All Chapters of Hamil Tapi Perawan: Chapter 111 - Chapter 120
150 Chapters
Bab 111
"Baiklah, besok Shaka usahakan ke rumah paman," ucap Shaka pada akhirnya. Menepis kekhawatiran Tsabi yang begitu kentara. "Tapi, saya datang bersama Tsabi paman," sambung pria itu kali ini harus melibatkan istrinya dalam bentuk apa pun. Shaka tidak ingin Tsabi merasa khawatir di rumah lantaran menunggu dirinya. Atau kejadian seperti kemarin yang menyebabkan istrinya salah paham. "Terserah, tapi paman sarankan kamu datang sendiri, karena ini akan memakan waktu yang mungkin tidak sebentar. Bisa saja kan istrimu bosan.""Dia akan lebih bosan kalau menunggu Shaka di rumah. Benarkan sayang?" kata Shaka mengalihkan tatapannya pada Tsabi. Perempuan itu mengangguk, hatinya merasa lega setelah berkeinginan untuk mengajaknya. Walaupun ada rasa takut yang mendalam, tetapi keputusan Shaka membuat hatinya menghangat. Merasa dianggap ada dan selalu dilibatkan dalam urusannya. Sementara Angel, nampak kurang suka dengan perubahan Shaka dan sikap harmonis pria itu. Dua benar-benar telah kehilangan
Read more
Bab 112
"Sayang, aku ke masjid dulu ya, kalau di rumah takut sendirian, kunci saja pintunya. Jangan menerima tamu kalau tidak dikenal," pesan Shaka begitu mendengar suara adzan isya. Pria itu bersiap-siap untuk jamaah di masjid terdekat. Pertama kali meninggalkan Tsabi di rumahnya sendiri, membuat pria itu mewanti-wanti. "Iya Mas, nanti selesai langsung pulang kan?" tanya Tsabi agak takut juga. Kalau malam suasananya sepi. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan berlalu-lalang karena rumahnya pas dekat jalan raya. "Iya, langsung pulang kok, udah nggak sabar ya," ujarnya setengah meledek. Dikaitkan dengan hal lain. "Apaan sih, bukan gitu, sepi kalau kamu nggak di rumah," ujarnya malu-malu. Pipinya mendadak panas disinggung soal lainnya. Otaknya langsung terhubung saja dengan hal lain. Shaka mengulurkan tangannya, Tsabi masih diam ragu untuk menyambutnya. "Kan udah wudhu, Mas," katanya mengingatkan. Barang kali suaminya lupa. "Nanti di sana wudhu lagi. Nggak apa kan kalau sekarang pamit
Read more
Bab 113
"Buka mulutmu sayang, makan dulu," bujuk Shaka hendak menyuapi istrinya. "Aku bisa makan sendiri Mas," ujar perempuan itu semakin mrengut. Namun, membuka mulutnya juga saat Shaka menyodorkan sendok yang sudah terisi. Pria itu menanti dengan sabar. "Dari tangan aku lebih enak, mumpung Zayba juga sudah lelap, saatnya ummanya yang makan," katanya tersenyum manis. Tsabi menerima suapan demi suapan dari tangan suaminya. Perlahan isi piring itu berkurang hingga membuat Shaka merasa senang. Lucu sekali, katanya tidak mau, tapi lahap juga. "Kamu makan juga, dari tadi aku terus," kata Tsabi bergantian mengambil sendok di tangan Shaka. Lalu menyuapi suaminya yang kini tersenyum menatapnya. "Jangan menatapku begitu, aku makannya banyak kan.""Emang harus banyak, kan buat Zayba juga. Kalau ummanya sehat, asinya lancar, adek juga pasti senang. Keduanya bahagia.""Abinya ikut senang nggak?""Iya dong, kan ditransfer senyuman setiap hari. Apalagi dari istriku yang cantik ini. Hehehe.""Kamu sek
Read more
Bab 114
"Maaf sayang, tadi beneran lupa," kata Shaka berusaha menenangkan istrinya yang nampak khawatir setelah sesi panas mereka. "Kamu gimana sih, kan Zayba masih kecil. Kalau beneran jadi gimana?" protes Tsabi ambyar. "Nggak apa, baru sekali belum tentu juga kan. Kenapa sekhawatir ini, toh ada suaminya. Aku pasti tanggung jawab lahir batin.""Bukan itu masalahnya, kamu nggak ngerti," katanya beringsut turun dari ranjang. Merasakan sesuatu yang sangat tidak nyaman di inti tubuhnya. Perempuan itu mendesis lirih, berjalan pelan beranjak dari ruangan. "Tsa, sakit?" tanya Shaka menyusulnya. Tahu betul aktivitas menakjubkan yang baru saja terjadi menimbulkan efek yang tak biasa bagi keduanya. Terutama Tsabi yang merasa lelah dan butuh perhatian lebih. Ibu dari satu anak itu menggeleng tanpa menyahut, jelas sekali berbohong. Wajahnya menyiratkan kalau istrinya merasakan sesuatu yang luar biasa. "Maaf, tadi nggak ada maksud," katanya sembari mengangkat tubuh istrinya begitu saja. Tsabi terk
Read more
Bab 115
Tsabi terjaga saat mendengar rengekan Zayba. Perempuan itu langsung membuka matanya, lalu menyingkirkan tangan Shaka yang melingkar indah di pinggangnya. "Haus ya sayang," gumam wanita itu seraya menimangnya. Langsung memberikan ASI dari sumbernya. Beberapa kali Tsabi menguap, terkantuk-kantuk sembari menyusui putrinya yang nampak langsung diam menikmati sumber air kehidupannya. "Sayang, Zayba bangun?" tanya Shaka ikut terjaga. Menyadari guling hidupnya telah hilang, dia langsung membuka mata. "Hmm," jawab Tsabi hanya dengan gumaman. Shaka mengamatinya seraya berbaring, tangannya terulur memeluk kaki atas istrinya. Sementara Tsabi baru saja melepas miliknya dari bayi mungilnya. Lebih dulu menyendawakan sebelum akhirnya kembali membaringkan Zayba di sampingnya. Tsabi tidak mengembalikan ke ranjang baby, melainkan membaringkan Zayba di dekatnya. Memeluk dengan nyaman, hingga bayi itu lelap kembali. Shaka juga sama, ikut merapat mempertemukan tubuh dan punggung istrinya tanpa seka
Read more
Bab 116
"Aku kira kamu tidak akan datang memenuhi undangan paman," kata pria paruh baya itu menyambut kedatangan Shaka. Ia beralih menatap Tsabi di sebelah Shaka dengan dingin. "Aku pasti datang, paman, bukankah memenuhi sebuah undangan itu suatu keharusan," jawab Shaka santun. Menunduk hormat, diikuti Tsabi mengatupkan kedua tangannya sopan. Kali ini dia tidak membawa Zayba, sengaja menitipkan ke ummi karena memang ada urusan menemani Shaka. Mereka akan menjemputnya nanti usai dari bepergian. "Ya, kamu benar, silahkan duduk Shaka, walaupun kamu agak terlambat sedikit dan membuat paman menunggu, tapi tidak masalah. Paman mentolerir hal itu.""Terima kasih paman," jawab Shaka sembari membimbing istrinya agar duduk di sebelahnya. Seorang pelayan nampak langsung menjamu pasangan yang baru datang itu. "Shaka, apa kamu butuh pengawal, kenapa sekarang ke mana-mana terlihat membawa Tsabi?" tanya paman kurang respect dengan gadis di sampingnya, yang menurutnya membawa pengaruh besar bagi Shaka.
Read more
Bab 117
Shaka langsung menuntun Tsabi pamit. Keluarganya benar-benar keterlaluan membahas hal se sensitif ini di depan istrinya. Apakah mereka tidak punya perasaan? Tidak tahu saja bagaimana perjuangan Shaka untuk mendapatkan Tsabi kembali. Hanya orang bodoh yang mau menuruti kemauan mereka. "Shaka!" Angel berjalan cepat menghampiri keduanya yang melangkah keluar. Langkah Tsabi dan juga Shaka terhenti. Pria itu tak melepaskan tautan tangannya sedikit pun. Menoleh hingga menghadap wanita yang sudah Shaka anggap sebagai saudaranya. "Maaf Ka, kenapa pergi begitu saja. Janganlah diambil hati perkataan ibumu. Dia bahkan datang jauh-jauh hanya niat pulang ingin melihatmu. Tidakkah kamu ingin berdamai dengannya.""Maaf Angel, aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Aku juga tidak akan memberikan harapan apa pun. Aku menghormati kamu, mommy, dan juga paman. Mereka adalah keluarga, tapi jika berniat menghancurkan rumah tanggaku, maaf, sekali lagi, aku tidak akan lagi berurusan dengannya.""Tante
Read more
Bab 118
"Zayba sudah bobok? Digendong saja, pulang sayang," ujar Shaka mengkode istrinya. "Iya Mas, bentar." Tsabi menuju kamar ibunya. Baby Zayba bobok di kamar utinya. "Ummi, Tsabi mau pulang, maaf jadi ngerepotin sampai malam," ujar perempuan itu menemuinya ke kamar. "Kenapa nggak nginep saja Tsa, kasihan Zayba lagi lelap," kata Ummi menyayangkan. Cucunya seperti anak bontot, sudah sehati, saat mau kembali, Ummi mendadak kesepian. "Besok-besok main lagi ummi, sekarang pulang dulu," kata Tsabi pamit. Perempuan itu menggendong Zayba yang masih lelap. Pamit dengan orang-orang rumah. "Hati-hati di jalan sayang, kalau perlu bantuan ummi buat jagain Zayba, jangan sungkan. Ummi banyak waktu," katanya berpesan. Tsabi mengangguk mengiyakan, tak lupa memberikan buah tangan yang tadi sempat dibeli Shaka. Keduanya pulang cukup malam. "Kangen banget sama bayi mungilnya abi." Shaka mencium lebih dulu bayi mungil dalam gendongan istrinya sebelum menyalakan mesin mobil. "Ish ... jangan digemesin M
Read more
Bab 119
"Mas, Zayba rewel." Tsabi memberi jarak, dia tidak berkonsentrasi menikmati sentuhan Shaka yang baru saja dimulai. Pikirannya makin buyar kala rengekan itu semakin jelas tertangkap rungunya. Pria itu pun spontan menghentikan kegiatan nakalnya. Agak tidak rela saat Tsabi beringsut turun meninggalkannya. Namun, baby Zayba yang menangis membuat Tsabi cepat-cepat melangkah. Shaka mengekor istrinya ke kamar utama. Benar saja, Zayba terbangun. Bayi mungil itu menangis begitu saja. Tsabi langsung menggendongnya, belum lama Zayba baru saja minum ASI tentu masih kenyang. Rupanya bayi comelnya perlu diganti pampersnya. Dia merasa risih sebab pup. Membuat Tsabi buru-buru menurunkan Zayba dan membersihkannya agar bayi mungil itu kembali merasa nyaman. "Pantesan rewel, kamu nggak nyaman sih," kata Tsabi sembari mengganti diapersnya. Baby Zayba langsung terdiam begitu diganti dengan yang bersih. Rupanya memang merasa tidak nyaman, jadi protes. Sementara Shaka masih menunggunya, mengamati kedua
Read more
Bab 120
"Gimana? harus jujur, nggak boleh bohong?" tanya Tsabi begitu Shaka mencicipi hasil masakannya. "Enak kok, jujur, kamu makin pintar saja memanjakan perut suami," jawabnya sembari mengunyah. "Kalau suka, besok aku masak lagi. Atau kalau nggak, Mas bisa request makanan kesukaan Mas biar aku masakin.""Aku pasti makan masakan kamu sayang," kata Shaka benar adanya. "Mas, minggu depan cutiku habis. Aku sudah mulai mengajar lagi. Zayba gimana ya? Aku titip di ummi nggak pa-pa? Atau cari orang buat ngasuh Zayba. Pagi sampai sore saja, setelah aku pulang, aku urus sendiri.""Emang harus berangkat lagi ya." Shaka agak kurang suka kalau istrinya bekerja. Terlebih baby Zayba butuh pengasuhan ibunya. Namun, ia juga tidak semata-mata melarangnya. Biar bagaimanapun, pekerjaan Tsabi menyangkut orang banyak dan mengenai tanggung jawabnya. "Iya Mas, kan cuma cuti tiga bulan. Kamu ngebolehin kan?""Biar Zayba sama aku saja. Nanti sambil jagain toko, aku bisa kok," jawab Shaka spontan membuat Tsabi t
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status