih dengan peristiwa akhir-akhir ini yang menimpa hidupnya. Kemudian ia pun menoleh dan memeriksa sekeliling. “Eh, aku masih di rumah sakit?” Ia bangun dan memastikan isi kepalanya. Apakah nyata atau tidak. Kucek-kucek lagi mata sampai pedih dan iya memang masih di rumah sakit bukan di kuburan. “Enak, ya, tidur lama-lama. Istrinya ada perkembangan dia tak sadar. Untung Bhani sigap sebagai anak.” Dayyan mendengar suara tapi tak lihat orangnya. Ia usap matanya kuat-kuat. Perlahan-lahan ada bayangan Hira dan memang sungguhan ada orang di depan matanya. “Nuwa masih hidup?” tunjuk Dayyan pada seseorang yang berbaring di ranjang. “Kau mengharap dia mati? Biar bisa nikah lagi, gitu?” tegur Hira. “Kalau mau nikah lagi tak perlu menunggu Nuwa sadar, sekarang kau ijab qabul dengan perempuan lain pun bisa. Bangun-bangun dibunuh kau dengan Nuwa.” “Bukan begitu maksudku, tapi bukannya aku sudah menikah
Baca selengkapnya
Masih Ragu
Nuwa kembali ke desanya. Sejak kekalahan yang dialami oleh Xia He para warga Suku Mui yang tersiksa mendapatkan pengawasan dua kali lebih ketat. Bahkan hidup mereka jadi dua kali lebih sulit. Ada beberapa tentara yang menyiksa hingga salah satu warga babak belur. Nuwa ingin menolong, ia mampu melawan para tentara itu. Sayangnya tubuh Nuwa tembus pandang. Penyiksaan itu hanya bisa ia lihat dengan mata kepalanya saja.“Nuwa,” sapa sebuah suara yang selama ini menemani dirinya selama koma.“Kai, tak bisakah kita menolong mereka?” Nuwa memegang tangan suaminya, sayangnya Kai pun tak bisa ia sentuh juga. “Nuwa, sampai di sini saja aku bisa menemanimu, aku tidak akan datang melihatmu lagi. Kau sudah punya hidup yang baru. Berbahagialah dan raih semua apa yang kau impikan.” “Kai, aku ingin agar saudara-saudara kita semuanya selamat.” “Kalau begitu bangun dan wujudkanlah, kalau kau tidur semuanya tidak akan bisa tercapai. Jangan terlalu lelah dan jangan lupa bahagiakan dirimu sendiri, Nuw
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status