Semua Bab Pendekar Tiga Iblis: Bab 91 - Bab 100
113 Bab
91. Siasat Adipati
Drap drap drap…! Sekitar seribu prajurit berseragam hitam-cokelat keluar dari markas besar militer Kerajaan Panesahan. Ada puluhan prajurit berkuda, ratusan prajurit pejalan kaki dengan tiga keahlian senjata yang berbeda, yaitu pedang, tombak dan panah. Pasukan itu dipimpin oleh Panglima Tiga Seblak Alus. Seorang panglima tiga memiliki wewenang memimpin seribu prajurit dalam satu pasukan besar. Di bawahnya ada tiga orang perwira berpangkat arjunasiwa yang masing-masing membawahi tiga ratus orang prajurit. Selain itu, pasukan itu juga mengikutkan empat pendekar sakti, paling sakti yang untuk sementara dimiliki oleh Kerajaan Panesahan. Mereka yakni: Perwira Hidung Baja, Si Tombak Ayun, Setan Bayang Merah, dan Nenek Tanpa Luka. Pengerahan pasukan itu atas perintah Prabu Rawasakti setelah Maroto sampai ke Istana dan melapor. Masih ingat prajurit yang bernama Maroto? Itu loh, prajurit cengeng yang satu-satunya disisakan hidup oleh Iblis Jelita. “Iblis Jelita bilang, kirim pendekar ters
Baca selengkapnya
92. Kematian Sambar Anuk
Ketika Iblis Jelita, Ardo Kenconowoto dan Rinta Kemiri tiba di sekitar Tugu Setia, mereka belum melihat keberadaan sosok-sosok yang punya niat menantang bertarung.Karena musuh belum terlihat daun telinganya, Iblis Jelita memilih pergi ke kedai makan, hal yang sama dia lakukan delapan tahun lalu sebelum bertarung melawan Nyai Wetong.Sekedar mengingatkan. Tugu Setia adalah tugu batu berbentuk tombak raksasa yang menjulang lurus ke arah langit. Tugu itu memiliki tebal dua pelukan tangan orang dewasa. Jika tombak sungguhan memiliki mata yang runcing, tetapi tombak batu itu tidak lancip, tapi tumpul seperti kepala yang gundul, sehingga terlihat seperti simbol keperkasaan lelaki. Tingginya empat kali tinggi tubuh lelaki ideal. Tugu Setia adalah simbol kesetiaan seorang lelaki. Yang jelas tugu itu memiliki cerita panjangnya sendiri.Kedatangan Iblis Jelita selalu menjadi pusat perhatian. Tidak saja di kala dia masih berpenampilan seronok, tetapi juga ketika dia sudah tobat dari penampilan
Baca selengkapnya
93. Ardo Dikeroyok
Slass!Tiba-tiba pedang yang dicabut oleh Rawa Kujang bersinar putih sangat menyilaukan mata semua orang yang memandangnya, termasuk Ardo.Saking terangnya silauan pedang itu, semua yang melihat sinar pedang jadi buta dalam keputihan. Keputihan pandangan maksudnya, bukan keputihan penyakit wanita. Semoga tidak salah paham.Mereka tidak bisa melihat apa-apa selain warna putih polos, termasuk Ardo.Ardo langsung bisa menduga apa yang akan terjadi di saat dia tidak bisa melihat apa pun selain warna putih terang membuat matanya menutup.Syess! Tesss!Meski tidak bisa melihat apa yang menyerangnya, tetapi Ardo mampu merasakan energi yang datang cepat kepadanya.Di saat Rawa Kujang datang melompat dengan tebasan pedang yang bersinar putih menyilaukan, Ardo cepat mengeluarkan ilmu Perisai Hijau, yaitu sinar hijau lebar berpola susunan daun melebar. Lapisan sinar itu muncul di depan tubuh Ardo dengan arah hadap kepada serangan yang datang.Pedang bersinar putih itupun menebas lapisan sinar hi
Baca selengkapnya
94. Bertarung dengan Gembira
Untung kepala Akar Sejara terlindungi oleh tangkisan tangan yang mengandung ilmu Pembunuh Sadis. Kuatnya energi ilmu itu berjasa besar menyelamatkan kepalanya dari tendangan Lompatan Iblis Mabuk Ardo Kenconowoto.Meski selamat, Akar Sejara tetap merasakan kepalanya pusing dan berat. Sedikit banyaknya itu akan mempengaruhi performanya dalam bertarung.“Lelele…!” teriak Ardo dengan lidah cadelnya.“Kau dengar teriakan kakakmu, Rinta?” tanya Iblis Jelita kepada Rinta Kemiri, adik Ardo yang usianya 18 tahun, hanya selisih dua tahun dari usia kakaknya.“Iya, Nyai. Itu teriakan kegembiraan Kakang Ardo,” jawab Rinta Kemiri.Saat itu mereka masih duduk di dalam kedai makan, tetapi di dekat jendela agar bisa menyaksikan langsung pertandingan meski dari jauh.“Itu tandanya dia sudah menikmati pertarungan itu. Jika dia sudah bertarung dengan gembira, aku pun akan sulit mengalahkannya. Yang harus kau tahu, kakakmu murid tiga orang Iblis, bukan satu Iblis saja,” kata Iblis Jelita.Di medan tarung,
Baca selengkapnya
95. Tiga Algojo
“Apakah kalian bertiga ingin mengeroyok muridku, atau mau berbagi lawan denganku? Akulah Iblis Jelita yang kalian cari dan ingin bunuh!” kata Iblis Jelita lantang.Mendengar tantangan Iblis Jelita yang mereka lihat masih sangat muda, bingunglah Teguk Permana. Apakah mereka harus mengeroyok Ardo dan membiarkan Iblis Jelita duduk cantik di atas kudanya yang kalah cantik? Atau apakah mereka harus mengeroyok Iblis Jelita yang merupakan pokok dendam mereka?“Lelele…!”Di saat Teguk Permana dan kedua adiknya terdiam dengan tatapan yang tajam kepada Iblis Jelita, tiba-tiba Ardo telah berlari sekencang kuda ke arah ketiga bersaudara itu.Melihat itu, Akar Sejara langsung bereaksi. Dia memasang kuda-kuda dan menarik kedua lengannya ke belakang lalu langsung menghentakkannya ke depan.Siusss!Dari hentakan kedua tangan itu melesat gelombang sinar hijau besar sebesar kepala sapi gondrong.Duasss!Ardo menyambut ilmu Angkara Hijau dengan lompatan salto menyamping. Tendangan rahasia Ardo sangat ke
Baca selengkapnya
96. Kesurupan Algojo Pertama
Peraduan dengan Algojo Keempat membuat Ardo jatuh terlentang di tanah dengan mulut bersimbah darah.Pada saat yang sama, Algojo Ketiga yang berwujud monyet besar datang dari udara hendak menginjak badan Ardo.“Awas, Kakaaang!” teriak Rinta Kemiri mengingatkan kakaknya, padahal Ardo pun melihat serangan yang mengancam itu.Bugg!Ardo adalah pendekar yang sulit ditumbangkan. Ternyata luka dalam yang sudah dideritanya belum mampu membuatnya berhenti bergerak lincah.Ardo gesit melempar kedua kakinya ke belakang yang otomatis diikuti oleh tubuhnya. Lentingan itu membuatnya terhindar dari injakan monyet sinar. Injakan itu sampai membuat tanah melesak retak seperti buah jengkol yang digeprek.Dass!Setelah menghindar, Ardo langsung bersalto keren dengan tendangan level tiga. Tendangan Ardo menghantam keras kepala si monyet sehingga ambyar seperti asap kental, membuat si monyet sinar berdiri tanpa kepala.Sworrss!Tiba-tiba dari arah lain, sosok sinar ungu menyeramkan bercula panjang datang
Baca selengkapnya
97. Kemurkaan Ardo
“Adik Rawa Kujaaang!” pekik Teguk Permana menangis sambil memeluk erat tubuh adik bungsunya yang telah mati.Akar Sejara yang baru saja jatuh keras di tanah dekat kaki Tugu Setia, terkejut mendengar teriakan kakaknya. Dia cepat menengok ke arah Teguk Permana. Wajah Akar Sejara yang belepotan oleh darah terkejut bukan main melihat kakaknya meratapi Rawa Kujang yang sudah tewas.Sambil menahan rasa sakit yang teramat, Akar Sejara hendak bangkit. Namun….“Fukrr!”Tiba-tiba Akar Sejara menyemburkan darah dan kembali ambruk tersungkur. Luka dalamnya oleh Tinju Mustika Hijau parah.Iblis Jelita hanya berdiri dengan sikap dingin menyaksikan tragedi putra-putra Nyai Wetong. Dia baru saja mengatasi serangan dahsyat dari Serbuan Kebencian yang sempat dilepaskan oleh Teguk Permana kepadanya.Di sisi lain, Ardo Kenconowo agak bingung melihat kondisi Rawa Kujang dan Akar Sejara karena dia tidak merasa membuat keduanya tewas dan terluka parah. Ardo memilih melompat jauh dan mendarat di sisi gurunya
Baca selengkapnya
98. Dikejar Musuh
“Heah heah! Lali yang kencang, Sulami! Jangan sampai Tulina mati! Heah heah!” teriak Ardo dengan perasaan mengharu-haru. Dia memaksa kuda tunggangannya berlari kencang. Tangan kanan Ardo menghela-hela tali kendali kuda dan tangan kiri merangkul ke belakang agar tubuh Tulina yang memeluk lemah tidak jatuh. Ada tangis di mata Ardo. “Suamiku. Suamiku,” sebut Tulina sangat lemah, tapi masih terdengar samar oleh Ardo. Panggilan “Suamiku” terus disebutkan Tulina berulang-ulang selama perjalanan itu. Sebutan itu membuat rasa iba dan sedih muncul di dalam hati Ardo. Kemarin, Ardo meninggalkan Tulina di Desa Guling setelah mensiasatinya agar dia bisa pergi tanpa gadis gila itu. Kesetiaan Ki Rojak terhadap mendiang gurunya, membuatnya mau mengantar Tulina pergi ke Gampartiga. Ketika Ki Rojak dan Tulina tiba di ibu kota Kadipaten Dadariwak itu, sudah ada keramaian, yaitu pertarungan putra-putra mendiang Nyai Wetong. Melihat keberadaan “suami” yang dirindukan, Tulina tanpa memiliki pertimban
Baca selengkapnya
99. Ilmu Dahsyat
Dak! Blugk!Uwu Uwu yang hendak menyerang Ardo harus tersungkur jatuh dari kudanya, setelah satu kaki depan kudanya tertekuk jatuh usai ditendang keras oleh Ardo.Setelah menendang kaki kuda Uwu Uwu, Ardo yang sangat gesit langsung melompat salto dan menendang kepala Srikil di atas kuda.Dak!Cepat Srikil menangkis tendangan Ardo yang mengincar kepalanya dengan tongkat besinya. Namun, meski ditangkis, Srikil tetap terdorong jatuh karena kuatnya tenaga tendangan dari ilmu Lompatan Iblis Mabuk tingkat satu.Kegesitan Ardo memang bisa mendahului Uwu Uwu dan Srikil, tetapi tidak bisa mendahului Rungga Kasa dan Suganda yang kompak melompat dari kudanya menyerang Ardo dengan tongkat besinya.Tang tang!Ardo yang baru mendarat dari lompatannya tidak bisa menghindar, tapi bisa menangkis menggunakan kedua siku tangannya.Rungga Kasa dan Suganda terkejut melihat kekerasan dua siku tangan Ardo. Seharusnya siku itu hancur atau pecah tulangnya karena mereka memukulkan tongkat besinya dengan kekuat
Baca selengkapnya
100. Totok Bumi Grand Master
Tess! Tass! Sering kali Iblis Jelita melesatkan sebutir sinar hitam kecil dari kelingking kanannya sekedar untuk menguji lawan. Teguk Permana sigap menangkis dengan pedang cokelatnya yang bernama Pedang Langit Kelam. Ternyata pedang itu bisa mementahkan Sentilan Dewi Hitam tingkat satu Iblis Jelita. “Kalian masih muda, tetapi tinggal menyisakan dirimu, Kisanak. Jika kau memaksaku untuk membunuhmu, maka habislah garis keturunan Nyai Wetong dan Pendekar Tabur Bunga,” kata Iblis Jelita, menahan pertarungannya yang tinggal antara dirinya dengan Teguk Permana. Para penonton masih setia di tempatnya, seperti anjuran host kuis tivi ketika iklan mau lewat. “Jangan ke mana-mana, kami akan kembali setelah yang satu ini! Apaan tuh?!” Emosi di dalam dada dan tengkorak kepala Teguk Permana bergejolak hebat. Ingin rasanya dia menghancurkan semua orang yang ada di tempat itu dengan ilmu pamungkasnya agar cepat kelar tanpa perlu drama. “Menyerahlah, Kisanak! Kau hanya akan mati sia-sia!” teriak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status