All Chapters of Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir: Chapter 91 - Chapter 100
107 Chapters
Menaiki Kapal Pesiar
"Ana? Kenapa dia berada di sana?" ucap Anggara terkejut sambil mengangkat kedua tangannya. Dia kemudian melotot kepada kaisar yang hanya meringis."Ayah! Mana bisa aku berada di dalam rumah itu sendirian tanpa dirimu? Ya, dia sudah menggangguku dan aku tidak menyukainya!" Ana kemudian bersedekap sambil melirik Kaisar yang hanya meliriknya lewat kaca spion. Kemudian mengendarai mobilnya untuk segera pergi dari sana.Kaisar tidak mau tertangkap karena sudah membawa Ana pergi dari rumah itu. Romo akan sangat marah dan bahkan bisa membatalkan pernikahannya."Raden. Aku kan sudah mengatakan kepada Raden. Apa pun yang Ana inginkan, aku akan memenuhi. Termasuk pergi dari kediaman itu. Kami sudah mendengar saat Raden memutuskan untuk keluar. Jadi kami keluar dahulu.""Ya sudah. Kita akan menuju bandara, karena aku ingin pergi ke Malaysia. Cepat bawa kita ke sana.""Aku ikut kan, Ayah?" tanya Ana dan Anggara pun menggelengkan kepala. Ana melotot saat melihat. "Ayah aku ingin ikut. Kau tidak bi
Read more
Ciuman Pertama Mengesankan
Ana menggelengkan kepalanya. Memusatkan pikirannya kembali. Dia masih penasaran dengan sosok itu. Tapi ... itu mungkin. Itu adalah bayangan saja dan tidak perlu dipikirkan. Tidak ada apa-apa di sana."Kamu itu melihat apa? Kayak melihat hantu saja," ucap Anggara kemudian tersenyum saat melihat semua orang akhirnya diarahkan untuk menuju ke restoran sebelah. Dia akhirnya bisa berdua saja bersama Ana. Raden sudah menghabiskan ratusan juta untuk menyewa ruangan itu."Kenapa membuang uang hanya untuk menyewa restoran? Apalagi membayarnya sangat mahal. Banyak sekali orang yang membutuhkan uang. Jangan boros." Ana kemudian menyantap makanannya yang sudah berada di atas meja."Boros untuk anaknya sendiri tidak masalah. Daripada boros untuk orang yang tidak berguna. Ayah akan memberikan apa pun untuk dirimu. Ayah hanya ingin berdua saja denganmu."Ana semakin bahagia. Kali ini dia benar-benar memiliki sosok ayah idamannya. Dia bersama ayahnya yang super tajir melintir itu dan ternyata yang su
Read more
Benar-benar Menikah
Mereka masih saja saling berciuman. Anggara sedikit tersenyum karena Ana menikmati apa yang dia lakukan. Dia pikir Ana mau saja bersama dengan Kaisar. Ternyata dia salah.Ana sedikit mendorong tubuh Brian karena dia sudah tidak bisa bernapas. Brian melakukannya saat lama. Mendominasi keadaan. Apalagi mereka masih sangat muda. Ana tidak ingin hal ini berlanjut. Sebenarnya itu tidak boleh dia lakukan. Ana seharusnya menampar Brian karena sudah melakukannya.Ana segera menundukkan kepala, mengatur jantungnya yang berdetak sangat hebat. Dia tidak berani menatap Brian yang terus mengikuti ke mana wajahnya berpaling. Hingga akhirnya Ana benar-benar menampar pemuda itu, seperti apa yang sering Pen lakukan kepada Anggara.Plak!"Jadi sekarang aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti Raden saat bertemu dengan ibumu? Istilah buah tidak jauh dari pohonnya benar ya ternyata. Tapi aku sangat senang." Brian dengan tersenyum kemudian memeluk Ana. Dia Perlahan mengelus rambut Ana, membuat hati gad
Read more
Berhasil Kabur
Pen semakin tidak percaya. Tidak ada seseorang satupun yang mendampingi dia untuk menuju acara pernikahan. Perlahan Pen menghentikan langkah, mengamati semua arah."Kenapa tidak ada siapapun? Padahal tadi ada dua pelayan. Kenapa aku sekarang sendirian?" Pen masih sangat panik. Hingga akhirnya dia melihat seseorang menggunakan jubah besar dan memakai cadar, berjalan cepat menghampirinya dan menundukkan kepala."Kamu siapa? Aku tidak pernah melihatmu. Kamu teroris atau siapa? Memakai jubah hitam seperti itu. Jangan menyentuhku, atau aku akan berteriak. Banyak sekali orang di luar sana!" Pen berjalan mundur. Seseorang itu semakin mendekatinya dan tiba-tiba menutup mulutnya. Lalu menggendongnya."Lepaskan!" Pen meronta. Namun, dia membuka cadar itu dan sangat terkejut melihat wajah seseorang dibaliknya."Kau?"Pen tidak percaya. Ternyata sang suami yang menggendongnya. Lalu membawanya pergi dengan sangat mudah keluar dari sana, melalui pintu belakang. Ana dan Brian melambaikan tangan di u
Read more
Amarah Gracia
Penelope semakin tidak percaya. Anggara menariknya dengan paksa. Sang istri berteriak. Spontan Anggara segera mencium Penelope. Membungkam mulutnya. Terus melakukan hal itu, tidak peduli Penelope menggigitnya.Anggara tetap melakukannya hingga akhirnya sang istri menyerah, karena sangat merindukan suaminya. Bahkan Penelope meneteskan air mata sambil menikmati pagutan sang suami yang cukup panas itu.Anggaran mengusap air mata itu dengan jemarinya. Namun masih saja tidak melepaskan bibirnya. Dia menggendong sang istri dan merebahkan di atas ranjang yang cukup kecil itu. Mulai melakukan aksinya. Anggara juga tidak tahan karena Penelope sangat cantik sekali.Apa yang bisa dilakukan Penelope ketika jemari itu sudah membuka kebayanya. Dia menikmati sentuhan itu yang sudah membuat nafsunya di ubun-ubun. Tanpa sadar Penelope menikmatinya. Dia memejamkan kedua matanya dengan sedikit merintih. Merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.Anggara tersenyum melihat hal itu. Raden mulai membuka k
Read more
Tidak Akan Menyerah
Ana bersama Brian masih saja saling berpandangan. Mereka sangat bahagia bisa bersama. Walaupun dalam hati mereka masih ada ketakutan ketika kembali ke Jogjakarta. Pasti mereka akan dipisahkan lagi dan harus menjalani peraturan yang berada di sana. Namun, untuk saat ini mereka akan menikmati semuanya terlebih dahulu."Kenapa kau seperti ini, Brian? Kau kan bisa bersama dengan Amel. Dia itu seperti boneka hidup. Sangat cantik, putih, sangat sempurna. Untuk apa kau memilihku?" Ana masih saja tidak mengerti. Dia menatap Brian sambil bersedekap. Dia itu gadis tomboy, kulitnya juga tidak seperti Amel wanita yang sangat sempurna dan diidamkan oleh semua pria."Aku tidak suka cewek cantik. Aku suka cewek jelek seperti kamu. Lihatlah, tidak pernah sisiran, makan celemotan, galak, nggak pernah pakai rok. Kau itu tidak jelas," balas Brian dengan kedua alis yang mengerut sangat dalam."Hah?" Ana melotot saat mendengarnya. Dia memukul Brian, namun pemuda itu menahan tangan Ana dan malah menariknya
Read more
Kondisi Nyai
Kepala pengawal masih saja menunduk. Dia cemas. Bagaimana mungkin dia akan melawan Raden yang sangat dihormatinya itu sangat berjasa bagi dia dan keluarganya. Yang selalu sangat baik kepadanya. Namun, ini adalah perintah yang harus dilakukan. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang pegawai yang hanya menjalankan perintah. Apa yang sudah diucapkan Romo adalah hal yang harus dilakukannya."Raden, maafkan saya. Saya sangat menghormati Anda. Sekali lagi saya meminta agar Anda menyerahkan diri dengan sangat baik. Saya akan membawa Anda dan Nona Ana pergi dari sini. Saya mohon. Saya tidak ingin ada kekerasan sama sekali," ucap kepala pengawal sekali lagi. Namun, Anggara malah memukulnya dengan sangat keras, buk! Membuat dia tersungkur.Kepala pengawal segera berdiri kembali, kemudian mengangkat tangannya. Menunjukkan jika mereka semua yang berada di belakangnya harus menangkap Anggara.Pen dan Ana saling berpelukan. Mereka menangis melihat Anggara dan Brian terus berusaha melindungi mereka. N
Read more
Mengikuti Aturan
Pen tidak habis pikir. Masalah baru datang menderunya lagi. Dia tidak boleh egois. Nyawa Nyai sangat berharga sekali. Dia ingin wanita tua itu ketika terbangun melihat Ana dan Anggara berada di sana. Tentunya tanpa dirinya. Dia akan mengalah dan tidak akan pernah muncul untuk saat ini."Kau tahu di mana rumah sakit itu? Kita akan pergi ke sana. Aku akan menyerahkan dirimu, Ana.""Apa!" Ana berteriak keras. Dia menggelengkan kepala, kemudian menatap sang ibu dengan tajam. Aku tidak akan pernah meninggalkan Ibu sendirian. Wanita itu .... maksud aku Nenek. Pasti akan sembuh. Ibu, mereka sangat kaya. Dokter terbaik pasti akan menanganinya. Sudahlah, Ibu. Kita akan pergi sesuai dengan rencana awal."Penelope terus menggelengkan kepala. Dia tidak akan pernah membiarkan Ana seperti itu. Bagaimanapun juga ... jika dia berada di posisi Nyai, pasti dia akan melakukan hal yang sama. Ini adalah tuntutan keluarga. Dia tidak boleh egois seperti itu."Ana, nyawa nenekmu sangat berharga. Kita tidak b
Read more
Keadaan Rumit
Di luar rumah sakit Pen menangis tanpa henti. Dia duduk di bawah pohon sambil meringkuk. Bahkan tidak peduli beberapa orang melihatnya."Pen! Kenapa kau seperti itu? Ayo bangun!" Pen terkejut Mawar tiba-tiba datang bersama Joko, kini berada di hadapannya. Dia segera memeluk sang sahabat yang ikut menangis dan tahu penderitaannya."Aku sudah menyerahkan dia. Aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Tapi aku harus menyerahkan dia, Mawar. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Tapi aku harus. Itu adalah kewajibanku. Aku sudah berdosa dan ini adalah hukuman untukku," balas Pen masih menangis. Mawar segera menarik sang sahabat dan mengajaknya masuk ke dalam mobil Joko. Lelaki itu masih terdiam mengamati semuanya."Sekarang tenangkan dirimu. Joko saat itu dibantu semua pengacara yang sudah dikirimkan Anggara, lalu kembar, juga membantumu. Semua kekayaan mu kini sudah kembali. Amara juga masih saja menerima hukumannya. Kau akan hidup dengan lebih baik." Mawar masih saja berusaha menyenangkan Pen denga
Read more
Ekspresi Pen
Ana masih saja menundukkan kepala. Awalnya dia tidak peduli dengan perkataan Gracia. Namun, ketika menyebut nama ibunya. Anak berdiri mendekati wanita itu dan menatapnya tajam. Mendadak mendorong Gracia hingga terjatuh ke belakang. Untung saja di belakang tubuh wanita itu adalah ranjang."Walaupun aku anak kecil tinggiku sama seperti denganmu. Jangan pernah membuat aku marah. Sekali lagi kau akan membuat ibuku menderita ... aku akan membunuhmu. Apa kau lupa dari mana aku berasal? Aku berasal dari jalanan. Bahkan aku sudah dua kali masuk penjara. Aku ... tidak takut apa pun," ucapnya pelan, namun dengan kedua mata yang tajam. Gracia segera berdiri merapikan kebayanya yang sangat berantakan. Dia menata rambutnya. Kemudian dia mengepalkan kedua tangannya. Tidak percaya Ana berani memperlakukannya seperti itu.Plak!Gracia menampar Ana dengan sangat keras. Gadis itu melotot tajam ke arahnya. Ingin sekali membalas tapi Ana tahan. Dia tidak mungkin melakukan itu dengan orang yang sudah tua
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status