All Chapters of Istri Penebus Dosa: Chapter 71 - Chapter 80
113 Chapters
Wanita Itu Elena
“Apa Mas memang selalu pamrih saat memberikan sesuatu? Bahkan, aku belum memakai barang-barang itu. Bagaimana kalau aku tidak menyukainya? Apa lebih baik aku kembalikan saja?” tanya Syera pada Tama yang kini memerangkapnya. Ia tidak marah, lebih cenderung gemas karena tingkah suaminya yang luar biasa. Pagi-pagi sekali dirinya sudah diberi kejutan yang luar biasa. Jujur saja ia sangat senang, namun tak berselang lama lelaki itu malah meminta sesuatu yang membuatnya geleng-geleng takjub. Sempat terlintas dalam benak Syera jika Tama pasti meminta sesuatu sebagai imbalan. Akan tetapi, ia tak menyangka lelaki itu akan meminta imbalan sekarang juga. Bahkan, ia baru saja bangun tidur dam belum sempat membersihkan diri sama sekali. Kepercayaan dirinya yang memang tidak pernah menyentuh 100% semakin berkurang. Sayangnya, Tama yang tampaknya sudah tidak sabaran tak memberinya jeda sama sekali. Seolah-olah tak terganggu dengan aroma-aroma tak sedap yang mungkin muncul dari tubuhnya. “Bukan pa
Read more
Mantan Kekasih
Nada bicara Rebecca memang halus, namun terasa menusuk tepat ke jantung Syera. Tidak ada ibu waras manapun yang sudi dipisahkan dengan darah dagingnya. Apalagi jika ada yang terang-terangan ingin menggantikan posisinya. Sekarang ia tahu jika Elena bukanlah sanak saudara Tama, melainkan seseorang yang akan bersanding dengan suaminya suatu saat nanti. Meskipun hatinya tak terima, Syera memilih diam. Mati-matian ia berusaha menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Tama saja tak pernah menyinggung persoalan itu selama ini. Dan ternyata pembahasan tersebut malah datang dari ibu mertuanya. Syera menatap Tama dan Elena yang sedang berjalan beriringan sembari bercengkrama. Kedua insan itu memang tampak sangat serasi. Terlihat seperti pasangan yang sempurna dan setara. Tidak seperti dirinya yang hanya berasal dari keluarga kalangan bawah. Bahkan, tak tahu bagaimana rupa ibu kandungnya sendiri. “Kamu dengar apa yang saya katakan tadi atau tidak?” Rebecca mengguncang lengan Syera y
Read more
Hadiah yang Tertunda
“Hanya mantan kekasih ‘kan, Mbak? Masa lalu? Kenapa harus dibahas lagi?” Sebenarnya fakta ini sangat mengejutkan bagi Syera. Namun, ia berusaha tetap tenang seolah-olah tak terpengaruh dengan kata-kata wanita itu. Syera pikir Elena hanyalah wanita yang dijodohkan dengan Tama oleh Rebecca karena keduanya tampak setara. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang. Ternyata keduanya pernah memiliki hubungan spesial di masa lalu. Kenyataan itu berhasil menyentil relung hati Syera. Sudah jelas kedatangan wanita di hadapannya ini karena ingin kembali bersama Tama. Apalagi setelah melihat bagaimana gerak-gerik Elena, Syera yakin tidak salah menduga. “Tapi, masa lalu bisa menjadi masa depan, ‘kan?” Elena menyeringai lebar sembari bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada. “3 tahun kami bersama dan itu bukan waktu yang sebentar. Aku mengenalnya jauh lebih lama dari kamu!” Syera masih mempertahankan senyum tipis yang terlukis di wajahnya. Elena telah berhasil menyulut emosinya dalam
Read more
Kamu Cemburu?
“Darimana kamu bisa menyimpulkan aku cocok dengan Elena?” Mimik wajah Tama berubah tak santai. Lelaki itu mengubah posisinya menjadi duduk bersila dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Atau Mama yang mengatakan sesuatu?” Syera gelagapan. Jika dalam hal-hal seperti ini, Tama pasti dapat menebak dengan mudah. Sedangkan tentang tuduhan tak berdasar lelaki itu padanya, masih juga belum mendapat titik terang. Padahal ia merasa kata-katanya barusan tidak menjurus kemana-mana. “Tidak ada yang mengatakan apa pun. Aku hanya mengatakan pendapatku saat melihat kalian bersama. Hanya menebak-nebak, memangnya salah?” sahut Syera yang sebenarnya masih mencoba mencari jawaban lain. Sebenarnya Syera hanya ingin menanyakan mengenai perkembangan masalah yang terjadi di perusahaan Tama. Namun, ia malah keceplosan membahas tentang Elena karena suaminya lebih dulu membawa nama wanita itu. Jujur saja dirinya memang kesal karena merasa tak bisa membantu, sedangkan Elena begitu berjasa. Ditambah lag
Read more
Amplop Misterius
Bentakan itu membuat Syera terkejut bukan main. Ia spontan melangkah mundur dengan mata membulat sempurna. Baru saja ia hendak menanyakan kenapa lelaki itu tiba-tiba pulang, namun dirinya lebih dulu mendapat bentakan kasar. “Maaf, Mas. Aku—” “Aku mengizinkanmu menyentuh barangku, tapi bukan berarti kamu bisa melihat semuanya!” desis Tama dengan suara tertahan. Lelaki itu menyambar amplop miliknya yang tergeletak di lantai dan sesuatu malah keluar dari lipatannya. Selembar foto berukuran kecil meluncur bebas dari dalam map tersebut. Syera mengerutkan keningnya mengetahui foto siapa itu. Faisal, paman dari mendiang Kirana. Tama yang menyadari itu langsung mengambil foto tersebut dan mengembalikan ke tempatnya. Syera tak mengerti mengapa Tama sangat panik melihat amplop tersebut di depan matanya. Ditambah lagi dengan foto Faisal yang berada di sana. Ia ingin menanyakan kejelasannya, tetapi wanita itu menyadari betapa panasnya atmosfer kali ini. Suaminya akan semakin murka jual ia beran
Read more
Akibat Tidak Jujur
Tama menarik wadah salep yang Syera sembunyikan di belakang tubuh. Ketika hendak mengoleskan salep itu lagi, tak sengaja ia melihat beberapa luka lebam di kaki istrinya. “Sudah berapa lama ini terjadi? Kenaoa Kenapa kamu takut aku melihatnya?” Syera meringis pelan. Sesuai dugaannya, Tama pasti marah jika mengetahui keadaan kakinya. “Baru beberapa hari yang lalu. Kakiku hanya pegal, Mas. Aku juga tidak tahu kenapa ada lebam sekarang. Mungkin karena—” “Jangan beralasan karena cuaca dingin. Kenyataannya cuaca sekarang sangat panas! Apa pun alasannya, harusnya kamu tidak menyembunyikan hal-hal seperti ini dariku!” tegas Tama yang tampak kesal. “Kakimu lebam karena pegalnya terus dibiarkan. Kamu bisa meminta tolong, tapi kamu malah diam!” Tama mengoleskan krim tersebut dua kali lipat lebih banyak dari yang Syera lakukan. Kehangatan yang menjalari kakinya membuat pegal yang Syera rasakan mulai berkurang. Bukan hanya mengoleskan krim, Tama juga memijat betis istrinya tanpa ragu. Syera ing
Read more
Harapan Semu
Syera menatap keranjang bayi yang lengkap dengan sebuah selimut dan pakaian bayi berwarna merah muda di pangkuannya. Manik matanya memerah dan berkaca-kaca. Jika ia berkedip, sudah pasti air matanya akan menetes. Syera memeluk erat keranjang bayi berbahan rotan yang masih terlihat kokoh meski telah tersimpan puluhan tahun itu. Begitu juga dengan selimut dan pakaian yang ada di dalamnya. Warnanya tak terlihat memudar. Seolah-olah ingin menunggu sampai Syera melihatnya. Wanita itu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi mobil sembari menghela napas panjang. Ia baru saja keluar dari restoran tempatnya bertemu dengan Aldo tadi. Setelah berusaha mempertahankan sikap tenangnya selama berada di dalam sana, nyatanya sekarang ia tak bisa berpura-pura lagi. “Hei, aku mengerti bagaimana perasaanmu sekarang, tapi jangan terlalu memikirkannya. Itu bisa memengaruhi kesehatan kalian.” Tama yang duduk di belakang kemudi sedikit menyerongkan tubuh ke arah Syera dan mengusap pipi wanita itu. Syer
Read more
Musuh Dalam Selimut
Syera spontan bersingkut mundur melihat sosok yang dikenalinya. Sekaligus menjauh dari orang yang baru saja membekap mulutnya yang kini masih meringis kesakitan. Faisal Adiwijaya berdiri beberapa meter dari tempatnya berada dengan seringai aneh. Syera tidak terlalu bodoh untuk menyimpulkan jika Faisal satu komplotan dengan lelaki muda bertubuh kekar yang membekap mulutnya. Atau lebih tepatnya, pria paruh baya itulah yang memerintah lelaki yang mengikutinya tadi. Melihat Syera yang memasang ekspresi waspada membuat seringai yang menghiasi bibir Faisal semakin lebar. “Darimu ekspresimu, seperti kamu sudah mengerti kenapa saya ada di sini, ‘kan? Saya tahu kamu tidak bodoh.”Syera kembali bergerak mundur menyadari bahaya yang berada tepat di hadapannya. Otaknya memerintah untuk berlari ke tempat yang aman, namun ia tidak ingin terlihat ketakutan dan membuat Faisal semakin menekannya. Faisal menghentikan langkah tepat di hadapan Syera dan mencengkram sebelah tangan wanita itu. “Teri
Read more
Hidupmu Tidak Akan Tenang!
Tama berdiri di dekat itu kamarnya dengan tangan terlipat di depan dada. Memperhatikan Syera yang sedang diperiksa oleh dokter. Lelaki itu masih menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan apa yang istrinya alami di pesta semalam. Sedangkan di tempatnya, Syera sebisa mungkin menghindari bertatapan dengan Tama. Sepulang dari pesta semalam, ia berhasil membuat lelaki itu tidak bertanya macam-macam. Tetapi, bukan tidak mungkin suaminya akan kembali mendesaknya. Syera pasti membeberkan apa yang terjadi semalam, tetapi tidak sekarang. Ia tidak memiliki bukti apa pun termasuk rekaman suara untuk membongkar semuanya. Semalam dirinya terlalu bodoh dan ketakutan sendiri sampai tidak kepikiran untuk merekam suara Faisal. “Hasil pemeriksaannya bagus. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya sarankan Nyonya Syera memperbanyak istirahat saja. Jangan terlalu banyak beraktivitas berat. Ini untuk vitamin tambahannya. Kalau begitu saya permisi dulu,” tutur sang dokter sembari menyerahkan vitamin
Read more
Tak Ingin Ada yg Terluka
[Aku pernah berhasil menghabisi Kirana. Bukan persoalan sulit menghabisi kalian semua. Ingatlah, tidak akan ada yang percaya padamu!]Pesan itu dikirim oleh nomor asing. Tidak ada juga nama sang pengirim di sana. Namun, Syera bisa menebak siapa pengirimnya. Siapa lagi kalau bukan Faisal Adiwijaya. Seseorang yang telah menyebabkan seluruh kekacauan ini. Syera mencengkram ponselnya tanpa sadar. Ia tahu Faisal bukan hanya memberi ancaman belaka. Pria paruh baya itu akan merealisasikannya jika dirinya berani melawan. Faisal jauh lebih berbahaya dari suaminya. Kirana pasti mendapat ancaman-ancaman seperti ini juga sampai membuat wanita itu ketakutan. Entah apa salahnya sampai dirinya juga harus menerima teror yang sama. Padahal ia tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Kirana. “Kenapa kamu malah diam? Sebenarnya apa? Jangan menggantung kata-katamu. Kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” desak Tama dengan mata memicing. Syera tertawa kaku. “Ya ampun, apa Mas tidak bisa berhenti be
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status