All Chapters of Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Chapter 41 - Chapter 50
317 Chapters
BAB 41 : Ruangan Kosong
Itu adalah hari berikutnya, ketika Aruna dikejutkan oleh panggilan telepon masuk dari Fathan pada jam sepuluh pagi.Fathan mengatakan akan menjemput Aruna di kediaman Brahmana karena Brahmana meminta Aruna dan Fathan memilih dan membeli beberapa keperluan rumah.“Bukannya itu tugas bu Ima, ya?” tanya Aruna ketika dirinya telah berada dalam mobil SUV mewah dengan Fathan yang mengendarai sendiri. “Saya tidak tahu, Run. Tuan Brahmana menugaskan saya ini dan meminta saya membawamu serta. Ini daftar belanjaan kita.” Fathan lalu menyodorkan iPad miliknya pada Aruna.Sesaat ia membaca dan hanya mengangguk paham.“Ini memang diperlukan Maira untuk acara pentas bakat minggu depan. Barang-barang ini juga memang sepertinya habis.” Mata Aruna terhenti pada satu kelompok tulisan.“Tapi ini apa?” Aruna lalu menunjuk sederet tulisan itu pada Fathan.Fathan melirik sekian detik. “Oh, itu. Itu bonus untukmu, kata Tuan.”“Bonus?”“Yup. Kamu boleh pilih sesuai seleramu untuk itu.”“Dibelikan?”“Iya. Di
Read more
BAB 42 : Bukan Salah Langkah
“Siapa yang mengizinkanmu ke sini?” Brahmana, berkata dengan suaranya yang dalam dan datar. Terasa nada dingin pada kalimat yang diucapkan tanpa ekspresi itu. Aruna tergagap. “Ma-maaf Pak. Saya mau menutup pintu.” Gegas Aruna menarik handel pintu dan menutupnya tergesa. Dengan cepat ia pun memutar tubuh lalu melebarkan langkah menuju pintu keluar. Sebelum mencapai pintu keluar, ia sempat terhenti dan berbalik untuk membungkuk sedikit dan meminta maaf lagi. “Maaf Pak.” Namun Brahmana hanya berdiri mematung di tempatnya. Tidak tampak tertarik untuk menanggapi dan membiarkan Aruna keluar dari ruangan itu. Kepalanya menoleh ke arah pintu di samping rak buku dan menatapnya sekian saat. Perlahan ia menuju pintu tersebut dan melangkah masuk setelah membukanya. Langkah Brahmana terhenti di depan lukisan besar yang tadi sempat menarik perhatian Aruna. Dengan kepala terangkat dan pandangan yang terlihat begitu intens menatap sosok dalam lukisan itu, Brahmana bergumam lirih. “Maira baik
Read more
BAB 43 : Ungkapan Tulus
“Pak, jangan berdiri saja. Ayo duduk,” tegur Aruna sambil melebarkan senyum. Ia lalu melangkah mendekat lalu tangannya menarik kursi untuk Brahmana dan meletakkan sendok serta garpu di sisi piring yang telah terisi spaghetti buatannya. “Ayah, ayo duduk.” Maira ikut mengingatkan Brahmana yang memang sedari masuk ke ruang makan, hanya menatap meja berikut piring-piring yang telah terisi makanan buatan Aruna. “Kak Una, baunya enak.” Kali ini Maira menatap Aruna yang tengah mengambil piring bagian milik Maira di meja pantri. “Ayo ayah!” serunya lagi ke sisi kanannya, di mana Brahmana mulai beranjak menuju tempat duduk. Brahmana menjatuhkan bobotnya ke kursi yang telah di tarik Aruna tadi dengan pandangan menurun ke arah piring. Matanya kini menangkap spaghetti yang melingkar ke atas dengan topping ayam dan jamur cincang dan daun peterseli yang disematkan di ujungnya. Sementara tomat ceri disusun begitu cantik di satu sudut dan terlihat pasta tomat yang di tuangkan secara cukup artis
Read more
BAB 44 : Hal Yang Terasa Melegakan
Aruna tengah menatap langit-langit di salah satu ruangan di area servis. Pekerjaannya untuk hari ini hampir usai. Aruna duduk di sebuah bangku kayu dengan tiga paper bag berada di atas meja di belakangnya. Paper bag itu berisi barang-barang Aruna yang tadi ia beli atas perintah Brahmana melalui Fathan. Ia tengah menunggu mesin cuci mengeringkan kemeja miliknya yang tadi ia bersihkan karena sedikit terkena noda pasta tomat. Saat ini ia hanya mengenakan jaket dengan ritsleting yang ditarik ke atas untuk menutupi hingga ke leher, dengan pikiran yang tengah kembali berputar. Beberapa hal memang masih terasa mengganggu pikirannya. Ia ingin sekali mengabaikan semua itu, tapi tidak bisa. Ia harus segera mencari jalan keluar apabila ibu tiri serta Ferliana datang dan merongrong dirinya. Juga jika mereka membawa Anton atau keluarga Ishak untuk memaksanya melakukan pertunangan itu. “Kalau pindah kontrakan, jelas sulit. Uang gaji yang aku pakai di awal untuk membayar sewa kontrakan aja, b
Read more
BAB 45 : Berita Baik
“Ayolah, Run… Lu kagak bisa ingkar janji lu sendiri. Lu kan udah janji ama gue bakal datang ke reunian kita..” keluh Shanti di satu sore sebelum ia pamit pulang pada Aruna. Aruna memonyongkan bibirnya. “Jangan lupa ya, Besti. Gue waktu itu setuju gegara kamu nagih utang ke gue. Nah… berhubung perbaikan motor itu udah gue lunasin, gue kagak ada hubungan lagi dengan urusan reunian.” “Astaga Run! Lu perhitungan banget sama temen!” “Dih! Kamu yang perhitungan duluan ama gue. Pake ancem-ancem segala,” ketus Aruna. “Tega ah lu. Kagak kangen apa, sama Jasmine ama Najla?” Shanti mendekatkan tubuhnya pada Aruna lalu bertingkah seperti kucing merajuk. “Ayolah, Besti…” “Ih jauh-jauh! Gue geli!” usir Aruna sambil bergidik. “Yakin lu geli? Sangsi gue. Bukannya lu lagi merindukan kehangatan cowok, ya? Pasti demen deh di geli-geliin kek gini. Ye kan??” Shanti menaik-turunkan alisnya lalu menggelitiki pinggang Aruna. “Eh dasar mulut cabe gondol! Sembarangan aja ngomong! Sono jauh jauh!” Shanti
Read more
BAB 46 : Satu Beban Yang Terangkat
Pagi ini tentu saja adalah pagi yang sangat menyenangkan bagi Aruna. Ia terbangun penuh dengan senyuman dan bergegas berbenah rumah lalu menunggu perawat yang menurut Fathan akan datang pagi itu. Perawat itu memang datang dan Aruna langsung mendapat kesan yang baik, ketika telah berbicara sebentar dengan perawat tersebut. Perawat pria itu berusia sekitar tiga puluh lima tahun dan sangat terlihat cakap dan begitu paham akan tugas-tugasnya. Aruna bisa meninggalkan rumah dengan perasaan luar biasa lega. Pagi itu ia tiba tepat waktu di kediaman Dananjaya seperti biasa. Seperti biasa pula, Aruna melihat dua orang bodyguards di teras depan dengan mobil Bentley milik Brahmana yang masih terparkir manis di sampingnya menunggu sang pemilik keluar dari dalam. “Ah iya. Aku harus mengucapkan terima kasih pada pak bos dulu…” gumamnya. Dengan langkah yang terasa begitu ringan, alih-alih menuju bagian samping bangunan utama, Aruna mengarah ke teras depan dan ikut menunggu di dekat anak tangga
Read more
BAB 47 : Surat Perjanjian
“Apa? Kenapa begitu, kak Jul??” Ferliana setengah berseru saat melihat selembar kertas yang disodorkan oleh Julian ke hadapannya.Demikian pula dengan Lisa yang duduk di samping Ferliana.Kedua matanya membesar dan menatap bergantian ke arah lembar kertas, Ferliana, lalu Julian yang ada di hadapan putri kesayangannya.“Iya, karena memang lebih baik dilakukan seperti ini. Biar sama-sama enak, Fer,” ujar Julian. Air mukanya terlihat tenang berbanding terbalik dengan Ferliana yang terlihat jelas begitu gusar dan menatap tak puas pada Julian.“Tapi ini kan ngga seberapa, Jul? Uang tiga puluh lima juta itu kecil jika dibandingkan resiko kita semua menanggung malu?” cerocos Ferliana dengan nada memelas.“Benar nak Julian.” Kali ini Lisa angkat bicara. “Apalagi Ferliana kan akan menjadi istrimu segera. Kita akan menjadi keluarga. Ibu rasa hal seperti ini tidak diperlukan.”Julian terlihat menarik napas.Ada raut kesal menampak di wajahnya. Terutama ketika Ferliana mengatakan bahwa uang tiga
Read more
BAB 48 : Perjalanan Dadakan
Itu adalah pagi hari Minggu yang cerah dan seharusnya menjadi hari istirahat Aruna. Namun Ima menghubunginya semalam dan mengatakan agar Aruna bersiap menemani Maira dan Ima pergi ke satu tempat di hari Minggu. Ini memang akan dihitung sebagai lemburan. Tapi sesungguhnya Aruna ingin bersantai dan bersama ayahnya hari ini. Namun apa boleh buat, ia tahu hal ini bagian dari kontrak yang ia tanda tangani. Bahwa ketika dibutuhkan, Aruna bersedia datang dan melaksanakan tugas pengasuhannya untuk Maira. Aruna telah tiba di kediaman Dananjaya dan melihat Maira yang tengah duduk di ruang keluarga dengan kaki mengayun-ayun riang. “Kak Una!” pekiknya riang dan langsung lari menghambur Aruna. “Wah udah cantik aja ini Mai? Mau ke mana sih?” Aruna mengelus rambut Maira dengan lembut. “Mai kan ada tugas Kak, suruh nulis pengalaman berlibur bersama keluarga.” “Oh… Terus?” “Mai minta temenin sama Kak Una.” “Oke kalo gitu.. Apa kita berangkat sekarang?” Aruna lalu menoleh ke arah Ima yang ter
Read more
BAB 49 : Siapa Sudi Berkencan Dengannya?
Meskipun itu adalah hari Minggu, suasana siang hari itu terbilang cukup tenang. Tidak terlihat suasana yang padat di lobby dan sekitarnya oleh pengunjung hotel. Bukan karena resor mewah tersebut kekurangan peminat sehingga tempat itu terkesan lengang. Resor ini memang hanya menyediakan jumlah kamar yang terbatas dengan harga yang sangat tinggi dan tidak sembarang orang dapat memesannya begitu saja. Hanya kalangan tertentu atau dengan koneksi tertentu lah yang bisa mendapatkan kesempatan untuk merasakan menginap di sana. Di lounge hotel, terlihat sepasang suami isteri paruh baya yang cukup montok tengah duduk di sofa. Sang suami berulang kali melihat pergelangan tangannya dan tampak tidak dapat duduk dengan tenang. Sementara sang isteri di sebelahnya, justru terlihat asyik melakukan selfie dan beberapa kali memutar posisi duduk demi mendapatkan angle yang bagus menurutnya. Seluruh yang melekat di tubuh sang isteri menyuarakan kata ‘mahal’, meskipun kesan yang timbul akibat padu
Read more
BAB 50 : Jangan Ganggu Anggota Keluarga Saya
Suara itu terdengar begitu dingin dan menusuk, hingga terasa oleh Aruna dan juga wanita di hadapannya, suhu sekitar mereka yang seakan menurun drastis. Aruna menoleh dan mendapati pria bertubuh tinggi dengan jas hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna, menampilkan fitur dan sosok penguasa yang begitu intimidatif. Pupil mata Aruna melebar demi melihat Brahmana yang berdiri d belakangnya, entah sejak kapan. Tanpa alasan, tubuh wanita berdandan menor yang berdiri dekat Aruna itu pun bergetar dan ia menelan ludah dengan gugup. “Si-siapa kamu? Beraninya menyela dan menghina putra saya?!” sentak bu Ishak. Sosok tinggi dan menawan pria itu diliputi aura yang menyudutkan. Wajah tampan miliknya terlihat tenang namun gelap tatapannya terasa menghimpit dan menyesakkan. Sementara di belakang Brahmana, berdiri dua pria paruh baya yang tidak Aruna kenal. Satu pria berjas hijau dan satu pria lainnya berjas hitam dengan pin logo hotel tempat mereka berada. Dilihat dari penampilan dan juga
Read more
PREV
1
...
34567
...
32
DMCA.com Protection Status