All Chapters of Not A Perfect Marriage: Chapter 21 - Chapter 30
77 Chapters
Curiga
"Pipimu pasti sakit ya? Sudah lukamu belum membaik, sekarang justru menerima tamparan dari ibu," ucap Race sembari mengompres pelan pipi Ivy.Sebenarnya Ivy bisa menggunakan sihirnya untuk segera menyembuhkan bekas tamparan ibu mertuanya. Hanya saja Ivy tidak mungkin melakukannya sekarang, dia takut kalau ibu mertuanya nanti justru curiga jika tamparannya tidak berbekas."Sudahlah, aku bisa mengompresnya sendiri, Race."Ivy menahan tangan Race yang kembali akan menempelkan ice bag ke pipi Ivy.Race menatap Ivy lalu menurunkan tangannya, dia bisa melihat kalau sang istri sedang sedih. Race menghela napas dalam lalu kemudian mengangkat kepala Ivy untuk menatap wajahnya."Kau, kenapa?""Memangnya aku kenapa, Race?""Ck,,,kenapa justru bertanya? Wajahmu ini tidak bisa berbohong, Iv. Kau, memikirkan ucapan ibu?"Ivy tidak menjawab pertanyaan Race, kepalanya kembali menunduk lalu terdengar helaan napas berat dari bibir Ivy."Bagaimana kalau ibu tahu aku ini penyihir, Race? Ayah dan Ibu tida
Read more
Melihat Sesuatu
Nyonya Maria meminum teh herbalnya pelan, wajahnya terlihat serius seperti sedang memikirkan sesuatu. Sejurus kemudian Nyonya Maria meletakkan cangkir yang dia pegang lalu memanggil Miranda yang ada di dapur. Dengan sedikit tergopoh Miranda masuk ke ruang tengah dan membungkukkan badannya hormat."Ada apa, Nyonya besar memanggil saya?" ujar Miranda."Aku, memiliki tugas untukmu," sahut Nyonya Maria to the point."Tugas apa, Nyonya besar?" tanya Miranda lagi.Nyonya Maria tidak segera menjawab dan hanya menatap Miranda sekarang. Dia berdehem pelan lalu kemudian berdiri dari posisi duduknya. Dia mendekat pada Miranda lalu membisikkan sesuatu pada pelayan yang begitu membenci Ivy itu.Di tempat lain Ivy sedang berjalan-jalan keliling paviliun bungalo tempat tinggal Race selama ini. Ivy begitu menyukai taman belakang paviliun ini. Ada kolam ikan ukuran besar di tengah-tengah taman, di bagian tengahnya juga ada patung yang mengeluarkan air yang berbentuk seseorang yang sedang menuangkan ai
Read more
Rahasia Energi Mana
Selina terus memikirkan apa yang dia lihat semalam, dia masih mencoba mencerna apa yang dia lihat itu. Selina lalu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan lalu menarik napas dalam."Lupakan saja! Lagi pula pagi ini Nyonya muda ternyata ada di kamarnya, berarti semalam aku mungkin sedang bermimpi," ujar Selina bermonolog dan kembali memotong-motong sayuran yang akan dia masak untuk sarapan.Tidak berapa lama, Selina justru melempar pisaunya kasar dan mengerang frustasi."Tapi, aku sangat yakin tidak sedang bermimpi semalam," tukasnya kemudian."Hei! Apa yang kau gerutukan sendirian?"Suara Miranda yang entah sejak kapan datang membuat Selina menoleh ke asal suara. Selina menautkan alisnya merasa heran."Kenapa pagi-pagi sudah disini? Apa Tuan muda Race juga kesini?" tanya Selina."Em,,,dia datang sepagi ini kesini dengan Putra mahkota Winter juga," sahut Miranda membenarkan."Apa? Bukankah itu berarti aku harus menambah menu sarapan?" ujar Selina mulai panik."Kau, tidak usah panik sepert
Read more
Terbongkarnya Identitas
"Masuk!" titah Nyonya Maria singkat lalu kemudian meminum tehnya.Tidak lama pintu kamar Nyonya Maria dan Tuan Milano itu terbuka, Miranda masuk dengan sopan lalu membungkukkan badannya."Miranda? Ada apa, kau datang kesini?" tanya Nyonya Maria dengan kening mengkerut heran."Saya datang kesini untuk melaporkan apa yang anda minta, Nyonya," ujar Miranda.Wajah Nyonya Miranda terlihat sumringah. Ibu Race itu lalu membetulkan duduknya dan juga menyuruh Miranda untuk duduk di depannya."Duduk dan laporkan semua yang kau tahu, Miranda!"Di paviliun lain, Winter sedang memegang benda kecil yang terikat rapi dari Ivy kemarin. Winter menatap lekat benda jimat yang sudah dibacakan mantra oleh Ivy."Apa benda ini akan benar-benar berguna bagiku? Kenapa bukan Ivy saja yang menjadi tamengku?" gumam Winter bermonolog.Winter lalu membuka ikatan benda itu hingga bisa dijadikan gelang. Winter menggunakan jimat itu di tangan kanan lalu kemudian kembali menatap jimat itu lekat."Kali ini mungkin jima
Read more
Titah Putra Mahkota
"Tidurlah! Besok pagi, aku akan mengajakmu ke basecamp," ucap Race sembari menyelimuti Ivy.Bukannya menuruti Race, Ivy justru terus menatap Race lalu meraih tangan Race pelan. Kening Race mengkerut heran."Kenapa?" tanyanya kemudian."Maaf, karenaku ayah dan ibu tadi memarahimu. Seharusnya mereka memarahiku saja, karena aku yang berbohong disini," ujar Ivy sangat menyesali apa yang Race alami tadi saat di paviliun Tuan dan Nyonya Agnito.Race tersenyum mendengar ucapan Ivy, Race lalu mengusap pelan rambut Ivy."Tidak apa-apa, bukankah ini juga kesalahan mereka sendiri? Mereka menjodohkan kita, jadi seharusnya mereka sudah tahu asal-usulmu yang sebenarnya. Kalau sudah seperti ini bukan lagi tanggung jawab kita, Iv."Ivy kembali bangun dari posisi tidurnya, dia mendekat pada Race lalu memeluk sang suami tanpa permisi."Race, apa kau menyesal menikah denganku?""Kau, bicara apa? Kalau, aku menyesal untuk apa aku sekarang disini?""Benar juga.""Ivy, jangan berpikiran yang tidak-tidak! A
Read more
Keputusan Tuan Milano
Tuan Milano memukul meja sedikit keras setelah membaca surat titah dari Winter."Bagaimana bisa ini terjadi?" ujar Tuan Milano."Apa? Memangnya apa yang terjadi?" tanya Nyonya Maria lalu mengambil kertas yang Tuan Milano lempar ke meja.Nyonya Maria lalu membaca kertas itu lalu kemudian melebarkan matanya tidak percaya."Bagaimana ini, suamiku?" tanya Nyonya Liana juga panik seperti Tuan Milano sekarang.Tuan Milano menatap sang istri lalu kemudian mendengus kesal."Aku, juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Kita sudah melakukan kesalahan menikahkan Race dan Ivy," ucap Tuan Milano kemudian."Hei, tidak juga begitu. Kalau kita tidak menikahkan putra kita dengan Ivy, bisnis batu ruby kita justru akan macet. Kau, lupa kalau keluarga Ivy yang membantu kita mengedarkan batu ruby ke barat?""Ya,,,ya,,,ya,,,kau benar," tukas Tuan Milano kemudian."Lalu, bagaimana kita bisa membatalkan ini semua?" tanya Nyonya Maria kemudian.Tuan Milano terlihat berpikir dan melihat ke arah nyonya Maria d
Read more
Rencana Raja Michel
Ivy sedang dibantu menggunakan gaunnya oleh Gareta, sejak pagi paviliun tempat tinggalnya sedikit ramai. Ivy tidak tahu ada apa sebenarnya, Race juga tidak terlihat sejak kemarin. Setelah Gaareta selesai merapikan gaun Ivy, Gareta tersenyum dan memandang pantulan wajah Ivy di kaca."Nyonya muda Ivy begitu cantik," ucap Gareta.Ivy melihat ke arah Gareta lalu kemudian tersenyum tipis."Kau, terlalu memujiku, Gareta. Aku, tidak secantik yang kau katakan," ujar Ivy malu-malu."Itu menurut anda, Nyonya muda. Sekarang semua persiapan untuk anda sudah selesai, bagaimana kalau kita bersiap untuk menemui para tamu?" tanya Gareta.Kening Ivy mengkerut bingung."Tamu? Tamu apa maksudmu, Gareta?""Nyonya muda tidak tahu kalau hari ini ada pesta pengangkatan anda sebagai peramal istana?"Ucapan Gareta jelas membuat Ivy terkejut, bukankah Race tidak setuju dengan titah Winter itu. Ivy lalu memegang tangan Gareta cepat."Bagaimana bisa? Lalu, dimana Race? Kenapa dia tidak pulang sejak kemarin?" tan
Read more
Melawan Monster Hutan
Ivy mondar-mandir di kamarnya, dia sudah siap pergi ke acara pesta ulang tahun Raja Michel. Meski begitu Ivy justru bingung bagaimana nanti dia bisa mengalihkan perhatian Race supaya tidak menghalanginya melindungi semua yang ada di istana."Kalau aku pasang pelindung di istana, itu membutuhkan banyak energi haras. Tesla pernah mengingatkan ku untuk tidak menggunakan haras, sedangkan jika menggunakan mana apa aku bisa?" ucap Ivy bermonolog sembari terus memandangi tangannya sendiri.Karena terlalu fokus untuk mengambil keputusan apa, Ivy tidak menyadari kedatangan Race yang baru saja masuk ke kamar. Race sendiri mengerutkan keningnya bingung melihat ekspresi wajah Ivy yang terlihat sedang berpikir keras."Ada apa, Iv?" tanya Race.Ivy mendongak dan melihat ke arah Race sedikit terkejut."Race.""Iya ini aku, kau tidak mendengar kedatanganku?"Ivy terlihat kikuk lalu kemudian tersenyum tipis. Kepalanya menggeleng, tapi dia berjalan mendekat pada Race."Maaf, aku terlalu fokus berpikir.
Read more
Tidak Sadarkan Diri
Sudah 5 hari sejak Ivy melawan monster itu. Sejak hari itu Ivy belum juga sadar hingga hari ini. Para tamu tidak ada yang tahu kalau Ivy pingsan karena kehabisan energi. Kecuali keluarga kerajaan dan juga keluarga Race tentunya. Sejak Ivy pingsan Race tidak pernah pergi dari kamar Ivy, Race terus menemani sang istri yang masih belum sadar. Race mengusap wajahnya pelan lalu kemudian menarik napas dalam, Race melihat ke arah Ivy lalu meraih tangan sang istri lembut."Iv, kenapa belum sadar juga? Bagaimana aku bisa menyembuhkanmu jika aku bahkan tidak tahu bagian mana kau terluka.""Bukankah kau janji akan baik-baik saja jika aku menurutimu melawan monster itu? Lalu, kenapa sekarang kau justru seperti ini?"Race benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarang, hingga suara pintu kamar Ivy diketuk dari luar."Masuk!" titah Race singkat.Ternyata Winter yang masuk dengan Tesla. Race dengan reflek berdiri dan membungkukkan badannya."Winter.""Em,,,bagaimana Ivy? Dia belum sadar juga?"
Read more
Di Kembalikan
Winter menyodorkan kompresan pada Race, pipi sepupunya itu merah dan bengkak. Sepertinya tamparan Raja Michel tadi cukup keras."Masih sakit?" tanya Winter."Tidak." Race menjawab singkat sembari menggelengkan kepalanya."Masih merah dan bengkak," ujar Winter lagi yang kembali melihat ke arah pipi Race."Tidak apa-apa, ini akan segera sembuh. Ada apa, kau kesini, Winter?" tanya Race sembari menatap Winter dengan tangannya masih mengompres pipinya."Aku ikut ayah dan ibu, maaf ayah tiba-tiba menamparmu tadi. Mungkin dia tidak terima karena kau meninggikan suaramu pada Paman Milano," terang Winter."Em,,,aku paham."Race menganggukkan kepalanya sependapat dengan ucapan Winter, sedangkan Winter sendiri sekarang menatap sepupunya dengan wajah iba."Race, kenapa kau marah seperti itu? Mereka orang tuamu, hanya karena Ivy kau sampai semarah itu."Mendengar pertanyaan Winter, Race mendongak dan melihat ke arah Winter."Hanya? Ivy itu istriku, Winter. Bukan hanya," ujar Race tidak setuju deng
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status