Semua Bab Hamil Tapi Perawan: Bab 71 - Bab 80
150 Bab
Bab 71
Tsabi melangkah dengan ragu, dia perlahan membuka pintu berwarna coklat itu dengan rasa penasaran yang menggebu. Walaupun dinilai telah lancang, tetapi ia tak bisa membendung lagi jiwa keponya yang akut. Perempuan itu membuka pelan, netra lentiknya terpana dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Ia terdiam tanpa bisa berkata-kata. "Bos," panggil seseorang menginterupsi Shaka dengan wajah terkejut. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan siapa yang datang. "Kenapa Jon?" tanya Shaka di kursi singgasananya. Tengah memantau sederetan angka yang masuk dan siap diputar untuk di share ke sepenjuru global. "Nona Tsabi," kata pria itu sembari mematau satu server di depannya. "Hah, Tsabi?" jawab Shaka belum ngeh juga. Pria itu baru menoleh saat wajah Jon nampak pucat. "Tsabi? Sejak kapan kamu di sini?" tanya Shaka mendekat. Dia terlihat salah tingkah mempersiapkan sejuta alasan di otaknya. "Jadi gini pekerjaan kamu kalau malam Mas. Kamu selama ini kasih nafkah aku dengan uang haram?" tan
Baca selengkapnya
Bab 72
"Jangan membuat pilihan yang aku sendiri bahkan tidak tahu harus memilih yang mana," jawab Shaka nampak bingung. "Kalau kamu tidak bisa memutuskan dalam waktu tiga hari ini, aku anggap kamu mengiyakan apa pun keputusanku. Selama tiga hari ini aku ingin kita tidur terpisah," kata Tsabi membuat keputusan. Dia memang tidak seharusnya bersikap kejam seperti itu dengan suaminya. Tetapi apa yang dihadapinya sekarang terlampaui serius. Bahkan menyangkut aqidah yang akan dipertanggungjawabkannya nanti di akhirat. Seumur hidup itu terlalu lama jika dihabiskan dengan orang yang tidak mau diajak dalam kebaikan. "Kamu tidak berhak mengambil keputusan itu sendiri. Bagaimanapun kamu istriku, dan kamu tidak boleh lalai dengan tanggung jawabmu.""Aku ingat kok Mas, jangan khawatir. Setiap pagi, aku akan tetap menyiapkan keperluanmu dan juga menyajikan minum serta makananmu. Pakaianmu, dan memastikan kamar ini selalu rapih dan bersih. Tapi aku tidak bisa memenuhimu satu hal," ucap Tsabi serius, dan
Baca selengkapnya
Bab 73
Pria itu baru bisa lelap setelah menemukan guling hidupnya, entahlah, kamar serasa begitu hampa tanpa istrinya. Shaka sengaja menghidupkan alarm di ponselnya. Dia harus bangun lebih pagi dari Tsabi. Keesokan paginya, benar saja pria itu terjaga lebih dulu. Sebenarnya mata itu masih mengantuk, tetapi demi ketentraman jiwanya melakukan kerepotan sendiri di pagi hari. Pria itu perlahan menggendong Tsabi, lalu mengembalikan ke kamar sebelah lagi. Dia masih bingung untuk menentukan hatinya. Dengan hati-hati Shaka menurunkan istrinya dari gendongan. Perlahan merapatkan selimutnya agar tidurnya kembali pulas. Pria itu tersenyum tenang kembali ke kamarnya. Dia tidak tidur lagi, entahlah hatinya tergerak untuk bersuci. Hal yang tidak pernah Shaka lakukan. Tiba-tiba seperti ada dorongan untuk melaksanakan sunah dua rakaat. Ada jiwa yang tenang di tengah rasa hambar. Ada hati yang damai di tengah banyaknya guncangan. Semua mengalir malam itu begitu saja. Selama ini memang Shaka mempunyai kekua
Baca selengkapnya
Bab 74
"Mas butuh minum obat," saran Tsabi setelah menelisik wajah Shaka yang nampak seperti sakit betulan. "Aku tidak butuh obat," jawab Shaka terdengar angkuh. "Oke, apa maumu, adakah yang bisa aku bantu?" tanya Tsabi bersabar. Suaminya masih mode menjengkelkan. Butuh diperhatikan tetapi masih bernada datar. "Aku tidak suka diperintah. Aku mau kamu melayaniku seperti biasanya tanpa batasan.""Yakin? Apa Mas sudah mengambil keputusan untuk hubungan kita?" tanya wanita itu tetap dengan pendiriannya. Memang terkesan memenuhi dosa karena menolak ajakan makruf suaminya. Namun, Tsabi tidak bisa melakukan itu dengan hati terpaksa. "Lupakan apa pun itu, biarlah itu menjadi urusanku. Aku yang menanggung semuanya di akhirat nanti. Tak perlu kamu khawatir, tunaikan saja tugasmu sebagai istri," kata Shaka menggebu. "Maaf Mas, aku tidak bisa. Aku minta maaf," ucap Tsabi dengan penuh rasa bersalah. Namun, itulah keputusan yang sudah Tsabi ambil. Rezeki bisa dicari, jodoh bisa diganti, dengan orang y
Baca selengkapnya
Bab 75
"Terima kasih Ummi," jawab Tsabi memang terasa lapar. Hanya saja, selera makannya menghilang. "Ajak sekalian suamimu makan, Nak!" titah Ummi, membuat anak pertama Pak Kiai akhirnya melesakan tangis yang sedari tadi tersumbat. "Tsabi pulang sendiri Mi," jawabnya dengan wajah mendung. DegSeketika Ummi Shali menangkap sesuatu yang tak baik di matanya. Ada apa dengan rumah tangga putrinya. "Kamu berantem, Nak?" tanya Ummi Shali lembut. Berusaha menggali informasi tanpa melukai perasaannya. Sejak melihat kepulangannya yang muncul tiba-tiba, sudah menyiratkan tanda tanya besar di hatinya. Shali terdiam, bingung mengiyakan, tetapi nyatanya ia tetap pergi dari rumah dengan amarah. Sesuatu yang sangat ia inginkan dulu, berpisah dengan Shaka, dan kali ini benar-benar menjadi nyata. "Yang sabar, tidak ada satu pun rumah tangga tanpa ujian. Tergantung dari bagaimana kedua belah pihak menyikapinya. Kenapa meninggalkan rumah suamimu? Apakah Shaka melakukan suatu yang dzolim?" tanya Ummi Shal
Baca selengkapnya
Bab 76
Tsabi menghadang pria misterius di depannya. Menatap penuh waspada. "Maaf Nona, sepertinya saya tersesat. Permisi!" ucap pria itu beranjak tanpa merasa bersalah. Pergi begitu saja meninggalkan tempat itu. "Tunggu!" seru perempuan itu masih sangat penasaran. Namun, pria misterius itu justru melesat secepat kilat. "Siapa sih, aneh banget. Mana ada tersesat malah ngilang. Tersesat tuh bertanya baru benar," ujar wanita itu terus mengamatinya sepanjang jalanan. Tatapan itu tak beralih sedikit pun sampai pria berkemeja hitam itu menghilang dibalik kerumunan. "Ning, Ning Tsabi? Sudah beli dawetnya, Ning?" tanya Bu Jum menghampiri. Beliau sepertinya sudah selesai berbelanja. "Belum Buk, tadi udah pesan. Sebentar Tsabi ambil dulu," jawab perempuan itu lalu beranjak menghampiri pesanannya. "Ning, ngikutin ojek yang bawa belanjaan ya. Pelan-pelan saja bawa motornya," ujar Bu Jum sungkan. "Siap Buk," jawab Tsabi merasa tertantang. Rasanya seperti sudah lama sekali tidak keluar bebas sepert
Baca selengkapnya
Bab 77
Sudah dua pekan Tsabi tinggal di kediaman abinya. Waktu terasa begitu lama, mungkin karena hatinya tengah tidak baik-baik saja. "Tsabi berangkat dulu Ummi," pamit perempuan itu usai sarapan. Berbekal motor milik ibunya, Tsabi mulai memulai aktivitasnya pagi ini mengajar di sekolah menengah pertama yang letaknya tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Masih satu kawasan dengan komplek Al hasan. Lebih tepatnya di sebrang depan kampus yang didirikan keluarga besarnya. Perlahan tapi pasti, seiring dengan berjalannya waktu, perempuan itu mulai menata kehidupannya kembali. Tidak ingin terlalu larut dengan kegagalan rumah tangganya yang kini tengah dalam proses perpisahan. Tidak ada kabar dan ikhtikad baik dari Shaka, membuat Tsabi memberanikan diri mengambil keputusan yang sulit. Dia benar-benar ingin mengajukan perceraian. Bahkan sudah mendaftarkan ke pihak pengadilan agama. Hal yang sebenarnya sulit untuk Tsabi lakukan. Namun, berharap itu yang terbaik untuk mereka berdua. Karena kega
Baca selengkapnya
Bab 78
"Angel, ngapain di sini?" tanya Tsabi terperangah melihat adik angkat dari suaminya itu menemuinya. "Hai, Tsa, maaf, aku menunggumu di sini. Kenapa tidak mengangkat telponku?"' Angel sengaja menemui Tsabi setelah mengajar hendak pulang. " Kapan kamu menghubungi, maaf, mungkin pesannya tertimbun," ujar wanita itu menyambutnya ramah. "Sebenarnya ada yang mau aku omongin, bisa kita bicara?" pinta Angel datang secara khusus. "Ada apa Angel, katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan," ujar Tsabi tak ingin basa-basi. Energinya sudah berkurang banyak kalau siang begini, usai mengajar Tsabi ingin cepat sampai rumah. "Bisakah aku meminta waktumu?" kata perempuan itu mendesak. "Mau ngobrol di mana?" ujar Tsabi akhirnya mengiyakan. Keduanya bertolak ke sebuah kafe yang tidak begitu jauh dari sekolahan. "Maaf Tsabi, apakah kamu masih berhubungan dengan Shaka?" tanya Angel sok peduli. "Tidak, memangnya kenapa?" tanya Tsabi datar. Memang benar begitu, sejak Tsabi pulang, mereka tidak lagi
Baca selengkapnya
Bab 79
"Angel, kok berhenti? Kenapa?" tanya Tsabi saat mobil Angel tiba-tiba menepi. Gadis itu menatap wajah gusar Angel yang entah memikirkan apa. "Mm ... maaf Tsabi, sepertinya paman tidak bisa bertemu sekarang. Aku juga nggak bisa nganter kamu pulang. Nggak apa kan kalau besok saja," kata perempuan itu dadakan. "Owh gitu, ya udah nggak apa. Mumpung masih sore juga. Aku langsung pulang saja," kata Tsabi tak ada rasa curiga. Dia sebenarnya agak kurang nyaman diturunkan di pinggir jalan begini, tetapi ya sudahlah tidak mengapa. Mumpung masih sore juga, Tsabi bisa memesan taksi atau ojol untuk menjemputnya. "Sorry banget ya, hati-hati di jalan!" ucap Angel tiba-tiba berubah pikiran. Dia merasa bertentangan dengan hati nurani saat apa yang ingin dia realisasikan justru pikirannya melayang jauh tentang ibunya Tsabi yang nantinya bisa sangat terluka. Angel pulang tanpa membawa Tsabi. Hal itu tentu saja membuat paman murka. Hal yang sudah direncanakan terancam gagal total. "Maaf paman, Ange
Baca selengkapnya
Bab 80
Tsabi tak menghentikan tatapannya dari sosok tampan yang tengah fokus di jok kemudi. Walaupun wajahnya tertutup masker, dengan penutup kepala, tetapi dari suaranya saja Tsabi sudah bisa menebak pria di sampingnya. "Kencangkan sabuk pengamannya, Tsabi, aku akan menambah kecepatannya," titah Shaka begitu melihat mobil Saga mendekat. Pria itu memang sepertinya bosan hidup karena berani mengusik istrinya. Tsabi berpegangan erat sembari menahan napas. Merasakan jantungnya berpacu cepat. Batinnya tak berhenti mengucap kalimah istighfar agar selamat dari kejaran pria tak bertanggung jawab di belakangnya. Perempuan itu menoleh ke belakang dengan raut cemas. Kenapa sekarang bukan hanya satu mobil yang mengejarnya, nampak beberapa mobil berpacu di jalanan dengan kecepatan penuh. "Mas, kenapa mobil-mobil di belakang sana mengejar kita? Apa yang mereka inginkan?" tanya Tsabi gusar. Shaka menoleh, menatap beberapa detik wajah cemas istrinya. Ada banyak rindu yang belum sempat terucap, wanita d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status