All Chapters of Hamil Tapi Perawan: Chapter 91 - Chapter 100
150 Chapters
Bab 91
Shaka benar-benar menyambangi rumah Ustadz Aka malam ini. Walaupun Gus Khalif sudah memperingatkan, sepertinya dia tidak peduli sebelum meluruskan masalah dirinya. Pria itu duduk bersahaja di ruang tamu sembari menunggu Abi yang masih sibuk mengisi kegiatan di aula. Cukup lama Shaka menunggu, duduk seorang diri dengan wajah gelisah. Memperbanyak sabar karena ini adalah awal dari penjelasan hidupnya. "Bi, temui menantumu, dia sudah lama menunggu. Memangnya Abi mau memberikan waktu berapa lama lagi," kata Ummi Shali merasa kasihan juga. Sudah dari satu jam yang lalu Abi kembali ke rumah utama, tetapi tidak kunjung keluar menemui Shaka. Merasa ngeprank kalau sudah begini. "Baru Dua jam, kita saja yang menunggu berbulan-bulan sabar. Ya harus ada ikhtiar dan perjuangan. Kalau sabar abi temui, kalau tidak sabar ya sudah tutup cerita sekalian," jawab Ustadz Aka sepertinya tengah menguji kesabaran menantunya. Kedengarannya agak kesal memang, tetapi begitulah sikapnya. Tegas sekali tebas.
Read more
Bab 92
Shaka pulang dengan perasaan lebih tenang. Walaupun belum bisa membawa serta Tsabi, tetapi pria itu mempunyai harapan besar soal calon anak mereka yang tidak bisa dipungkiri akan mendekatkan dirinya dengan Tsabi. Betapa pria itu bahagia luar biasa tahu kalau Tsabi ternyata hamil anaknya. Pria itu rasanya semangat sekali menjemput hari esok. Tidak sabar ingin mengunjungi lagi kediaman Abi Aka sampai pria itu memberikan izin untuk dirinya bersama lagi. Shaka susah menemukan kantuknya, dia terngiang-ngiang wajah istrinya sepanjang malam. Jujur, Shaka sangat merindukannya. Harus banyak sabar, semua butuh perjuangan. Apalagi terlihat Gus Khalif sangat tidak menyukainya. Mungkin, bukannya tidak suka tetapi lebih kepada kecewa, seperti Abi Aka sekarang. "Apakah kamu mempunyai perasaan yang sama, Tsabi? Kamu mengingatku juga di saja. Adakah perasaan cinta untukku," batin Shaka gelisah. Mengenang sepanjang perjalanan rumah tangga mereka yang diwarnai dengan luka, Shaka hanya bisa menyesaliny
Read more
Bab 93
Ummi Shali beranjak ke kamar putrinya. Wanita paruh baya itu mengetuk sembari menyerukan namanya. Namun, tak ada sahutan sama sekali. Hingga akhirnya Ummi Shali membuka pintu kamarnya. "Tsabi!" panggil Ummi Shali tak menemukan putrinya di kamar. Ke mana Tsabi? Kamar juga masih nampak rapih tak berpenghuni. "Ummi, ada apa?" tanya putri sulungnya tetiba masuk. Perempuan itu dari arah luar. Wajahnya terlihat berbeda, seperti tengah menahan sesuatum"Kamu dari mana?" tanya Ummi Shali mendapati putrinya dari arah luar. "Belakang Ummi," jawab Tsabi dengan wajah merah padam. Satu tangannya memegang perutnya. "Perutmu sakit?" tanya Ummi Shali melihat putrinya seperti menahan rasa tidak nyaman. Tsabi mengangguk kecil, dari tadi merasakan agak sedikit sakit. "Gimana rasanya? Jangan-jangan kontraksi," ujar perempuan itu mendadak cemas. "Agak nyeri Ummi, tapi sebentar, terus kaya ilang gitu. Sebentar terasa lagi.""Oke sayang, kita ke rumah sakit saja. Sepertinya kamu kontraksi.""Bukannya
Read more
Bab 94
"Tsabi! Dokter tolong istri saya tidak merespon," pekik Shaka cemas. "Bapak tenang ya Pak," ujar Dokter mengarahkan. Pria itu dibimbing untuk keluar karena ruangan menjadi tidak kondusif. Sementara Tsabi mendapatkan penanganan lanjutan. Sementara putri kecil mereka langsung ditangani Dokter Anak. Suasana di luar menjadi tidak tenang saat tahu Tsabi tidak baik-baik saja. Bahkan Shaka dan keluarga menunggu berjam-jam hasil pemeriksaan dengan rasa cemas. "Mas, kenapa dokternya lama sekali?" tanya Ummi Shali dengan raut khawatir. "Kita do'akan saja Ummi, semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dengan Tsabi dan cucu kita," ucap Ustadz Aka menenangkan istrinya. Mereka menunggu dengan harap-harap cemas. "Dengan keluarga Ibu Tsabi?" seru Dokter menginterupsi. "Iya, Dok? Bagaimana keadaan istri dan anak saya?" tanya Shaka menemui Dokter yang menangani Tsabi tadi. "Ibu Tsabi masih di ruang observasi, dalam pantauan medis. kalau bayi Anda di ruang NICU. Kondisinya masih sangat rent
Read more
Bab 95
"Jangan dilihatin terus Mas," tegur Tsabi malu-malu canggung. Shaka tersenyum, lalu mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Ada perasaan yang membuncah saat bisa sedekat ini. Damai sekali rasanya bisa ngumpul lagi seperti ini. Walau si kecil belum bisa membersamai di tengah-tengah mereka. Setelah sekian prahara yang terjadi dan sempat membuat putus asa. "Tidur kalau nggak pingin dilihatin, sayangnya aku masih betah," ucap Shaka merasakan ketenangan setelah sekian bulan terpisah oleh jarak dan waktu. Rindu itu sedikit terobati. Walau masih membumbung tinggi. "Nggak ngantuk, pingin peluk si kecil, kasihan sekali ya anak kita," kata Tsabi sendu. Dia tidak bisa tidur sama sekali. Shaka malah yang khawatir kalau sudah begini. "Sabar, dia cantik seperti ibunya. Lembut, tapi agak sedikit cerewet, hihihi." Shaka nyengir. "Mujinya jujur banget, ya kan aku cerewet buat kebaikan kamu juga," jawab Tsabi manyun. "Tahu ... aku kangen banget dicerewetin lagi. Rindu semua yang ada pada diri kam
Read more
Bab 96
Tsabi terjaga setelah melewati tidur malamnya yang begitu lelap. Dia tersenyum saat menemukan tangan kanannya dalam genggaman suaminya. Pantas saja terasa hangat sekali. Perasaannya begitu tenang, seperti ada yang menjaganya. Satu tangan Tsabi yang terbelenggu selang infus membelai kepala Shaka. Hingga membuat pria yang tengah lelap itu terusik. Spontan mengangkat kepalanya. "Kamu sudah bangun? Jam berapa ini?" tanya Shaka lalu meluruskan punggungnya. Bangkit meraih ponsel yang ada di nakas. "Belum subuh ya," taya pria itu setelah menilik penunjuk waktu baru jam setengah empat. "Belum kayaknya, kenapa tidur di sini? Tubuhku bisa sakit kalau duduk begitu," kata Tsabi mendapati suaminya tak beranjak sama sekali dari semalam. "Biar lebih dekat," jawab Shaka dengan polosnya. Tsabi bangkit dari pembaringan, ia merasa bagian tubuh atasnya begitu berat. Sepertinya ASI yang diproduksi sudah mulai banyak. Ia merasa penuh di sana. "Ini kenapa gini ya," tanya perempuan itu merasakan tak
Read more
Bab 97
"Udah?" tanya Shaka sengaja menunggu Tsabi di depan kamar mandi. "Astaghfirullah ... ngagetin aja, Mas. Udah balik? kok cepet banget," ujar Tsabi manyun. "Kamu suka lama kalau di dalam, bikin khawatir saja. Katanya jangan lama-lama, ya langsung balik," ujarnya tersenyum. "Namanya juga perempuan baru lahiran," jawab Tsabi malu-malu. Tak menjelaskan detailnya, tapi Shaka pasti tahu. "Makasih," sambung perempuan itu melihat Shaka membawakan belanjaan untuknya. Usai mendapat jatah sarapan, Tsabi kembali memompa ASI-nya. Kali ini tak mengusir Shaka, hanya saja agak menghindar saat pria itu terus menatapnya. "Tidak ada yang menarik di sini, Mas, kanu bikin aku keki saja.""Justru karena penasaran, makanya dilihatin. ASInya lancar kan?""Alhamdulillah Mas, makin lancar. Semoga setelah Zayba minum banyak, dia cepet pulih ya, biar bisa pulang," ujar Tsabi penuh harap "Aamiin ... udah nggak sabar pulang ke rumah," kata pria itu tersenyum. Sembari mengusap puncak kepalanya yang tertutup h
Read more
Bab 98
Shaka buru-buru pamit setelah menjenguk paman. Dia merasa sudah meninggalkan Tsabi cukup lama lantaran Angel terus mengajaknya berbincang. "Semoga paman lekas sembuh yaa, aku pamit dulu. Kasihan Tsabi udah nungguin," kata Shaka beranjak. "Besok bisa datang lagi kan? Aku bingung harus berbagi dengan siapa lagi," kata Angel memohon. "Insya Allah Angel, titip paman ya, kamu yang sabar," ucap Shaka pamit. Pria itu berjalan cepat menuju ruangan istrinya. Takut sekali melihat wajahnya yang cemberut karena lama menunggu. Dia merasa tidak enak tadi kalau langsung pulang. Sedang Angel merasa kebingungan sendirian. Biar bagaimanapun, paman adalah orang yang berjasa mengasuh Shaka waktu kecil. Dia tidak boleh abai begitu saja asal tidak untuk melakukan tindakan yang melanggar norma, atau melakukan kemaksiatan di depan mata. "Tsabi mana? Kok nggak ada," batin Shaka panik. Sedetik kemudian baru menyadari barang-barang istrinya juga sudah tidak ada. Apakah Tsabi sudah pulang? Kenapa ninggalin
Read more
Bab 99
"Tsa, Shaka belum pulang? Ayo makan dulu, nanti biar suamimu menyusul saja," ujar Ummi Shali menginterupsi putrinya. "Nanti saja Ummi, menunggu Mas Shaka pulang," sahut perempuan itu enggan mendahului. "Ibu menyusui tidak boleh telat makan. Shaka kan nggak tahu pulangnya jam berapa. Coba kamu telpon, sudah jalan pulang belum," saran Ummi yang langsung diiyakan putrinya. Pria itu belum sampai rumah lantaran tengah menunggu pesanan Tsabi yang cukup mengantri. Pantang pulang sebelum dapat di genggaman. Bisa ngereog istrinya sampai rumah kalau tanpa membawa pesanannya. "Di mana?" Terdengar nada ketus dari ujung sebrang telepon. "Assalamu'alaikum ... maaf sayang, masih antri kebab," sahut Shaka benar adanya. "Waalaikumsalam ... kok lama banget. Aku udah lapar, tapi pingin nungguin kamu pulang.""Iya, bentar lagi dibuatin. Antri ini," sahut pria itu sembari melakukan pembayaran. "Pulangnya hati-hati! Masih ditungguin ini," ujar Tsabi perhatian. Walau nadanya kesal, tetap saja ada man
Read more
Bab 100
Setelah dirawat di rumah sakit beberapa hari, akhirnya baby Zayba sudah boleh pulang siang ini. Tentu saja itu kabar yang begitu menggembirakan bagi Shaka dan keluarga Ustadz Aka. Menyambut cucu pertama dengan penuh suka cita. "Dia sangat lucu," kata khalif mengamati keponakannya. Sedari tadi tak beranjak dari dekatnya. Bayi mungil itu tengah dalam pangkuan Ummi Shali, baru saja sampai rumah langsung menjadi idola semua anggota keluarga. "Sepertinya dia haus," ujar Ummi Shali mengamati Zayba yang seperti mencari sesuatu. "ASInya baru aku pompa, biar Tsabi panasi dulu," ujar Tsabi langsung beranjak. "Biar aku saja, Tsa, bisa kok," sahut Shaka menyela. Pria itu langsung berdiri dari tempat duduknya. Menuju lemari pendingin di mana banyak stok ASI yang tersimpan. Melihat itu, Tsabi akhirnya kembali duduk. Bertukar posisi dengan ibunya. Giliran yang menimang Zayba. Masih agak kaku, tapi rasanya begitu bahagia. Rasanya seperti mimpi sudah menjadi ibu. "Segini bener nggak hangatnya,"
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status