Semua Bab Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu: Bab 151 - Bab 160
268 Bab
Bab 151. Niat Terselubung
"Aku sungguh bahagia," ucap Arjuna ketika kedua mempelai itu telah kembali berada di pelaminan. Setelah mereka kembali di make up dengan riasan baru dan gaun pernikahan yang baru."Aku juga begitu, Kak." Rara pun tak bisa. Menyembunyikan rasa bahagia itu. Pasangan yang begitu serasi itu pun saling berpegangan tangan. Hari ini memang sudah sore, sudah begitu banyak tamu undangan yang hadir untuk memberikan selamat.Daffa dan Bella pun malah sudah tertidur terlebih dulu di kamar hotel bersama dengan para pengasuhnya. Karena kecapekan berlarian sepanjang hari. "Bu Endang ... Kak Sarah." Rara berkata dengan begitu lirih ketika melihat kedua orang anggota keluarga Nizam itu datang. "Akhirnya mereka datang juga."Arjuna mengeryitkan kening dan melihat ke arah Rara memandang. Raut wajah bahagia itu pun berubah menjadi dingin. "Kenapa mereka harus datang kesini?" Nampaknya Arjuna tak begitu suka dengan kedatangan kedua orang itu, berbanding terbalik dengan Rara. "Aku yang mengundang merek
Baca selengkapnya
Bab 152. Perasaan Seorang Ibu
"Ibu seharusnya tak berlaku seperti itu tadi." Ketika sudah berada di dalam mobil taksi online, Sarah pun meluapkan rasa kekesalan hatinya pada sang ibu. "Itu sangat memalukan Bu."Endang sejak masuk ke dalam mobil itu hanya diam sambil bersedekap dada dengan wajah yang ditekuk. Sepertinya wanita paruh baya itu masih enggan untuk menanggapi omelan Sarah. Tetapi melihat ibunya yang hanya terdiam itu, tentu saja membuat Sarah makin kesal. "Bukankah kemarin aku sudah bilang, jika ibu nggak tenang. Maka lebih baik kita nggak usah datang ke resepsi pernikahan Rara itu," ucap Sarah kembali dengan sedikit emosi. "Kalau sudah begini, apa yang dipikirkan orang orang tentang kita Bu? Terlebih Rara. Dia pasti menganggap jika kita ini masih saja jahat seperti dahulu.""Terserah mereka mau berpikiran kita masih jahat atau apa, hal itu tak masalah bagi ibu." Endang kali ini menjawab dengan begitu cepat. "Ibu hanya ingin Nizam bisa bebas."Ternyata benar, apa yang ada di pikiran Endang emang tak ja
Baca selengkapnya
Bab 153. Jangan Terlambat
"Seharusnya para sampah itu tadi tak usah diperbolehkan masuk kesini!" Handi yang juga masih terus nampak emosi meski Endang dan juga Sarah sudah diusir pergi dari gedung pernikahan mewah itu. "Hanya membuat rusuh saja."Geram sekali lelaki tua itu karena kedatangan keluarga Nizam itu. Karena ulah Endang yang memang mau tak mau menjadi sorotan para tamu undangan yang kebanyakan orang papan atas itu."Sudahlah, Pa. Mereka kan sudah pergi." Rudi yang berdiri tepat di samping Handi, dengan tangan berada di saku celana, sebenarnya juga masih nampak emosi, hanya saja dia seperti bisa mengontrol emosi di tempat ramai ini."Memang para sampah itu sudah pergi, tetapi tetap saja akan menjadi perbincangan." Seperti biasa, Handi pun tetap keukeuh dengan pendiriannya. "Tak punya malu padahal ini kan di tempat umum. Siapa sih yang membiarkan mereka masuk?" Yasmin yang berada tepat di samping Rudi pun angkat bicara setelah menghela nafas panjang. "Rara yang telah mengundang mereka, Pa." Wanita be
Baca selengkapnya
Bab 154. Kamu Surgaku
"Ah ... sungguh capek rasanya!" Arjuna langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur empuknya yang memang begitu nyaman. "Apa kamu nggak capek, Sayang?" tanya Arjuna sambil matanya memandang langit langit kamar yang penuh dengan hiasan itu.Pihak WO lah yang paling berjasa menghias kamar pengantin itu menjadi begitu cantik. Ada aroma romantis yang menguar menusuk hidung. Yang pasti, begitu jauh berbeda dengan penampilan kamar Arjuna biasanya yang begitu terkesan maskulin dan kaku."Sayang ... mengapa kamu diam saja?" Arjuna pun bangkit dan kemudian duduk di samping Rara yang juga duduk dengan riasan yang masih lengkap. "Maafkan Rara ya, Kak." Rara memasang wajah yang ditekuk."Maaf? Maaf kenapa?" Arjuna kepo, tentu di malam pertama ini, dia tak ingin pengantinnya berwajah sendu. "Apa ada hal yang tidak benar?" tebak Arjuna karena Rara tak kunjung memberikan jawaban. "Karena ... ya karena itu tadi. Aku datang bulan dan tak bisa memberikan malam pertama yang indah pada Kak Juna. Sung
Baca selengkapnya
Bab 155. Sebelum Menutup Mata
Dua minggu kemudian."Papa ... besok kalau liburan, kita jalan jalan ke Jepang lagi ya," ucap Daffa dengan begitu bersemangat saat sarapan pagi ini.Arjuna sembari menyesap susu hangatnya pun segera menganggukan kepala. "Tentu, Sayang.""Asyik! Kita akan jalan jalan lagi Bell!" Daffa yang begitu bahagia langsung mengabarkan hal tersebut pada Bella, yang duduk di sampingnya."Asyikk!" Bella juga nampak kegirangan. "Bella mau ambil bunga sakura yang ... banyak!" Gadis kecil yang saat ini nampak begitu cantik itu, pun begitu antusias.Dua hari yang lalu, mereka semua memang baru saja pulang dari negeri sakura itu. Arjuna dan Bella memang menjatuhkan pilihan pada negeri ninja itu untuk acara bulan madu. Selama satu minggu mereka berada disana.Sebenarnya Yasmin tak memperbolehkan anak anak untuk ikut. Tetapi malah Arjuna dan Rara yang kekeh mengajak mereka. Bukan karena mereka tak bisa melakukan hubungan suami istri, karena Rara masih datang bulan, tetapi karena bagi pasangan pengantin
Baca selengkapnya
Bab 156. Melebihi Ekspektasi
Bab 156"Selamat pagi Nona. Eh ... maaf. Nyonya Rara."ucap Linda yang kemudian menunduk dan meminta maaf. Rara terkekeh melihat hal itu. "Pagi Linda. Sepertinya memang harus mulai dibiasakan ya." Pagi ini, setelah dua minggu Rara memang baru masuk ke kantor lagi hari ini. Sedangkan kemarin memang semua hanya dihandle oleh Linda. Rara hanya menerima laporan saja."Apa deadline hari ini, Lin?" Rara kembali bertanya sambil menyenderkan kepalanya di kursi."Pagi hari tidak begitu sibuk, Nyonya. Hanya nanti siang sekira pukul 11 ada meeting dengan Mandiri Corp." Linda dengan cermat membacakan agenda Rara hari ini.Rara menganggukkan kepalanya. "Oke. Terima kasih." Rona kebahagiaan terlihat dengan jelas di wajahnya. Seperti sebuah impian yang menjadi nyata, semua kini terwujud dan ada dalam gengamannya. Menjadi seorang CEO yang sukses, mempunyai keluarga yang utuh dan juga memiliki seorang suami yang begitu mencintainya.Bahkan dulu ketika hidup sebagai istri dari Nizam, dia sudah perna
Baca selengkapnya
Bab 157. Masih Pengantin Baru
"Selamat siang Nyonya Arjuna Pranama. Apa saya boleh masuk?" Arjuna menyembulkan kepalanya di pintu ruangan kantor Rara sambil tersenyum menampakkan gigi putihnya.Rara kaget dan sontak tersenyum, sedangkan Linda yang kini berada di dalam ruangan itu juga nampak menjadi kikuk."S-saya permisi dulu, Nyonya." Linda mulai membereskan dokumen dan berjalan sedikit menjauh dari meja kerja Rara."Santai saja Linda. Apa semua sudah selesai?" Rara nampak masih tenang saja."Untuk saat ini sudah Nyonya. Tidak ada lagi sampai esok hari." Tangan cekatan Linda kini membawa semua dokumen."Oke, kalau begitu terima kasih banyak ya."Linda mengangguk dan keluar dari ruangan itu setelah menunduk juga pada Arjuna yang tadi bediri tak jauh dari pintu."Sudah selesai?" Arjuna berjalan mendekati sang istri dengan wajah sumringah. Pria itu kemudian menatap Rara penuh cinta. "Kamu begitu cantik, Sayang."Seperti tak sadar Arjuna berkata seperti itu, saat Rara belum menjawab . Seperti terhipnotis pada wanita
Baca selengkapnya
Bab 158. Permintaan yang Sama
"Ini tentang Raja, Ra. Harus bagaimana lagi sih agar aku bisa mendapatkan hatinya?"Rara malah tertawa mendengar curhatan dari sahabatnya itu. "Eh ... Kok kamu malah ketawa sih, Ra?" ucap Stella dengan wajah kesal.Rara masih terbahak sambil menutup bibirnya. "Ya karena kamu lucu sih, Stell. Mana nih yang katanya Stella si penakluk pria? Baru segini doang udah mau nyerah. Cemen banget ih!"Stella menghembuskan nafasnya kasar sembari memutar bola matanya dengan malas. "Jahat banget sih kamu, Ra. Mentang mentang udah dapat sekelas Arjuna!" seru Stella sambil menyilang akan kedua tangannya di dada.Rara kembali terkekeh dan sesaat kemudian menjawil dagu Stella yang lancip. "Ya ampun .. gitu aja kok pakai ngambek segala sih cantik. Sensi amat. Lagi dapet?" Rara kembali menggoda Stella.Selama bertahun-tahun mereka menjalin hubungan pertemanan, baru kali ini memang Rara melihat seorang Stella galau karena cinta seorang pria.Padahal sejak SMA dulu, justru Stella lah yang paling sering me
Baca selengkapnya
Bab 159. Akhirnya...
"Apa kamu baik-baik saja Sayang?" Arjuna nampak begitu panik saat ini. Rara menganggukkan kepala dan tersenyum tipis. "Sepertinya hanya masuk angin dan kecapekan saja," jawab Rara yang kemudian langsung beranjak ke ranjang.Tenyata jawaban dari Rara itu tak memuaskan rasa penasaran Arjuna. Pria itu masih nampak begitu panik. "Mau minum obat? Apa mau aku pijit? Atau mau dipanggil kan dokter?" Arjuna mengikuti sang istri yang sudah berbaring di ranjang.Rara menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Kak. Sepertinya aku hanya perlu istirahat.""Tentu ... Aku akan terus menemani kamu Sayang." Setelah membenarkan selimut dan mengecup kening Rara, Arjuna pun ikut berbaring di samping sang istri sambil memeluk dari belakang. "Istirahatlah, Sayang. Aku mencintaimu."Saat tadi Rara mual dan lari kembali masuk ke dalam rumah, Arjuna baru saja keluar dari kamar anak anak. Dia dan juga Handi langsung panik melihat kondisi Rara. Hanya saja Rara terus meyakinkan kedua pria tersebut jika dia hanya sed
Baca selengkapnya
Bab 160. Kado Ulang Tahun Terindah
"Akhirnya ... Aku bisa segera mewujudkan impian semua orang."Ya ... tadi ketika ke apotik Rara memang membeli beberapa alat test kehamilan. Bukan hanya satu, tapi kali ini tiga alat sekaligus dengan merek dagang yang berbeda langsung dicoba oleh Rara."Kak Juna dan anak anak pasti sangat bahagia nanti." Rara memejamkan matanya karena merasa begitu bahagia.Karena sudah pernah hamil sebelumnya, sedikit banyak Rara mengerti tanda tanda kehamilan. Sudah sehari memang dia telat datang bulan. Lalu ketika rasa mual itu mulai melanda, Rara pun menjadi semakin yakin. Tetapi dia tetap tak mau gegabah sebelum mengecek, akhirnya apa yang dia pikirkan kini telah menjadi kenyataan."Linda, tolong bilang ke ibu kantin untuk mengratiskan semua makan siang para karyawan hari ini. Semua makanan yang tersedia dihitung saja." Rara yang baru saja keluar dari toilet langsung memberikan tugas untuk Linda.Seperti biasa Linda langsung mengangguk. "Dalam rangka apa ini Nyonya?" Tetapi tak ayal dia juga pen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status