All Chapters of Istri Penebus Dosa: Chapter 61 - Chapter 70
113 Chapters
Perempuan Murahan
“Aku di sini saja, Mas,” tolak Syera saat Tama menarik tangannya. Syera tak ingin mengganggu waktu Tama dan Elvina yang mungkin ingin mengobrol banyak dengan Kirana. Apalagi dirinya hanyalah orang luar yang tidak memiliki kepentingan sama sekali. Lebih baik ia diam di mobil saja sampai Tama dan Elvina kembali. “Tidak boleh, kamu harus ikut,” paksa Tama seraya membuka pintu mobil lebih lebar dan kembali menarik Syera keluar dari sana. “Elvina tidak akan mau ikut kalau kamu tidak ikut. Seperti saat ulang tahunnya waktu itu, dia rewel terus karena kamu tidak ada.”Walaupun sebenarnya keberatan, Syera terpaksa ikut turun dan membiarkan Tama menggandeng tangannya. Ia baru tahu kalau Kirana dimakamkan di tempat pemakaman ini. Padahal jaraknya masih cukup jauh dari pusat kota juga kediaman mereka. Entah kenapa malah tempat ini yang dipilih, padahal lebih memudahkan untuk berziarah jika tempatnya dekat. “Dulunya tanah ini memang milik keluarga Kirana. Namun, sudah lama dikelola sebagai
Read more
Berhenti atau Lanjut?
“Buku harian? Kenapa Bibi memberikan buku ini padaku? Mas Tama bisa marah kalau tahu aku menyentuh benda ini. Bibi simpan saja di tempat yang aman ya? Atau berikan langsung pada Mas Tama,” sahut Syera sembari mengembalikan buku yang Utari letakkan di pangkuannya. Tama akan marah besar jika melihatnya menyentuh buku rahasia itu tanpa izin, meski tak mengetahui apa isinya. Mereka baru saja berbaikan, jangan timbul masalah yang lebih rumit lagi hanya karena sebuah buku. “Aku tidak akan memberikan buku ini pada Tuan Tama. Kamu harus melihat isinya, siapa tahu ada informasi penting yang kamu butuhkan. Jangan sampai Tuan Tama tahu sebelum kamu membaca semuanya karena setelah itu kamu pasti tidak bisa menggali informasi lagi.” Utari mengembalikan buku harian berwarna merah muda itu ke pangkuan Syera. Syera hendak mengembalikan benda itu lagi, namun Utari lebih dulu menahan. “Kenapa Bibi yakin aku akan menemukan informasi itu di sini? Bagaimana kalau tidak ada tapi aku sudah terlanjur m
Read more
Mandi Bersama
Syera melirik Tama yang masih terlelap nyenyak di sampingnya seraya menghela napas berat. Ia tahu saat ini langit masih gelap, namun kantuknya sudah menguap sejak beberapa saat lalu. Dirinya bukan tak bisa tidur, tetapi sepertinya pikirannya yang kacau membuatnya terjaga lebih cepat. Wanita itu mulai muak dengan isi pikirannya sendiri. Selalu saja, rasa bimbang dan sesal itu hadir setelah semuanya selesai. Kalau Tama tahu, lelaki itu pasti marah besar. Kejadian beberapa waktu lalu akan kembali terulang dan ia tak ingin itu terjadi. Syera tak pernah merasa takut pada suaminya, namun menolak sentuhan yang lelaki itu berikan sangatlah sulit. Padahal ada banyak kesempatan yang ia miliki untuk menghentikan semuanya, bahkan Tama pun memberinya kesempatan jika ingin berhenti. “Sampai kapan akan seperti ini terus?” Syera bermonolog dalam hati dengan mata menyorot lurus ke langit-langit kamar. Syera tak berani bergerak sama sekali, khawatir tidur Tama akan terusik karena pergerakannya.
Read more
Karma karena Kelancangan
Syera bangkit dari posisinya perlahan-lahan, kemudian melangkah cepat mendekati pintu dan menguncinya. Ia tak ingin ada yang masuk ke kamar ini, entah itu Utari apalagi Tama selama dirinya mengulik isi buku diary Kirana. Setelah mengunci pintu, Syera duduk di ujung ranjang. Ia menghela napas pelan sembari menatap sepotong kertas yang masih terlipat menjadi dua bagian itu. Meyakinkan diri untuk melanjutkan rencana gilanya ini terlepas dari apa pun risiko yang akan dirinya terima. Pelan-pelan Syera membuka lipatan kertas tersebut. Tulisan tangan sangat rapi terpampang di sana, sepertinya merupakan tulisan tangan Kirana. Ukuran tulisan tersebut memang cukup kecil, namun masih dapat terbaca dengan jelas. ‘Kukira dia sebaik yang terlihat. Dia selalu merangkulku, namun tak kusangka ternyata ada sebilah pisau di tangannya. Aku tertipu, aku terlalu lugu untuk menyadari maksudnya. Saat aku sadar, semuanya terlambat. Aku terlanjur terjebak. Aku ketakutan, tapi tidak mungkin mengatakan a
Read more
Sebatas Sandiwara
Manik mata Syera semakin melebar sempurna mendengar kata-kata sang suami. Ia tak menyangka ternyata Viandra kembali membuat ulah. Apalagi sampai tega menyebarkan berita bohong yang membuat dirinya dan Tama menjadi bulan-bulanan banyak orang. “Cepat minta maaf pada istriku! Jangan lupa kamu harus membuat video klarifikasi setelah ini!” perintah Tama tegas sembari menyeret Viandra ke hadapan Syera. Tak ada belas kasihan sama sekali dalam ekspresinya. Lelaki itu benar-benar murka. Syera menatap Viandra dengan sorot campur aduk. Di satu sisi ia kasihan melihat Viandra yang mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Namun, wanita itu memang pantas mendapatkannya setelah begitu tega menyebarkan berita bohong di saat ia terbaring di rumah sakit. Syera tak membuka suara lagi. Ia mengamati gerak-gerik Viandra yang tampaknya enggan meminta maaf padanya. Wanita itu tersenyum kecut, padahal Tama tidak perlu repot-repot menyeret Viandra kemari. Percuma saja Viandra meminta maaf jika nantinya akan b
Read more
Sesuatu yang Didambakan
Sebelah tangan Tama merangkul Syera, sedangkan satu tangan lagi menggendong Elvina. Ketiganya melangkah menelusuri lorong rumah sakit yang ramai tanpa mengenakan topi atau masker. Lelaki itu tampak masa bodoh dengan berbagai tatapan orang-orang di sekitar sana. Bahkan, tak ada beberapa yang terang-terangan mengarahkan ponsel pada mereka. Entah untuk sekadar memfoto atau malah merekam. Namun, Tama tetap santai dan tak merasa terbebani dengan hal itu. Berbanding terbalik dengan Syera yang hanya berani menatap lantai di sepanjang jalan.Bukannya Syera malu, tetapi ia merasa risih. Wanita itu tak suka menjadi pusat perhatian banyak orang. Dan sekarang entah bagaimana caranya membuat tatapan orang-orang berpaling dari mereka. Apalagi tampaknya Tama tidak akan bertindak. “Mas, sebenarnya siapa yang akan kita temui? Kalau tidak ada urusannya denganku, lebih baik aku menunggu di mobil saja. Ada banyak orang yang memperhatikan kita,” bisik Syera setelah mereka melewati lorong yang lebih s
Read more
Memangnya Aku Tidak Boleh Cemburu?
“Siapa itu, Mas?” Syera bertanya dengan antusias, keraguannya pun menghilang. Namun, sepersekian detik kemudian ekspresinya malah berubah. “Jangan-jangan orang yang Mas curigai itu aku?! Kalau aku yang—”Tama yang sedang memangku Elvina tiba-tiba berdiri dan mengecup bibir Syera sekilas. Lelaki itu langsung kembali ke tempat duduknya lagi setelahnya, seolah-olah tak melakukan apa pun. Untung saja mereka berada di ruangan yang tertutup. “Apa kamu tidak bisa berhenti berpikiran negatif? Aku belum selesai bicara,” sahut lelaki itu seraya kembali menyuapi putri kecilnya. Syera mengerutkan keningnya, berpura-pura tersinggung. “Bukannya justru Mas yang sering asal menuduh tanpa bukti? Itu apa namanya kalau bukan selalu berpikir negatifnya?” balasnya dengan ekspresi cemberut. Wajahnya masih memerah karena apa yang Tama lakukan barusan. Wanita itu menghela napas pelan sebelum melanjutkan kata-katanya. “Sudahlah, bukan itu yang harus kita bahas sekarang. Jadi, siapa yang Mas curigai seb
Read more
Kekhawatiran yang Sia-Sia
“Hah?!” Syera spontan menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Selama beberapa saat wanita itu terdiam, namun langsung tertawa di detik berikutnya. “Jangan mengada-ada, Mas. Sudahlah, aku ke kamar dulu, takutnya Elvina sudah bangun.” Kata-kata Tama tadi berhasil membuat jantung Syera berdebar dua kali lebih cepat. Ia tidak tahu apakah kata-kata tersebut memang serius atau hanya gurauan belaka. Namun, dirinya lebih percaya pada opsi pertama. Tak mungkin juga suaminya cemburu, memangnya siapa dia? Syera kembali berbalik dan melanjutkan langkah, namun Tama kembali menahannya. Kali ini dengan mencekal lengannya. Lelaki itu merebut paksa kotak berisi tas dari Dareen dari tangannya dengan wajah yang tampak sangat kesal. “Sepertinya kamu sangat senang mendapat hadiah dari Dareen?” Tama melirik isi kotak di tangannya sekilas sebelum menutup benda itu, seakan enggan melihat isinya. “Kalau aku yang memberikannya, kamu pasti menggunakan segala alasan untuk menolak, ‘kan?” Syera yang gela
Read more
Aku Membutuhkanmu
Syera menatap layar ponselnya yang sudah kembali menghitam dengan helaan napas berat. Ia tak ingin menafsirkan apa arti ‘bersenang-senang' yang dikatakan oleh wanita tadi. Namun, biar bagaimanapun, segala kemungkinan itu tetap memenuhi pikirannya. Wanita itu menyimpan ponselnya di saku celana piyama yang dikenakannya seraya membereskan makanan yang tersedia di meja. Untung saja ia sudah makan malam bersama Elvina tadi. Jadi, walaupun moodnya cukup anjlok sekarang, jatah makanannya juga anaknya telah terpenuhi. Syera berusaha mengusir dugaan-dugaan negatif yang tanpa permisi memenuhi kepalanya, tetapi ternyata tidak semudah itu. Padahal sudah berulang kali juga ia menegaskan pada dirinya sendiri untuk tidak terlalu ingin tahu tentang urusan Tama. Dan sekarang dirinya malah merasakan sesuatu yang tidak seharusnya. “Daddy-mu sedang sibuk, Sayang. Malam ini kita tidur dengan Kak El saja ya?” Syera bergumam sembari mengelus perutnya yang membuncit. Kemarin-kemarin Syera pasti sudah tidu
Read more
Hadiah dari Suami
“Kenapa Mas yakin kalau dalang dari semuanya adalah orang yang sama?” tanya Syera yang masih duduk di pangkuan Tama. “Apa orang itu adalah salah satu investor yang tiba-tiba menarik dana dari perusahaan yang Mas pimpin?” “Aku hanya menebak-nebak. Entah benar atau tidak, aku juga tidak tahu. Dia tidak membatalkan kerja sama, tapi memperalat pihak lain untuk melakukan itu. Sementara, tangannya tampak bersih,” sahut Tama seraya kembali menyandarkan kepala di pundak Syera. “Alur permainannya mirip dengan saat dia mengganggu Kirana dulu. Dia membuat perusahaanku kacau hingga aku sibuk di sana dan mengabaikan keadaan di rumah. Sekarang ia melakukan itu lagi. Tapi, aku tidak sebodoh dulu sampai mengabaikan keluargaku!” imbuh lelaki itu lagi. Tama mengeratkan rengkuhannya pada perut Syera setelah mengusapnya sejenak. “Itulah kenapa aku melarang kamu pergi sendirian. Entah apa yang dia rencanakan di luar sana. Tapi, sudah pasti akan merugikan kita.” Syera spontan mengusap rambut sang suami
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status