All Chapters of Pelakor Itu Sahabatku : Chapter 71 - Chapter 80
109 Chapters
Bab 71. Perawat Pribadi Langit
Ketika mereka hendak pergi ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba berhenti yang otomatis menghalangi jalan mereka. Senja sempat penasaran siapa pemilik mobil yang berani menghadang jalan mereka. Hingga saatnya sang pemilik mobil keluar yang ternyata, "Mas Han..." Membuat Senja reflek memundurkan langkahnya. Ia menggeleng pelan seolah merutuki apa yang terjadi saat ini. Baru saja ia akan pergi untuk bertemu dengan Langit, sekarang Han tiba-tiba datang menemuinya. Entah apa yang diinginkan pria itu saat ini. Sedangkan Yuke diam-diam memerhatikan sikap Senja yang berubah aneh. Pria itu perlahan mendekat, membuat Senja dan Yuke menatap penuh selidik ke arah Han. "Kamu kenal dia?" tanya Yuke seraya menoleh ke arah Senja yang nampak bingung itu. Senja mengangguk. Belum juga Senja menjawab, Han sudah lebih dulu menyapanya. "Hai, Senja," katanya dengan senyum lebar di bibirnya. Tampak sumringah dan bahagia. Seolah tidak ada dosa sebelumnya. Senja ha
Read more
Bab 72. Penantian
Setiap hari Senja tiada henti untuk menjaga kekasih hatinya. Sedetikpun ia tidak pernah beranjak dari sisi pria itu. Kadang, ada rasa jenuh ketika melihat Langit yang hanya diam tak bergerak seperti biasanya. Rasa rindunya semakin menggunung. "Mas, sudah hampir empat minggu kamu tidak menyapaku. Tidak melihat senyummu dan merasakan bagaimana sikap manjamu kepadaku. Apa kamu tidak merindukan aku, Mas? Hey, bangunlah. Aku ingin menikah denganmu jika kamu mau membuka matamu." Ada nada getir disana saat Senja mengatakan itu. Bagaimana tidak. Sudah jelas jika Mama Langit menginginkan perpisahan antara keduanya setelah Langit sadar. Tapi sekarang bisa-bisanya Senja mengatakan ingin menikah. Apakah itu akan menjadi kenyataan? Sama halnya ia bunuh diri. Senja tidak tau. Ia hanya berharap akan ada keajaiban yang bisa membuat tali yang sudah terajut akan terus tergenggam tanpa terpisahkan. Tangannya mengusap lembut tangan Langit dan sesekali dikecupnya dengan perasaan yang e
Read more
Bab 73. Dikejar Mantan
"Aku mohon pertimbangkan aku, Nja. Aku sudah berubah!! Aku bukan Han yang dulu lagi. Percayalah sama aku," ucapnya seraya mencoba meraih tangan Senja, tapi Senja langsung menolaknya dengan menarik tangannya dan menyembunyikannya di bawah meja. Saat itu ternyata Han yang menarik tangannya saat hendak pulang. Pria itu memaksanya ikut bersama untuk membicarakan sesuatu yang penting menurut. Tapi Senja sempat menolaknya karena ia tahu maksud dan tujuan Han seperti apa. Ketika Senja menolaknya, Han mencoba membuat keributan yang membuat ia malu karena menjadi pusat perhatian. Sampai akhirnya ia ikut dengan pria itu dengan syarat Han tidak akan mengganggunya lagi setelah ia memberikan jawaban. Senja hanya diam saja seraya menatapnya dengan tatapan dingin. "Sebelumnya aku turut prihatin dengan apa yang dialami Langit. Aku dengar ia koma. Apakah itu benar?" "Jika kamu sudah mendengarnya, kenapa kamu bertanya lagi? Apa kamu belum puas?" tanya Senja dengan nada sewot
Read more
Bab 74. Akhirnya Langit Sadar
Tubuh Senja bergetar tak karuan. Pikiran buruk seketika menggelayut otaknya saat mendengar suara Yuke menahan tangis di seberang sana. "Apakah Langit tidak tertolong?" Pikirannya kacau. Setelah mengambil Tas dan ponselnya, Senja langsung berlari keluar. Untung, pas dia sampai di tepi jalan, tetangga kontrakan Senja menyapanya. Senja tak membuang kesempatan, ia meminta tetangganya yang seorang wanita itu untuk mengantarnya ke rumah sakit dimana Langit di rawat. "Bisakah lebih cepat, Mbak?" Wanita itu mengangguk. "Baik, mbak Senja." Motor itupun melesat bagai angin. Senja memegang jaket wanita itu dengan erat. Setelah berkendara selama dua puluh menit, akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit. Setelah memberikan ongkos, Senja langsung berlari masuk ke dalam. Walau sempat wanita itu menolak pemberian Senja. Tapi Senja tetap memaksanya untuk menerima. Hati Senja tak karuan saat berada di lift yang membawanya ke lantai empat. Seraya lift itu tak bergerak sam
Read more
Bab 75. Calon Pelakor
"Mas.." Membuat Langit menoleh ke sumber suara. "Senja.." Senja mendekat ke arah Langit. Berdiri disampingnya seraya mengusap punggungnya agar emosi di dadanya perlahan menghilang. "Tidak baik berbicara seperti itu pada ibu, Mas." "Tapi_" "Ssstt, sudah diamlah. Ibu Yuke sudah meminta maaf, jadi maafkan ibu Yuke, Mas." pinta Senja dengan senyum manis di bibirnya. Seolah sihir yang membuat Langit terdiam. Emosi yang sempat menguasai, perlahan memudar. "Tapi dia yang berusaha memisahkan kita, Nja. Aku tidak bisa memaafkan begitu saja." "Tapi ibu Yuke juga yabg memintaku untuk menjagamu selama kamu koma, Mas." Langit terkejut. "Benarkah?" Senja menganggukkan kepalanya. Langit menoleh ke arah sang mama yang masih terisak seraya duduk di sofa. Tapi entah kenapa masih ada rasa tak rela saat harus memaafkan sang mama begitu saja setelah apa yang telah mamanya itu perbuat. Sebuah usapan lembut menyapa pipinya, membuat Langit menoleh
Read more
Bab 76. Terbongkarnya Kejahatan Melly
"Heem, enak sekali kuenya, Mel. Terima kasih," ucapnya seraya mengunyah kue di dalam mulutnya. Ya, Senja dengan cepat melahap gue yang disodorkan Melly untuk Langit. Tentu saja ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Langit kekasihnya, hanya kekasihnya. Ia tidak akan membiarkan wanita lain mendekatinya. Sedangkan Melly merengut tidak terima ketika kue yang seharusnya untuk Langit malah dilahap oleh Senja. "Hey, lancang sekali kamu, Nja. Ini bukan untukmu, tapi untuk Langit," geram Melly dengan tatapan tak menyenangkan. Ingin rasanya ia melempar sekotak kue ini pada Senja agar tau rasa. "Oh, ya? Oops, sorry. Aku tidak mau, Melly. Maafkan aku ya?" ucapnya seraya dengan tatapan polos tapi menyebalkan. Membuat Melly muak. Langit menahan tawanya melihat perlakuan Senja yang begitu menggemaskan dimatanya. Langit tahu jika Senja saat ini sedang menahan cemburu kepada Melly. Terbukti wajahnya berubah menyebalkan seperti itu. "Kenapa wanita sepertimu tidak punya m
Read more
Bab 77. Kesempatan Kedua
Senja terdiam. Entah bagaimana ia harus memaafkan apa yah diperbuat Melly tempo hari. Ia sudah berbuat yang terbaik tanpa mengusik siapapun, tapi kenapa dirinya masih saja diusik sampai hampir celaka? "Nja..." Senja tersentak mendengar panggilan Langit. Matanya menatap Langit yang juga menatapnya dengan tatapan penuh arti. Lantas Senja menunduk menatap Melly yang masih bersimpuh di kakinya dnegan wajah penuh harap. Senja menghela nafas panjang sebelum mengambil keputusan. Ia melipat lututnya untuk sejajar dengan Melly. "Apa yang melatarbelakangi kamu berbuat seperti itu, Mel? Apa salahku?" Melly yang awalnya menunduk, Lantas mengangkat kepalanya. Wanita itu menatap Senja dengan seksama sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan. "Maaf. Memang kanu tidak bersalah, Nja. Tapi hatiku yang tidak saat kamu bersama Langit. Karena aku juga ingin menjadi kekasihnya." "Hanya itu?" tanya Senja dengan kening berkerut. Melly diam membenarkan. S
Read more
Bab 78. Membalikkan Fakta
"Kamu apain anak saya?" Tiba-tiba seorang pria dengan kumis tebal merangsek dan merampas Melly dari rangkulan Riki. Matanya tajam menatap Riki seolah ingin menerkam. "Maaf, Om. Saya tidak apa-apain anak om," jawab Riki tanpa takut. Karena memang itu kenyataannya. "Tapi kenapa dia seperti ini? Padahal berangkat tadi dia baik-baik saja." Tentu papa Melly tidak terima melihat anaknya yang tampak pucat itu. Tubuhnya juga sedikit lemas dengan mata yabg bengkak. Riki menatap Melly sejenak. Memang kondisi Melly tampak sedikit berantakan dengan wajah yang pucat. Ataukah dia sakit? "Kenapa diam? Jawab!!!" bentar pria yabg bernama Baskoro itu. "Pa, sudah. Jangan ribut, Pa. Malu di dengar tetangga," ucap mama Melly yang bernama Sekar itu. Tangannya tampak mengusap lembut surai anaknya yang berantakan. "Biar, Ma. Papa tidak terima anak papa dipermainkan seperti ini. Dia bukan mainan," ucap Baskoro penuh penekanan di setiap kalimatnya. "Tapi, Om. Saya_" "Jangan banyak alasan. Sekarang k
Read more
Bab 79. Depresi
Baskoro dan Sekar tidak bisa membendung kesedihannya. Putri mereka yang sudah sembuh dari penyakitnya, kini kembali depresi. Padahal ia sudah menjaga putrinya sebaik mungkin, tapi apa mau dikata. Sekar mengusap tangan Melly dengan lembut seraya menatap sang putri penuh kesedihan. Entah apa yang terjadi pada Melly sampai seperti ini. Pundaknya diusap lembut oleh Baskoro seolah menenangkan istrinya. "Ma, sabar. Pasti Melly akan kembali sembuh seperti sedia kala. Mama jangan menangis lagi," ucapnya menenangkan. Jauh di lubuk hatinya Baskoro juga hancur melihat putrinya kembali terbaring lemah dengan infus menancap di tangannya. Sekar hanya mengangguk. Tapi netranya menatap lekat pada putri yang tengah terpejam itu. "Mama hanya bisa berharap semoga putri kita bisa mendapatkan pengobatan yang baik untuk kesembuhannya lagi, Pah. Hati Mama terluka melihat dia seperti ini." "Ya, Ma. Kita akan memanggil psikiater yang dulu menangani Melly. Papa yakin Melly akan sembuh s
Read more
Bab 80. Jatuh Cinta
"Mas Riki." Senja terkejut ketika melihat Riki pagi-pagi sudah berada di kontraknya. Ia melihat ke sekeliling Riki, yang ternyata ia sendirian. "Bina tidak ikut, Mas?" Riki menggeleng. "Memangnya kamu pikir aku dari rumah?" tanya Riki balik. Senja mengangguk polos. "Lalu, apa kamu akan membiarkan mas mu ini hanya berdiri di depan pintu tanpa kamu minta untuk masuk?" Riki mulai kesal karena Senja tidak membiarkan ia masuk. Padahal ia ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya karena semalaman begadang menunggu Melly siuman. "Oh, iya. Aku lupa." Senja cengengesan. Sampai akhirnya Senja menggeser tubuhnya dan mempersilahkan Riki untuk masuk ke dalam. Sampai di dalam, Riki langsung merebahkan tubuhnya di atas Sofa. "Mau minum apa, Mas? Kopi atau teh?" tanya Senja yang berdiri di samping sofa, dimana Riki merebahkan tubuhnya. "Kopi saja," jawab Riki yang sudah memejamkan matanya. Merasakan kenyamanan yang luar biasa. Senja melangkah ke dapur, membuat mi
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status