Semua Bab Putra Tersembunyi sang Presdir: Bab 71 - Bab 80
126 Bab
Berfoto dengan Gaya Mesra
“Jika ingin menghabiskan waktu berdua dengan Kenzie, apakah ibunya juga harus ikut?” tanya Nessie sambil berpangku tangan dan kembali melirik sinis ke arah Riana.Riana hanya berdiri dan memasang wajah datar saat Nessie melangkah menghampirinya.“Oh, aku tahu. Riana pasti memanfaatkan kesempatan saat dia jauh dari Aram agar bisa berdekatan denganmu. Riana sendiri yang memaksa ikut denganmu, ‘kan?” tuduh Nessie. “Memang dasar wanita murahan,” cetus Nessie akhirnya.“Nessie, jaga bicaramu!” Mahesa kesal, mengacungkan telunjuknya di depan wajah Nessie.“Jika bukan murahan, lalu apa? Wanita penggoda?” “Nessie, cukup! Kau memang tidak bisa jika tidak berdebat dengan orang lain. Ayo! Lebih baik kita pulang saja!” Mahesa menarik tangan Nessie dan meminta wanita itu masuk ke dalam mobilnya.“Mahesa, biarkan aku bicara dulu dengan wanita itu. Aku belum puas bicara dengannya.” Nessie berteriak. Tapi Mahesa tak memperdulikan teriakannya.“Bawa saja mobilnya, Nessie biar pulang denganku,” kata M
Baca selengkapnya
Perdebatan Kecil tentang Ibu Macan
Malam hari, bukannya tidur, Riana malah senyum-senyum sendiri sambil memandangi sebuah foto yang ia masukkan ke dalam bingkai pigura. Itu adalah foto Mahesa, dirinya dan Kenzie saat di atas panggung."Harusnya aku tidak boleh merasakan perasaan ini. Aku tidak boleh jatuh cinta pada Mahesa karena masing-masing dari kami sudah memiliki pasangan. Tuhan, kenapa aku harus memiliki perasaan terhadapnya yang tidak mungkin bisa kumiliki," ucap Riana dalam hati.Menggelengkan kepala, Riana lalu memutuskan untuk menaruh bingkai foto itu di atas nakas yang terletak di samping tempat tidur Kenzie. Riana tidak mau lagi menatapnya.Setiap kali dirinya melihat foto saat ia nyaris berciuman dengan Mahesa di atas panggung, debar di dalam dadanya makin menguat."Bahkan aku tidak pernah merasa perasaan seperti ini saat berada di samping Aram. Aram sedang ada di Jerman, aku harus menjaga hatiku untuknya. Sebisa mungkin aku harus membuat hatiku jatuh cinta pada Aram karena dialah yang akan menjadi suami
Baca selengkapnya
Ambil Darahku demi Anakku
Setelah selesai, Kenzie pun berseru senang dan menutup buku tugasnya."Terima kasih Ma, terima kasih Pa, sudah membantuku menyelesaikan tugas dari ibu guru.""Sama-sama, sayang." Riana mengusap kepala Kenzie, tersenyum melihat putranya yang tak terasa sudah sebesar itu. "Sore nanti Mama masak nugget kesukaanku kan?" Kenzie bertanya pada Riana.Sementara Riana langsung menepuk jidat."Ya ampun, Mama lupa beli nugget kesukaan Kenzie. Maaf, sayang. Tadi pagi Mama pergi ke supermarket, harusnya Mama juga beli nugget itu, tapi sampai di sana Mama malah lupa." Kenzie mendesah kecewa.Sudah sejak kemarin ia berpesan pada Riana untuk di masakan nugget kesukaannya."Ya sudah, tidak apa-apa Ma. Lain kali saja. Mama kan lupa, tidak sengaja." "Nuggetnya beli di supermarket yang dekat dari sini kan? Kalau begitu, biar Papa saja yang belikan." Mahesa berkata.Membuat bola mata Kenzie berbinar senang."Serius, Pa?" Mahesa mengangguk, lalu mengusap pipi putranya. "Kau bereskan dulu semua bukumu
Baca selengkapnya
Kembalinya Gustav
Setelah transfusi darah itu, keadaan Kenzie berangsur membaik. Hati Mahesa an Riana sama-sama mendesah lega karena anak semata wayang mereka kini telah sadarkan diri.“Kubilang juga apa. Kenzie itu anak hebat. Dia akan baik-baik saja,” kata Mahesa sambil duduk di samping ranjang Kenzie dan tersenyum pada bocah kecil itu yang saat ini sudah sadarkan diri.Riana mengangguk tersenyum. Kemudian menciumi tangan Kenzie sembari menggenggam tangan mungil itu.“Mama kok menangis?” Kenzie mengernyitkan alis melihat Riana yang mengusap pipinya yang basah.“Mamamu takut kau kenapa-kenapa. Dia sangat mengkhawatirkanmu,” jawab Mahesa.“Mama jangan menangis. ‘Kan sekarang aku sudah sembuh. Aku baik-baik saja Ma. Jangan khawatir,” ucap bocah itu dengan polosnya.Riana mengangguk. “Iya sayang. Mama terlalu takut saat terjadi hal buruk pada Kenzie. Makanya Mama menangis. Lain kali, Kenzie harus hati-hati ya. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi.” Kenzie menganggukan kepala. Bocah itu sudah
Baca selengkapnya
Rahasia yang Terbongkar
Ayah kandungnya itu malah menarik sebelah sudut bibirnya, menyunggingkan senyum miring.“Papa tidak janji.”“Jika berani saja Papa menyentuh Kenzie seujung kuku pun, aku tidak akan segan mematahkan tangan Papa!” “Kita lihat saja nanti,” jawab Gustav mengangkat bahu, kemudian tersenyum lebar dan mendorong kursinya ke belakang.Mahesa mengetatkan rahangnya. Matanya menyorot Gustav dengan sorot yang menusuk.“Sampai jumpa lagi, Mahesa!” Tanpa wajah berdosa, Gustav lantas melangkah pergi meninggalkan ruang kerja Mahesa.“Sial! Siapa yang sudah membantu papaku bebas dari penjara? Tidak mungkin Papa mengurus kebebasannya sendirian. Pasti ada seseorang di belakangnya,” ucap Mahesa merasa aneh dan curiga.“Mulai sekarang, aku harus lebih ketat menjaga Kenzie agar Papa tidak memiliki kesempatan sedikit pun untuk menyakitinya. Sepertinya Papa sama sekali tidak merasa kapok setelah sempat ditahan di dalam penjara,” lanjut Mahesa mengangguk-anggukan kepala seraya meraih ponselnya.Tentu saja Ma
Baca selengkapnya
Membawa Bunga untuk Riana
“Aku sudah kehilangan ibuku. Aku tidak mau merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya. Aku takut kau tak bisa menerima kenyataan kalau aku lumpuh untuk selamanya. Maka dari itu, aku terpaksa berbohong padamu,” jelas Aram yang lantas membuat Riana merasa sedih.Hatinya iba pada Aram yang sampai takut akan kehilangan dirinya.“Siapa bilang aku akan meninggalkanmu hanya karena tahu kau lumpuh untuk selamanya? Aku tidak mempermasalahkan hal itu.”“Tapi Riana, setiap wanita pasti akan mengharapkan seorang pasangan yang sempurna dan normal. Sementara aku? Aku tidak bisa berjalan lagi. Kau akan menghabiskan seluruh hidupmu bersama dengan pria cacat ini.”“Memang apa salahnya aku menghabiskan seumur hidupku denganmu? Bagiku tidak ada orang yang betul-betul sempurna di dunia ini, Aram. Semua orag memiliki kekurangan dengan versi masing-masing. Begitu pun dengan aku. Jadi kau tidak perlu merasa rendah diri.”“Aku dan Kenzie tidak akan meninggalkanmu. Kami akan selalu ada bersamamu. Aku selal
Baca selengkapnya
Kenapa Harus Menikah dengan Om Aram?
Riana yang tadinya sempat melihat Mahesa membawakan bunga lily untuknya pun, kini berpura-pura tak melihat bunga itu.“Sayang. Ada tamu ya? Kenapa tidak disuruh masuk ke dalam?” suara Aram terdengar makin dekat.Sepertinya lelaki itu memajukan kursi rodanya menuju ke ruang tamu.Sebelum Aram melihat bunga yang ia bawa, Mahesa melihat ke arah tempat sampah yang ada di dekatnya, kemudian membuang buket bunga lily yang cantik it uke dalamnya.Barulah kursi roda Aram sampai di depan mereka.“Mahesa? Ternyata kau.” Aram menyipitkan mata.“Hai. Kupikir kau belum pulang dari Jerman. Aku datang ke sini mau bertemu dengan Kenzie,” sapa Mahesa sambil memaksakan sebaris senyum.“Sebentar lagi hari pernikahanku dengan Riana. Bagaimana mungkin aku akan tetap di Jerman, sementara persiapan pernikahan kami sudah lima puluh persen,” balas Aram sambil tertawa pelan.Mahesa mengangguk-anggukan kepala, lalu matanya sempat melirik ke arah Riana dengan hati yang terasa patah saat mengingat bahwa wanita c
Baca selengkapnya
Pernikahan yang Batal
“Ma, kenapa Mama diam saja? Kenapa tidak jawab pertanyaanku?” Kenzie kembali mendesak Riana untuk menjawab pertanyaannya yang amat sulit.“Emhh … Sayang, bisa tolong tidak usah bahas soal ini lagi. Mama mohon pengertian dari Kenzie. Cobalah untuk menerima Om Aram sebagai calon papa barunya Kenzie. Mama tidak minta apa pun. Hanya itu saja permintaan Mama.” Alih-alih menjawab pertanyaan anaknya, Riana malah mengalihkan pembicaraan.Diraihnya kedua tangan Kenzie sambil menggenggamnya dengan erat.Mata Kenzie menatap sorot penuh harap yang terpancar di kedua bola mata ibunya.Meski berat, akhirnya Kenzie menganggukan kepala.“Baik Ma.”“Terima kasih banyak, sayang. Terima kasih sudah mau mengerti Mama. Mama sayang Kenzie.” Tangan Riana menarik bocah itu ke dalam pelukannya.Lalu mendekapnya dengan hangat.Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang berdiam di balik pintu yang terbuka dan mendengarkan seluruh percakapan mereka sejak tadi.Dan orang itu adalah Aram. Tadi Aram berniat menyusul R
Baca selengkapnya
Yang harus Direlakan
“Sayang, maaf ya. Aku tidak bisa ikut ke acara pernikahan Riana dan Aram karena aku sibuk dengan jadwal pemotretanku,” ucap Nessie dari seberang telepon.Mahesa yang baru masuk ke dalam mobil pun hanya berdeham singkat.“Tidak apa-apa. Nanti akan kusampaikan kalau kau tidak bisa hadir di sana.”Setelah itu, Mahesa pun mengakhiri panggilan dan memutuskan untuk segera berangkat ke rumah Aram.Meski sepanjang perjalanan, jantung Mahesa berdetak resah. Hatinya pun meragu. Seakan berat untuk memantapkan hati menyaksikan pernkahan antara Aram dengan wanita yang selama ini menjadi pujaan hatinya.Singkat waktu, mobil Mahesa pun sampai di pelataran rumah Aram yang luas. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir di depan sana, termasuk speda motor.“Selamat datang, Tuan!” Mahesa disambut oleh security yang berjaga di depan gapura pernikahan yang dihias dengan bunga dan background yang amat cantik.Setelah menyerahkan undangan, Mahesa pun duduk di sebuah kursi kosong, bergabung dengan para tamu u
Baca selengkapnya
Mewujudkan Mimpi Hidup Bersama
“Aku ingin bertanya satu hal. Apa kau mencintai Riana? Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur!” Aram bertanya dengan raut serius.Mahesa melayangkan pandangannya pada wanita cantik yang saat ini menundukan wajah. Namun dalam hatinya, Riana pun penasaran dengan jawaban lelaki itu.“Ya. Aku sangat mencintai Riana. Bahkan sejak pertemuan kedua kami,” jawab Mahesa, membuat mata Riana terangkat dan bersitatap dengan bola mata sebiru laut milik Mahesa.Kedua sudut bibir Aram melengkungkan senyum.“Lalu dengan Nessie? Apa kau juga mencintainya?”“Hubunganku dengan Nessie hanya karena atas paksaan ayahku. Dulu ayahku sakit keras dan meminta agar aku menerima perjodohan dengan Nessie. Aku terpaksa setuju. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta pun tidak pernah tumbuh di dalam hubungan kami.”“Bahkan saat ayahku masuk penjara, aku pernah nyaris memutuskan Nessie karena kupikir mungkin saja dia juga terlibat dalam penculikan Kenzie. Tapi pada akhirnya kami tetap melanjutkan hubungan karena …
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status