Semua Bab Menantu Pilihan Bukan Pemilik Hati: Bab 131 - Bab 140
228 Bab
131. Di Balik Rekaman
Melihat rekaman CCTV yang Nadhif tunjukkan Aminah sedikit merasa terketuk dan merasa bersalah. Namun ada sesuatu yang mengganjal pada apa yang ia lihat. “Umi, Nadhif mohon restui Nadhif dan Nadina untuk yang kedua kalinya. Nadhif tahu masa lalu ini sangat sulit untuk umi terima, tetapi akhirnya Nadhif sampai pada apa yang Nadhif tunjukkan, Umi.” “Nadhif mencintai Nadina, begitupun dengannya mencintai putra umi ini. Kami telah menerima satu sama lain dan sekarang atas izin Allah kami diberi kesempatan untuk menjadi calon orang tua. Nadhif mohon restu, Umi.” Nadhif tampak menurunkan egonya yang selama ini cukup membuatnya memasang benteng tinggi untuk sang umi. “Apa yang telah terjadi memanglah sangat sulit untuk umi terima. Tapi tampaknya memang umi yang terlalu kuno dan memaksa. Umi menjadi sangat egois dan tak memikirkan perasaan kalian terlebih Nadina yang selama ini telah umi sakiti dengan semua perkataan yang tanpa umi pikirkan terlebih dahulu. Untuknya umi meminta maaf,” ujar
Baca selengkapnya
132. Keluarga Cemara
Mata Azalea amat terkejut saat melihat apa yang Aminah tunjukkan. Ia tak menyangka jika permainannya yang dirasa cukup bersih itu masih saja memiliki celah. “Kabar baiknya, hanya saya yang tahu tentang ini, Aza. Jadi Nadhif tidak akan semakin membencimu. Kenapa kamu melakukannya, Aza?” “Kenapa kau bekerja sama dengan pemuda lain untuk menjebak seorang wanita lain? Dengan jelas itu kau yang ada di balik dinding dan menyaksikan tubuh Nadina di bawa oleh Sadewa. Tidakkah merasa ibu dengannya?” tutur Aminah. Azalea tampak bisu seribu bahasa. Ia hanya bisa menunduk sembari memainkan jemarinya. “Katakan, Aza! Kenapa kau melakukannya!!” pekik Aminah. “Umi, ini semua Aza lakukan untuk Umi. Umi sendiri yang bilang mengeluh tentang Nadina. Umi tidak ingin menantu sepertinya, dan bukankah apa yang Aza lakukan sesuai dengan apa yang terjadi? Dengan adanya kejadian itu, umi bisa mengusir Nadina dengan alasan yang kuat!” pekik Azalea yakin. Aminah kini tampak menggelengkan kepalanya dan tampa
Baca selengkapnya
133. Awal Rasa Curiga
“Baiklah, kalau begitu ikutlah. Tapi duduk di barisan paling depan agar saya tetap bisa memantaumu, okei?” ujar Nadhif. “Tidak enak duduk di depan, Mas. Umi ahkan lebih suka duduk di belakang! Meskipun tidak pernah mendapatkan tempat di belakang! Tapi Nadina bisa! Nadina duduk di belakang saja, ya!!” rengek Nadina sambil memegang tangan Nadhif seperti seorang anak kecil yang meminta jajan kepada ayahnya. Nadhif terkekeh kecil lalu menghentikan Nadina menggerak-gerakkan tangannya lalu memegang kepala wanita itu dan menatapnya intens. “Tidak boleh!” pekiknya mantap sementara wajah sang istri malah cemberut. “Kenapa tidak boleh? Nadina akan lebih nyaman berada di belakang karena bisa bersandar!” pekik Nadina. “Tidak boleh, Sayang!” Nadhif mencubit ujung pipi Nadina sembari sedikit tersenyum. “Kalau kamu duduk di belakang dan terjadi sesuatu saya tidak akan bisa langsung tahu. Kalau kamu merasa belum cukup kuat untuk ikut kajian, maka tinggallah di sini dulu. Saya tak masalah untuk m
Baca selengkapnya
134. Semakin Mengganggu
Nadhif kini melipat tangannya di depan dada lalu menundukkan tubuhnya dan menatap lurus Nadina. “Kamu lihat mata saya supaya kamu semakin percaya.” “Saya sudah jarang berbicara dengannya terlebih tak ada event pondok akhir-akhir ini. Materi yang mesti saya cek juga ia tinggalkan di meja kantor dan ia ambil tanpa bertemu dengan saya. Kamu percaya?” papar Nadhif. Nadina tampak mendatarkan bibirnya lalu mengangkat alisnya. “Baiklah, Nadina percaya dan berhentilah memandang Nadina seperti itu, Mas! Mas bukan saja membuat Nadina yakin tetapi malah membuat Nadina nyaris pingsan!” pekik Nadina. Nadhif menyipitkan matanya lalu menegakkan tubuhnya tetapi masih menatap ke arah Nadina. “Kenapa begitu? Apa saya terlihat seperti hantu jika pada jarak dekat? Atau—” “Atau apa? Jangan mulai memotong pembicaraan, Mas. Mas sendiri yang bilang sedang tidak melihat drama series.” “Atau karena saya sangat tampan?” ujar Nadhif. “Mas terlalu pede!!” pekik Nadina lalu tampak segera berlari meninggalk
Baca selengkapnya
135. Gejala
Salah satu santriwati mendekati Nadina saat wanita itu tampak masih tercengang dengan benda yang ia temukan di tempat sampah itu. “Mbak Nadina menemukan sesuatu?” tanya santriwati itu. Namun, Nadina malah dengan cepat menyembunyikan benda itu di balik hijab panjangnya dan menoleh ke belakang. “Tidak! Saya hanya salah melihat! Kalian menemukan sesuatu? Jika tidak kita bisa memeriksa lainnya?” tutur Nadina. Santriwati itu pun mengangguk setuju dan proses sidak pun kembali berlanjut. Meskipun Nadina mengikuti jalannya sidak dari awal hingga akhir, ia tak begitu bisa fokus sejak memeriksa kamar dan bagian Azalea. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk menenangkan dirinya di kantin dan memesan semangkuk mie ayam dan memakannya perlahan. Namun tak jauh dari sana, beberapa menit setelah Nadina menghabiskan makanannya, Nadina melihat Putri Azalea memasuki kantin bersama Sarah. Matanya terus memandang Azalea bahkan tanpa berkedip. “Haruskah aku menanyakan perihal benda itu? Tetapi bagaiman
Baca selengkapnya
136. Mengganggu
Nadina dan Nadhif kini dalam perjalanan pulang saat keluarga sang anak telah menjaga bocah itu di rumah sakit. “Saya rasa perlu adanya pendataan ulang tentang kondisi perekonomian mereka. Pondok pasti bisa menyisihkan dana untuk para keluarga yang kurang mampu,” tutur Nadhif sembari fokus menyetir mobilnya. “Nadina setuju, kita tak bisa membiarkan ada anak lain yang kelaparan atau keracunan karena memakan makanan basi sebab mereka tak memiliki makanan yang layak di rumahnya.” Nadina turut memahami kekhawatiran apa yang suaminya rasakan. Nadhif tampak menghela napas panjang lalu melepas kopiah yang ada di kepalanya dan mengacak rambutnya sedikit. “Apa saya gagal mengurus pondok ini hingga ada warga saya yang menderita seperti ini, Nadina?” tuturnya. “Mas, kenapa bicara seperti itu. Pondok amat besar, mereka juga tinggal di rumah hunian bukan di asrama keluarga, patutlah jika kita kurang memperhatikannya. Kita jadikan ini sebagai pelajaran saja untuk semakin perhatian,” tutur Nadin
Baca selengkapnya
137. Terbongkar
Malam itu, saat seluruh santriwati datang menghadiri kajian malam rutin di masjid, Azalea tampak berada di kamar bersama Sarah. “Sebenarnya kamu ini kenapa Mbak Aza? Kenapa jadi sering muak begini? Jadi sering marah juga!” omel Sarah pada Azalea. “Kau tak tahu apapun!” sergah Azalea. “Soal saranku kemarin, Mbak Aza sudah lakukan? Sudah membeli benda itu dan memeriksanya? Yaa, aku tahu semestinya itu tidak mungkin terjadi, tetapi semua yang mbak keluhkan mengarah ke sana. Apalagi mual itu. Semua orang pasti bertanya-tanya tapi ragu menanyakannya karena tak fakta status Mbak Aza!” pekik Sarah sambil membantu Azalea mengemasi barang-barang di mejanya. “Jika kau semakin membuatku marah, lebih baik kau pergi, Sarah!” pekik Azalea. “Kalau aku pergi, ketua kamar ini akan mengamuk karena meninggalkan Mbak Aza sendirian dalam kondisi sakit!” sergah Sarah lalu tampak meraih sebuah kotak yang menurutnya cukup asing dan baru ia lihat di sana. “Sejak kapan kotak ini ada di sini? Aku tak pern
Baca selengkapnya
138. Pertemuan
Jantung Nadina berpacu amat cepat, apa yang baru saja ia dengar tentu amat mengganggu hati dan pikirannya saat ini. Kakinya mulai melangkah mundur dan memegangi perutnya sembari sedikit mengerjap akibat kepalanya yang mulai pusing. “Jangan pingsan di sini, Nadina. Kau akan menyulitkanku! Pergilah! Aku tahu kau tak akan bisa membantuku dengan putraku apalagi membiarkan kami hidup dengan sosok suami dan ayah!” pekik Azalea sembari menunjuk pintu kamarnya. Nadina berusaha mengatur napasnya dan perlahan berjalan meninggalkan kamar Azalea. Meskipun dengan sedikit terhuyung, Nadina akhirnya dapat keluar dari lingkungan asrama. Langkahnya terhenti di salah satu dinding luar asrama dan tampak berusaha menenangkan dirinya. Nadhif yang saat itu melintas dan melihat Nadina sontak mendekati istrinya itu. “Nadina, ada apa? Kenapa kamu tampak tak baik-baik saja?!” sergah Nadhif sembari memegang kedua bahu Nadina dan mengamati wajah wanita itu. Perlahan Nadina mendongak dan melepaskan kedua tan
Baca selengkapnya
139. Bukti yang Diberikan
Wajah seluruh orang di sana terkejut kecuali Nadina. Nadina malah tampak semakin takut dan memegangi perutnya seolah khawatir dengan apa yang akan terjadi setelah ini. “Maksudmu pemuda dari pondok ini? Siapa? Dia masih ada di sini?” tanya Nadhif. “Tentu saja dia masih ada di sini, Gus. Dia bahkan sangat aktif.” Nadhif mengerutkan dahinya, ia merasa semakin tak beres dengan semua kalimat yang Azalea berikan sebagai jawaban atas setiap pertanyaannya. “Kau memiliki hubungan dengannya, Nak?” tanya Ali lagi. “Hampir saja Abi, kami nyaris membentuk hubungan yang serius.” Jawaban Azalea seketika membuat semua orang ragu terlebih Aminah yang langsung melirik ke arah Nadina. Wanita itu tampak memejamkan matanya dan memegang perutnya juga sofa lebih erat. Aminah yang melihat respons tak baik Nadina ini langsung meminta Nadina untuk beristirahat di kamar. Namun seperti yang diduga, Nadina menolaknya. “Jangan berputar-putar dan membuat kami bertanya-tanya, Aza. Katakan saja siapa dan bagaim
Baca selengkapnya
140. Keputusan Kasus
Nadina tampak berusaha menguatkan dirinya dan mengangkat kepalanya. “Katakan, Mas. Apa benar Mas membawa Putri Azalea masuk ke sana dan berada lama di dalam sana? Apa yang mas lakukan?” tanya Nadina dengan suara gemetarnya. “Nadina, saya mohon jangan salah paham. Saya memang mengantar dia masuk dan berada di sana. Tapi kejadiannya sudah cukup lama dan saat itu kondisinya sangat tidak terduga, saya bahkan tak ingat apa yang saya makan di sana!” pekik Nadhif. “Jadi mas tidak ingat malam itu melakukan apa di sana?” tanya Nadina. Aminah tampak mengeratkan rangkulan dan genggamannya pada tangan Nadina. Ia tak menyangka jika badai akan kembali hadir dalam rumah tangga putranya. “Nadina, jangan percaya begitu saja, Nadina.” “Nadina tidak percaya begitu saja, Mas. Nadina mencoba memahami apa yang terjadi. Mas tidak bisa membuktikan apapun di sini. Mas memang bilang mas tidur di kursi tunggu, tapi pastinitu terjadi setelahnya bukan?” ujar Nadina. “Jika memang saya yang melakukannya, men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
23
DMCA.com Protection Status