All Chapters of MENJADI ISTRI DADAKAN CEO AROGAN: Chapter 61 - Chapter 70
101 Chapters
Emosi Meledak
“Benar?” Daza segera memastikan apa yang dirinya katakan tersebut.Dianggukkannya kepalanya dengan pelan, namun yakin untuk membuat Daza percaya akan yang dia katakan tadinya.Daza pun kembali hanya bisa berpasrah saja setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lavendra. Dia sepertinya memang sudah tidak melawan sama sekali, makanya sekarang dia jadi sedikit merasa tidak nyaman sama sekali.“Kalau begitu apa kamu bisa menahan diri dulu sementara?” tanya Daza kepadanya.Tentu saja mendengarnya membuat Lavendra sedikit kaget, dia langsung melihat ke arah Daza dan menanyakan maksud dari pertanyaannya tersebut.“Maksudnya?”“Iya, aku harus meeting dengan klien penting yang tidak bisa diganggu sama sekali. Aku takut selama meeting nanti kamu malah kenapa-napa,” jawab Daza.Lavendra langsung paham. “Tenang, aku bahkan bisa menahannya sampai sore, hehe,” jawabnya seraya sedikit cenge
Read more
Situasi Memanas
Lavendra tidak mau kalah begitu saja. Wanita ini mencari masalah dengan terang-terangan kepada dirinya, jadi dirinya sudah tidak akan mundur lagi.“Kenapa? Kamu suka perkelahian, kan?” Lavendra bertanya dengan emosi yang sudah meluap.Buru-buru Rosa bangun dari jatuhnya meski mejanya sudah tidak tahu berada di posisi seperti apa lagi. Belum lagi komputernya langsung tidak berbentuk secara mendadak karena terjatuh dengan sangat berat sekali.“Kamu!” Dia lebih dulu meninggikan suara ketimbang langsung bangun dari jatuhnya tersebut.Kelihatan jelas bahwa Rosa sangat kelelahan dan juga tampak jelas dia merasa kesakitan karena serangan dari Lavendra yang sangat jelas menyerangnya tersebut.“Bisa-bisanya…, Lavendra yang jadi istri Daza sekasar ini? haha, kasihan sekali Daza,” ucapnya.Ternyata dia tidak berhenti sama sekali meski sudah dipukul oleh Lavendra. Dia masih mencoba mencari masalah kepada Lavendra ini dengan lebih memancing emosi dari Lavendra.“Kenapa? Kamu tidak suka? Tidak sena
Read more
Bawa-bawa Orang
Langsung kaget Rosa mendengar ucapan dari Daza yang menyebut nama salah satu mantan yang merupakan pria terakhir yang dimana dia adalah orang yang paling sempurna yang dulu dirinya kenal dengan sangat baik.Seketika Rosa menggigit ujung bibirnya setelah mendengar Daza menyambat nama seseorang yang bagi diri Rosa dulu sangat lah penting.Lavendra yang ada di sebelah Daza menyiku pelan pinggang Daza, “Siapa Gio?” tanya Lavendra sambil mengerutkan dahi setelah suaminya menoleh kepadanya, dengan suara yang sangat pelan sekali.“Mantan pacarnya. Aku berteman dengannya, jadi aku tahu,” jawab Daza.Lavendra hanya bisa menganggukkan kepala mendengarnya. Ternyata jangkauan pergaulan Daza sampai ke sana. Luar biasa. Atau harusnya Lavendra memuji Rosa karena mengenal salah satu teman Daza yang pastinya bukan orang sembarangan juga?Rosa tampak gemetar selama beberapa saat. Bola matanya tidak henti-hentinya menunjukkan kepanikan mendalam, dan mencoba melihat ke segala arah karena merasa tidak ta
Read more
Hobi Daza 1
Lavendra senang mendengarnya. Mertua dan iparnya menyukai brownies buatanya saja sudah sangat syukur sekali. Tak henti-hentinya dirinya tersenyum saat melihat mereka senang.“Kamu belajar membuatnya dimana? Kamu tidak mau buka toko saja? Laku lho kalau rasanya seperti ini,” ujar dari Diana yang memujinya secara berlebihan.“Haha, aku belajar dari desa awalnya, lalu saat kuliah aku ambil kelas. Tapi, terima kasih sudah memuji sampai seperti itu,” Lavendra membalas.“Sungguh, aku tidak bohong sama sekali. Ya kan, ma?” Diana mengajak mamanya berbicara, “kalau buka toko, pasti bisa laris manis,” sambungnya.“Iya Nak, kamu tidak mau coba?” tanya mama mertua.Lavendra hanya bisa tersenyum tipis menanggapi ucapan mereka tersebut. Rasanya sakit sekali dadanya mendengarkan perihal dirinya yang disarankan membuka toko tersebut.Memang siapa yang tidak mau? Lavendra hanya terus merasa ragu dengan dirinya sendiri. Banyak ketakutan yang sudah membuatnya tidak berani melangkah lebih dulu ketimbang
Read more
Hobi Daza 2
Merasa mendapatkan pujian daritadi tak membuat Lavendra besar kepala, karena ini bukan sesuatu yang pantas Lavendra sombongkan, makanya dia sangat merasa malu karena mama mertuanya terus memujinya tiada hentinya.Daza yang melihatnya juga merasa penasaran, ia kemudian ikut menyicipi kue kering tersebut. Satu gigitan dilakukan oleh Daza. Wajahnya yang tadi lusuh dengan tatapan lemas dan juga kelelahan tersebut langsung berubah menjadi seringai semangat dan juga kesenangan.“Enak!” ucapnya.“Kan? Mama bilang juga apa. Kalau mama bantu kamu pikir rasanya akan sama?” Mama memberitahukannya.Daza melihat ke arah mamanya sendiri dengan tatapn paling datar, yang berbeda dari sebelumnya, “Mengingat kalau kue buatan terakhir mama terasa seperti ampas, Daza yakin mama akan merusak rasanya,” sahut Daza.Bukannya memperhalus ucapannya dan menghibur sang mama, Daza yang begitu jujur justru membuat mama yang semula kesenangan tersebut berubah menjad naik pitam.“Apa kamu bilang?! Ampas?!” Mama ters
Read more
Salah Paham
Selama seharian penuh, Lavendra merasa sangat sesak sekali. Ia tidak bisa merasa tenang dari tadi setelah mendengar kabar tersebut dari mertua dan juga iparnya tersebut. Terlebih, Daza tidak mengatakan apa-apa sama sekali kepadanya.Padahal Lavendra sangat berharap dengan Daza bahwa semua alat tersebut bisa digunakan kembali. Atau paling tidak diberi kepada orang yang perlu saja. Cat dan kuas sebanyak itu juga siapa yang akan menghabiskannya, kan?Bahkan, dirinya tak lagi menyapa Daza saat mereka di rumah. Padahal mereka berada di dalam satu mobil, tapi, tidak sedikit pun Lavendra mau membuka obrolan, atau paling tidak menggubris Daza yang berusaha mengajaknya berbicara.“Honey…, anything wrong?” tanya Daza seraya memeluknya dari belakang.Lavendra masih terdiam tak bisa banyak bicara. Ia masih kesal dan juga sedikit tidak senang. Rasa-rasanya kalau bisa marah sekali pun, Lavendra merasa sekarang itu bukan waktunya lagi.“Dari tadi kamu terus mengabaikanku. Kalau aku memang ada salah,
Read more
Melumpuhkan Pengganggu
Daza yang sudah tidak akan menahan diri tersebut akhirnya mengeluarkan kata-kata yang sudah dari lama ia tahan karena sudah mengusik Lavendra. Termasuk Rosa ini. Dia memang sengaja memancing, jadi, sekalian saja.Rosa gemetar melihat Daza yang tidak pernah ia lihat marah dengan sebegitu besar di hadapannya. Perlahan dan gemetar, Rosa menundukkan kepala karena merasa takut melihat mata Daza yang benar-benar kelihatan sangat menyeramkan tersebut.‘Kenapa dia marah sekali? Aku tidak memancingnya, aku hanya memancing Lavendra. Tapi kenapa dia yang tersulut?’ batinnya yang tidak merasa bersalah sama sekali meski sudah membuat seseorang marah sampai sedemikian rupa.Daza tidak langsung pergi. Dia ingin menunggu bagaimana wanita sialan ini mengatasi amarah yang memang sudah sengaja dipancing ini. biar dia merasakan apa yang telah dia perbuat tersebut.Cukup lama, Rosa seperti membeku di atas lantai. Tangannya sama sekali tidak berkutik, dan bahkan bisa dirasakan dengan jelas dia merasakan se
Read more
Alasan Kemana Perginya
“Astaga mama, aku kira masalahnya besar,” Daza merasa keheranan sampai hanya bisa memijak batang hidungnya tersebut.“Apa katamu? Kamu kira ini masalah kecil?!” mama memekik memarahinya.“Ma. Isi dari ruangan itu hak dan milikku, jadi aku bebas mau kuapakan barang-barang di dalam sana. Memang apa hubungannya Lavendra dengan ruangan itu? Dia juga baru tahu, kan?” Daza menjelaskan dari sudut pandangnya.Mama memukul lengan Daza yang menganggap enteng apa yang barusan dikatakannya. Seorang pria yang dikira mengerti bagaimana perasaan wanita ternyata tidak ada bedanya sama sekali. Bahkan dia lebih buruk daripada apa pun.“Bodoh! Bodoh!” Berkali-kali mamanya memukul setiap kali kata keluar dari dalam mulutnya.“Wanita itu tidak suka tidak dilibatkan dalam urusan orang yang dicintainya! Dia itu maunya dianggap! Kalau kamu memutuskan tanpa mengatakannya kepadanya, itu sama saja kamu menganggapnya tidak ada!”“Tapi aku masih tetap bersamanya. Aku masih mempedulikannya, dan aku masih berusaha u
Read more
Hanya Berpindah
Lavendra begitu terkejut sampai tidak bisa berkata sama sekali. Ia sama sekali tidak menerka bahwa barangbarang yang dirinya pertanyakan ternyata semuanya ada di sini dan tidak ada yang hilang sama sekali. Ia tidak tahu.Langsung matanya melihat ke arah sang suami yang telah memandanginya dengan penuh pengertian dan juga kasih sayang yang begitu tulus. Jujur saja, Lavendra merasa sangat malu sekali.Apa yang ia marahi dan ambeki daritadi ternyata tidak seperti yang dirinya pikirkan. Ia terlalu berpikiran buruk dan juga tidak mau sedikit pun bersabar atas penjelasan yang mungkin saja sudah dipersiapkan oleh suaminya, kan?“Aku bukan tidak mau memberitahu. Hanya saja ruangannya belum siap saja,” jelas singkat dari Daza sembari tersenyum tipis kepadanya, dan juga mengoyakkan rambut Lavendra tersebut.Senyum Lavendra memang terpancang, tetapi menunjukkan rasa malu yang tidak dapat dibendung sama sekali. Ia merasa sangat malu karena tidak bisa mengendalikan dirinya tersebut.“Aku bukan ora
Read more
Berhenti Bekerja
Lavendra merasa senang sekali. Sebenarnya dibalik alasan dia tida mau bekerja lagi bukan lah perihal mengenai keramaian lagi. Melainkan karena orang-orang yang sudah tidak memandangnya selayaknya sesama pekerja.Semenjak mereka tahu bahwa Lavendra adalah istri Daza, mereka seolah mencoba memanfaatkan momentum dengan bersikap baik untuk mendapatkan nilat plus dari dirinya ini. Padahal Lavendra sama sekali tidak ingin hal itu terjadi.Belum lagi, ada banyak wanita yang mulai secara terang-terangan mencoba mengincarnya, jadi, ia harus menjaga jarak untuk menghindari terjadinya sesuatu yang buruk.“Tapi, kalau kamu jualan seperti itu, bukannya berarti kamu akan keluar saat aku tidak ada di rumah?” tanya Daza.Lavendra tampak sumringah mendengarnya. Daza mengkhawatirkannya dengan sangat terang-terangan. Itu membuat Lavendra makin yakin bahwa Daza memang hanya untuk dirinya seorang.“Kenapa? Kamu pikir aku akan bertemu seseorang mencurigakan di luar sana?” Lavendra sedikit menggodanya karen
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status