All Chapters of SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA : Chapter 31 - Chapter 40
87 Chapters
bab 31. Kesepakatan
Larasati melongo. "Ja-jadi untuk asetnya, saya nggak dapat apa-apa dari mas Herman?" tanyanya tercengang. Herman mengangguk. "Tentu saja. Dan oh ya satu lagi peraturan dari saya."Belum habis rasa keterkejutan Larasati karena syarat pertama dari Herman, lelaki berusia lebih dari setengah abad itu sudah mengajukan aturan lain sebelum menikah. "Kalau saya ketahuan selingkuh, saya bersedia menyerahkan rumah ini dan beberapa mobil untuk mu. Tapi bila kamu yang ketahuan selingkuh, kamu harus mengembalikan uang nafkah yang pernah kuberikan padamu. Bagaimana? Apa kamu masih mau meneruskan rencana pernikahan kita? Kalau kamu tidak mau, kamu bisa mundur dan saya akan mencari pengganti calon istri. Tapi bila kamu bersedia menuruti syarat tadi, maka ayo kita menikah dengan menandatangani surat perjanjian pra nikah lebih dulu," ujar Herman membuat Larasati termangu. 'Astaga, dasar tua bangka pelit! Dia perhitungan sekali masalah uang dan harta! Padahal dia sudah bau tanah, masih aja memikirk
Read more
bab 32. Hampir Dilecehkan
Mutia yang saat itu sedang memakai dres sebetis dengan lengan pendek, menyesal tidak membawa baju ganti saat berangkat kerja. Sopir grab itu terus menerus melirik Mutia dari kaca spion lalu berdehem. "Baru pulang kerja, Mbak?" tanya sopir grab itu pada Mutia. "Iya pak."Dada Mutia berdegup kencang saat melihat tangan sopir grab itu terulur ke arahnya. Seolah akan meraih lutut nya. "Pak, apa yang akan bapak lakukan?" tegur Mutia.Sopir grab itu menoleh ke belakang, ke arah Mutia sekilas. "Mau ngambil permen yang ada di saku jok belakang kursi, Mbak," sahut sopir grab itu tersenyum. Tapi bagi Mutia senyuman serupa seringaian. Tangan sopir grab itu mengarah ke saku belakang kursi di hadapan Mutia. Namun setelah memasukkan tangan nya ke dalam saku belakang kursi, sopir grab itu menarik kembali tangannya dan tak ada satupun permen yang didapat nya. "Wah, ternyata saya lupa nyimpen permennya," tukas sopir itu sambil tersenyum lagi. Mutia dengan gemetar meraih ponselnya. [Pak Aksa,
Read more
bab 33. Benih-Benih Cinta
Mutia memeluk Aksara dengan tubuh gemetar. "Nangis saja sepuasnya, Mbak. Aku disini. Yang penting bahaya sudah lewat," ucap Aksara dengan mengelus rambut Mutia. "Makasih Pak. Sudah repot-repot nyariin dan nyelametin saya," sahut Mutia diantara isak tangisnya. Aksara memeluk nya kian erat. Jujur saja beberapa malam ini Mutia sering mampir dalam mimpinya dan hal itu memunculkan gelenyar aneh dalam hatinya. Setelah sekian lama memeluk Mutia, Aksara menggerak-gerakkan kakinya yang kesemutan."Mbak, maaf nih ya sebelum nya. Tapi kaki saya kesemutan nih. Uhm, emangnya kaki mbak Mutia nggak kesemutan?" tanya Aksara lirih. Merasa canggung jika harus menyuruh Mutia untuk melepaskan pelukannya secara langsung. Mutia terdiam dari sedu sedannya dan disusul gelak tawa yang tertahan di bahu Aksara, membuat lelaki itu terheran-heran. "Mbak Mut, kok ketawa sih? Emang ada yang lucu?" tanya Aksara bingung."Pak Aksa, maaf sebelumnya. Tapi jas putih pak Aksa kena ingus saya," ucap Mutia lirih. "Sa
Read more
bab 34. Calon Ibu Sambung
Mutia duduk di kamar kosnya setelah mencuci muka, menggosok gigi dan mengganti baju. Dia menyenderkan punggungnya di sandaran besi kos.Pikiran nya melayang pada pengalaman yang baru saja dialaminya. Masih terasa gemetar di tubuhnya tatkala dia mengingat apa yang dilakukan oleh supir gocar tadi. "Ah, lebih baik aku beri bintang satu aja. Sekalian saja akunnya biar di-suspend atau dia dipecat saja. Enak saja dia hendak melecehkanku!" gumam Mutia kesal. Mutia lalu meraih ponselnya dan melihat aplikasi ojek online yang tadi dipesan nya. Dengan segera Mutia memberikan satu bintang dan ulasan tentang sopir gocar yang hendak melecehkannya. |Menyesal sekali naik gocar bapak ini. Saya hampir saja mengalami pelec*han seks*al. Untuk semua calon penumpang harus hati-hati. Jangan sampai naik mobil dengan sopir ini. Dan bila ada korban selain saya yang pernah mengalami kasus serupa dengan orang yang sama, silakan speak up. Jangan takut. Kita ada di negara hukum.|Send. Mutia menarik nafas leg
Read more
bab 35. Nyaris Rusuh
"Selamat malam mantan suami, aku datang untuk mengembalikan mobil mamimu!"Andi terperanjat saat melihat mobil yang terparkir di halaman rumah mereka melewati bahu Larasati. "Siapa yang datang, Ndi?" tanya Maminya dari belakang tubuh Andi. Andi menoleh ke belakang dan memiringkan tubuhnya sehingga maminya bisa melihat Larasati yang sedang berdiri di hadapan anaknya. "Kamu?! Ngapain kamu kesini? Dasar perempuan ular! Ndi, panggil polisi! Perempuan ini harus ditangkap! Dia sudah mencuri mobil mami!" seru maminya dengan geram. Kedua tangan maminya terkepal. "Wah, ada Mak lampir nih! Tenang saja, tidak usah emosi. Aku tidak akan membuat kerusuhan di sini. Tidak usah pula memanggil polisi. Semua aman terkendali. Aku hanya ingin mengembalikan mobil mu.""Apa kamu bilang? Saya Mak Lampir? Dasar kamu sundel bolong!"Tangan Ambar terangkat dan perempuan itu menghambur ke arah Larasati. Hampir saja meraih dan menjambak rambut Larasati. Andi segera menangkap tangan dan menenangkan maminya.
Read more
bab 36. Kelainan S*ks
"Nah, gitu dong. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting, Ras. Yang pasti-pasti saja. Contoh nya bagaimana kalau kita ke hotel dulu sebelum ke rumah orang tua kamu?" tawar Herman dengan wajah yang me sum. Larasati balas menatap Herman dengan menggigit bibir bawahnya. "Oke Mas. Tapi aku punya permintaan.""Apa pun permintaan kamu, aku akan menuruti nya, Sayang.""Hm, benar kah? Kalau begitu bukan perkara sulit kan kalau kamu memecat mas Andi?""Andi? Apa maksudmu adalah Andi mantan suami mu?" tanya Herman. "Iya. Dia lah. Siapa lagi memang kalau bukan dia. Aku ingin dia dipecat, sehingga tidak bisa mempengaruhi rumah tangga kita," rajuk Larasati. Herman terdiam sejenak. "Agak susah. Dia punya hutang ke perusahaan lebih dari 500 juta. Lalu dia juga sudah begitu lama mengabdi di perusahaan ku. Nggak enak kalau mendadak mengeluarkannya dari kantor, Ras.""Duh, bagaimana kalau mas Andi masih dendam karena aku lebih memilih mas Herman? Terus mas Andi akan melakukan sesuatu yang bur
Read more
bab 37. Sogokan untuk Keluarga
Mata orang tua Larasati membola melihat sembako yang ditawarkan oleh Herman, apalagi mendengar tawaran yang ditawarkan oleh Herman. "Hm, baiklah. Saya sebagai saudara laki-laki mendukung penuh keinginan mbak Larasati untuk menikah dengan pak Herman. Apalagi orang tua saya, ya kan Pak, Bu?" tanya Adik lelaki Larasati menatap ke arah orang tuanya untuk mencari dukungan.Wajah Larasati memucat. Memang uang yang ditawarkan oleh Herman jauh lebih banyak daripada uang yang dulu diberikan oleh Andi padanya. Bahkan setelah dibagi dua dengan keluarga nya pun masih lebih banyak uang jatah dari Herman daripada Andi. Tapi Larasati menghela nafas berat. Rasanya dia tidak sanggup jika harus disiksa dulu sebelum mendapatkan uang itu. Tapi ancaman dari Herman semalam membuatnya berpikiran dia tidak mungkin selamat dari lelaki itu. Kedua orang tua Larasati pun menatap anaknya. Tak munafik juga jika kedua orang tuanya tergiur dengan tawaran dari Herman mengingat mereka memang membutuhkan uang untuk
Read more
bab 38. Rencana Melamar Resmi
Herman menoleh ke sekeliling rumah orang tua Larasati yang tampak kumuh. "Semakin cepat semakin baik. Dalam tiga hari ini, saya akan melamar Larasati secara resmi di Restoran Gardenia. Lalu sebulan kemudian saya akan menggelar resepsi nya di lobi salah satu hotel bintang lima di kota."Mata keluarga Larasati membola. "Wah, kamu benar-benar beruntung, Ras. Pernikahan kamu kali ini jauh sekali bila dibandingkan dengan pernikahan kamu sebelum nya dengan pak Andi yang dilakukan dengan diam-diam," sahut Ibu Larasati. "Baiklah. Kalau begitu kita sudah saling sepakat ya? Untuk masalah keuangan perbulan, nanti akan saya transfer bersamaan dengan gaji Rama setelah dia bekerja di perusahaan," sahut Herman membuat keluarga Larasati semakin merasa bahagia. ***Damar menatap ibunya dengan perasaan campur aduk. "Ibu kan sudah bilang jangan menikah dengan perempuan yang tidak punya bapak. Kamu ngeyel saja. Dan kamu lihat kan sekarang akibatnya? Mutia telah membuat kita bangkrut dan miskin. Sapi
Read more
bab 39. Perseteruan Antara Mutia dan Larasati
Ya, tidak salah lagi. Perempuan itu adalah Larasati. Mantan majikannya yang pernah berselingkuh dengan mantan suami nya. Sekarang Larasati pun sedang menatap tajam ke arah Mutia yang sudah melepaskan masker dan helmnya.Mutia tercengang tapi sebisa mungkin dia mengontrol diri. Sebenarnya dalam kepala Mutia terbayang adegan dia menjambak dan mencakar wajah Larasati sampai berdarah-darah. Tapi bayangan di kepalanya hanya tinggal bayangan karena Mutia tidak ingin pekerjaan nya yang sudah bagus menjadi bermasalah. "Dia penyanyi di restoran ini?" tanya Larasati dengan nada mencemooh menatap ke arah Mutia. "Ya betul. Apa kalian saling mengenal?" tanya Bram, pemilik restoran. Mutia menatap Bram. "Sebenarnya kami ..,""Tidak saling mengenal. Cuma de javu saja. Saat pikir mbak nya ini mirip dengan salah seorang teman yang pernah saya kenal. Tapi ternyata bukan," sahut Larasati.Mutia tersenyum saja menatap Larasati. "Kalau begitu saya perkenalkan dulu. Namanya Mutia, penyanyi restoran terb
Read more
bab 40. Larasati Diare saat Dilamar
"Kenapa diam saja? Apa dugaan saya benar? Oh, ya. Kalau sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Sebentar lagi saya harus perform. Katanya kamu ingin melihat penampilan dan mendengarkan suara saya? Ya kan?" tanya Mutia tersenyum.Larasati menatap tajam dan mengacungkan telunjuknya ke arah Mutia. "Akan kubuat kamu kehilangan pekerjaan mu, Mut. Ingat itu!""Oh ya? Lakukan saja, Ras. Sekali saja kamu mengacaukan pekerjaan ku, kamu takkan kubiarkan hidup tenang. Aku juga bisa membalas dendam sekarang. Aku bukan lagi Mutia yang dulu!" desis Mutia dengan mata melotot.Larasati mendengus kesal karena maksudnya untuk menakut-nakuti Mutia gagal. Dengan menahan jengkel, dia keluar dari ruangan karyawan. **Damar baru saja selesai melakukan tes drive di lahan belakang perusahaan milik Herman saat dia merasa kehausan.Akhirnya dia turun dari truk yang ada sedang dinaikinya dan menemui supervisor yang sedang mencatat dan mengamati beberapa sopir lain. Mema
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status