Semua Bab Tergoda Rayuan CEO Muda: Bab 21 - Bab 30
117 Bab
21. Kenapa?
Happy Reading*****Injakan yang cukup keras pada kaki seseorang itu menghasilkan sebuah sura protesan. "Aduh, Mbak Ning penganiayaan," kata orang yang kakinya diinjak Wening. Tangan si gadis terlepas dari wajah sang akuntan. Dia memegang jari-jari kakinya yang terinjak sepatu oleh Wening. Memajukan bibir dia mengepalkan tangan dengan mata melotot.Gadis berjilbab hitam tersebut berbalik. "Kapok," kata Wening, "suruh siapa ngagetin gitu."Wening mencebikkan bibirnya, lalu tersenyum manis ketika tahu siapa yang mengerjainya tadi. Sudah lama dia tidak bertemu dengan gadis jahil itu."Ih, padahal sudah lama nggak ketemu. Maksudku kan buat kejutan, masih ingat tidak sama tangan halus milik sepupu cantikmu ini," kata gadis berjilbab matcha yang berkulit kuning langsat. Dia adalah putri semata wayang sang Paklik yang bernama Silvia Mufidah. "Mbak Ning, nggak asyik," ucap Silvi, tetapi tangannya meraih pegangan koper yang berada di tangan kakak sepupunya."Siapa nyuruh nutup matanya, Mbak.
Baca selengkapnya
22. Pikiran Aneh
Happy Reading*****Silvia mencubit kecil lengan kanan Wening karena sang sepupu sama sekali tidak merespon perkataannya."Aduh," ucap Wening merasa cubitan Silvia menyakitinya. "Ish, kamu kebiasaan deh. Main cubit-cubit saja. Sakit tahu. Coba sini, Mbak yang cubit. Biar kamu tahu rasa sakitnya."Silvia berjalan mendahului Wening. "Mbak itu bengong saja. Apa sih istimewanya cowok itu. Sejak di terminal tadi selau bengong lihat dia. Jangan-jangan Mbak Ning naksir dia, ya." Memainkan kedua alis, menggoda sang sepupu.Wening mencebik. "Ngomong apa kamu, Dik. Ayo cepet masuk dan pesankan Mbakmu ini es yang bisa menghilangkan rasa penasaran." Salah satu pegawai yang berada di pintu kafe membungkuk hormat dan berkata, "Selamat datang di kafe WEFA. Silakan mencari meja dan memesan minuman serta makanan kami." Pegawai itu menunjuk dengan tangannya pada deretan meja yang masih kosong."Terima kasih, Mbak." Silvia melempar senyuman pada pegawai kafe tersebut."Ramah banget pegawainya, Vi," kat
Baca selengkapnya
23. Misteri Sosok Fandra
Happy Reading*****Catra menarik garis bibirnya. Menggelengkan kepala dan menaikkan jari tengah dan telunjuk, sedangkan tiga jari lainnya melingkar di bawah. Tangan Catra membentuk huruf v mengarah pada Wening dan juga Silvia."Eh, kok malah minta maaf. Belum juga jawab pertanyaan kami," kata Silvia, "Duduk dulu, deh, Mas. Terus ceritakan. Bagaimana Mas Catra bisa tahu nama sepupuku ini.""Jangan sekarang, deh, ngobrolnya. Ada big bos yang sebentar lagi ngumpul. Nggak enak kalau tahu aku duduk sama kalian berdua apalagi ada Mbak Wening." Perkataan Catra membuat Wening mengerutkan kening. Cowok itu seperti sudah lama mengenalnya. Namun, ingatannya tidak mungkin lupa begitu saja jika memang mereka pernah mengenal satu sama lain."Aku nggak ramah sama cowok yang baru ketemu seperti kamu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Mengapa di setiap kalimatmu seperti sudah sangat mengenalku," kata Wening."Gimana nggak kenal kalau fotonya Mbak banyak nempel di dinding ruangan si bos." Seketika
Baca selengkapnya
24. Hari Pertama
Happy Reading*****"Anu apa sih, Nduk," jawab istri dari Paklik Wening yang bernama Damayanti. "Bapak juga aneh tanyanya. Orang tersenyum tandanya bahagia atau ada yang lucu. Kenapa malah diinterogasi macam maling yang ketangkap nyolong saja.""Bukan begitu, Bu. Mas Mahmud sudah mempercayakan Nduk Ning sama kita. Bapak cuma nggak mau saja sampai kejadian lagi dia patah hati," kata Rahmat yang tak lain adalah adik kandung Mahmud.Wening harus berterima kasih pada bibinya. Kali ini, dia terselamatkan dari interogasi Rahmat yang sama-sama posesif seperti Mahmud pada putri-putri mereka."Iya, Ibu ngerti, tapi Nduk Ning ini kan baru datang dan butuh istirahat. Masak langsung mau diinterogasi, Pak. Lagian, dia bukan anak ABG yang harus kita awasi selama 24 jam," bela perempuan yang seringnya dipanggil Yanti. "Sudah kita masuk dulu. Sudah mau magrib ini."Rahmat tidak lagi bisa berkutik jika istrinya sudah mengomel seperti itu. Sang kepala keluarga terpaksa masuk rumah lebih dulu. Berjalan
Baca selengkapnya
25. Kesan Pertama
Happy Reading*****"Maaf." Suara si gadis bergetar. Baru hari pertama, Wening sudah membuat kesalahan. Menggerakkan tangan kirinya sehingga arloji yang dia kenakan terlihat, si gadis tersadar jika memang dia sudah terlambat lima menit. Padahal di parkiran tadi, dia melirik arlojinya masih belum jam masuk kantor.Apa mungkin karena tadi naik tangga pelan-pelan atau ngobrol di lobi dengan resepsionis yang terlalu lama. Entahlah, Wening menjadi bingung sendiri mengapa bisa sampai terlambat lima menit. "Aku tidak butuh maafmu. Silakan perbaiki kinerja mulai besok," kata sang atasan. "Pak Hartawan sudah merekomendasikan dirimu sebagai karyawan teladan dan loyal terhadap perusahaan, tapi kenapa sekarang kinerjamu menurun.""Saya sudah mengatakan maaf dan berjanji nggak akan mengulangi lagi. Di pintu masuk garmen tadi saya belum terlambat," bela Wening. Dia masih menundukkan pandangan. Sementara sang atasan yang bernama Ibra Adyatma Ramadan menatapnya intens. Makin lama menatap gadis di
Baca selengkapnya
26. Hari yang Melelahkan
Happy Reading.*****Sepeninggal sang atasan, Wening mulai membaca satu per satu berkas lamaran kerja di hadapannya. Ada sekitar lima puluh orang pelamar. Gadis itu memperkirakan tidak akan sanggup jika harus membacanya satu per satu dan selesai pas jam makan siang. Mencoba menghubungi Ibra lewat interkom, Wening belum tahu nomor ruangan lelaki itu. "Bagaimana ini? Apa sebaiknya aku ke ruangan beliau langsung, ya?" kata Wening bergumam sendirian.Melirik arloji di pergelangannya, Wening memutuskan untuk memilih beberapa nama yang masuk sesuai dengan pengalaman si pelamar. Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Gadis itu tanpa sadar larut dalam tumpukan berkas lamaran. Hingga interkom yang ada di ruangannya berdering."Astagfirullah," ucap Wening, kaget. Menetralkan degup jantungnya beberapa saat. Gadis itu kemudian mengangkat panggilan. "Halo, di sini Wening. Ada yang bisa dibantu?" tanyanya sesuai dengan prosedur setiap perusahaan saat mengangkat telepon."Sudah selesai k
Baca selengkapnya
27. Hari yang Melelahkan 2
Happy Reading*****Wening melongo, sekali lagi atasan barunya itu mengajaknya sport jantung. "Jika seperti ini terus, bisa mati muda aku," gumamnya.Tak ingin menunda menyelesaikan masalah. Wening menghubungi Bella lewat interkom. Berkali-kali berdering, tak juga terangkat panggilannya. Wening mulai khawatir berdiri dari tempat duduknya. Dia berniat turun dan menemui Bella secara langsung.Namun, baru kakinya selangkah meninggalkan ruangannya. Wajah Bella terlihat keluar dari ruangan Ibra. Wening melambaikan tangan. "Ada apa, Mbak? Kenapa mukanya tegang gitu?" kata gadis berambut cokelat tersebut."Gara-gara kamu, nih. Aku kenak semprot lagi sama Pak Bos. Kenapa lama sekali ngantar makan siang sampai jam istirahat selesai," kata Wening."Maaf, deh, Mbak. Tadi, pas beli pesanannya Pak bos, aku ketemu temen lama. Ngobrol ngalor ngidul jadinya sampai jam istirahat selesai." Bella menampilkan senyuman bersalah pada teman barunya."Ish, kamu ini. Kalau kelamaan ngobrol, rawonnya dingin,
Baca selengkapnya
28. Buat Pusing Saja
Happy Reading*****Dua lelaki dengan tinggi hampir sama itu terdiam. Mereka enggan menjawab pertanyaan Wening. Saling menatap karena takut jika gadis yang berada di tengah-tengah mereka akan membenci jika mengetahui fakta yang sebenarnya.Wening mulai tak sabar, dia menghentakkan kaki merasa kesal dengan sikap keduanya. "Oke, kalau nggak ada yang mau menjawab pertanyaanku. Aku juga ngak peduli kalau kalian saling kenal atau nggak. Permisi," katanya dan segera keluar dari gedung tempatnya bekerja. Sesampainya di halaman parkir sudah ada Silvia yang menunggu sepupunya itu. Melihat wajah muram Wening, si adik bertanya, "Kerjanya melelahkan, Mbak? Mukanya kusut banget." Sepupunya itu cuma diam. Kentara sekali jika suasana hatinya buruk. Menyerahkan helm pada Wening, Silvia mulai menjalankan kendaraan roda duanya."Cerita, dong, Mbak. Ada apa? Kalau wajahnya si princes ditekuk-tekuk begini. Aku yang bakal kena interogasi sama Bapak," kata Silvia di tengah perjalanannya menuju rumah. "Nd
Baca selengkapnya
29. Getar Aneh
Happy Reading*****Silvia menatap saudara sepupunya. "Kenapa masih membela dia, Mbak? Cowok ini kan yang sudah buat Mbak Ning nangis?"Fandra menarik sebelah garis bibirnya. Bukan meremehkan perkataan gadis yang mencengkeram kerah kemejanya, tetapi merasa bahagia karena Wening menangis karenanya. Pertanda, gadis itu mulai memikirkan keberadaannya di dalam hati. Begitulah pikiran Fandra."Vi, sudahlah. Fandra nggak ada kaitan sama sekali dengan apa yang aku alami." Wening memegang lengan sepupunya. Menatap Silvia penuh permohonan. "Kita pulang sekarang. Paklik pasti sudah menunggu di rumah."Mendengar nama sang bapak disebut, Silvia mengendurkan cengkeramannya. Lalu, segera mengajak Wening pulang. Meninggalkan Fandra beberapa langkah, saudara sepupu Silvia itu berbalik untuk menatap si lelaki. Ada begitu banyak pertanyaan dalam benak Wening.Mengetahui Wening berbalik untuk menatapnya, Fandra melambaikan tangan. Mengecup telapak tangannya sendiri dan meniupkannya pada si gadis. Wenin
Baca selengkapnya
30. Kartu Undangan
Happy Reading*****Genap sebulan, Wening bekerja di bawah pimpinan Ibra. Sebulan itu pulalah dia selalu mendapat tekanan dalam pekerjaannya. Omelan Ibra, hampir setiap hari mampir di telinga gadis berkulit kuning langsat dengan tahi lalat di leher kanannya itu.Wening juga tidak mengerti dengan tingkah Ibra itu. Terkadang dia baik, tetapi lebih banyak jahat dan jahilnya. Andai tak ingat jika Wening harus bertahan di tempat itu karena tak ingin kembali sekantor dengan Fahri, mungkin sudah sejak lama dia mengundurkan diri. Menghela napas panjang ketika mengingat semua itu. Wening mengaduk teh yang dibuatnya. Meminum minuman hangat berwarna kemerahan yang cukup pekat untuk menenangkan pikiran."Kena omel lagi, Mbak?" tanya Bella, resepsionis yang menjadi teman Wening sejak pindah di garmen cabang. Gadis itu melihat sang akuntan dengan wajahnya yang terlihat lemas."Ya, begitulah," jawab Wening. Dia kembali menyesap teh yang dibuatnya."Betah banget, sih, Mbak. Kalau aku sudah lari nyar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status