Semua Bab Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Bab 121 - Bab 130
144 Bab
Maniak
“Sayang, aku bawa martabak!” Kenzo berseru ketika sosoknya tiba di ruang televisi di mana Jillian sedang menonton televisi, tangan pria itu mengangkat kantung keresek ke udara. Kenzo benar-benar mengikuti keinginan Jillian. “Horeeee!” Jillian bersurak bahagia sampai bertepuk tangan. Kenzo meletakkannya di atas meja lalu membuka tutup kotak berisi martabak. “Gimana ceritanya sih, sampe bisa kamu sama Kirana enggak jadi ke Caffe Callista?” Kenzo serius bertanya karena tadi Jillian mengirim pesan agar ia tidak perlu menjemput di Caffe Callista. Jillian juga meminta ijin membawa Kirana ke Penthouse, itu kenapa Kenzo berpikir Jillian dan Kirana tidak jadi ke Caffe Callista. “Aku sama Kirana ke sana ….” “Lalu?” Kenzo menarik tissue lantas mengambil satu potong martabak dari dalam kotak menggunakan tissue tersebut dan mendekatkan ya ke mulut Jillian.
Baca selengkapnya
Pihak Yang Salah
Tok … Tok … Di luar sana ketukan pada pintu terdengar ragu. “Masuk,” titah Kenzo mengeraskan suara tanpa mengalihkan tatapan dari layar komputer. Ceklek. Perlahan Dila-sang sekertaris masuk ke ruangan Kenzo. Kenzo tidak tahu bila dalam hati Dila saat ini sedang dilanda gundah dan resah. “Gimana Dil, udah ketemu berkasnya? Usahakan jangan tanya Amira, kamu usaha sendiri dulu … kalau mentok, kamu coba tanya bagian General Affair.” Ucapan Kenzo menguap beberapa detik lalu tapi Kenzo belum mendengar tanggapan apapun dari Dila. Akhirnya Kenzo mengangkat wajahnya dan ia mendapati raut wajah Dila yang tampak serba salah. “Ada apa?” Kenzo menegakan tubuh, memfokuskan diri pada Dila tapi yang bersangkutan malah semakin gugup. “Gini Pak … saya menemukan sesuatu waktu cari berkas yang Bapak minta ….” Kalimat D
Baca selengkapnya
Sabar Yang Tak Tarbatas
Tapi kesabaran Kenzo tidak terbatas untuk Jillian, alih-alih emosinya tersulut—Kenzo malah mengulurkan tangan. “Sini sayang, aku ceritanya sambil peluk kamu boleh?” Nada suara Kenzo yang rendah dengan sorot mata memohon itu menghipnotis Jillian hingga bergerak mendekat. Hati Jillian mulai tidak tenang dampak dari prasangka buruk yang baru saja tercetus di benaknya. Ketika Jillian sudah berada di dekatnya, Kenzo menarik pinggang sang istri untuk mengikis jarak kemudian memeluk Jillian erat. Kenzo meletakan dagunya di pundak Jillian dan mulai menceritakan tentang semua permasalahan di kantor. Mulai dari Amira yang melakukan fraud dan ada kemungkinan ia terseret karena membubuhkan tanda tangan di setiap nota dan berkas yang menjadi bukti fraud. Belum lagi beberapa proyek mengalami kendala dan target dari kontrak-kontrak harus ia realisasikan segera. Ke
Baca selengkapnya
Orang Yang Mereka Sayangi
Jam dinding menunjukkan angka dua pada dini hari ketika Kenzo masuk ke dalam kamar dan menemukan istrinya sedang berbaring gelisah di atas ranjang mereka dengan mata terpejam erat. Tubuh Jillian dengan perutnya yang sudah sangat besar berguling ke kiri dan ke kanan bersama ringisan kesal. Kenzo bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh wajah dan mencuci tangan lalu mengganti pakaian agar bisa segera memeluk istrinya. “Sayang,” bisik Kenzo sebelum melabuhkan kecupan di bibir Jillian yang kemudian membuka mata perlahan. “Ken … anak kamu nyebelin, bikin aku begah.” Jillian bersungut-sungut sambil menghela tangan Kenzo yang memeluknya dan menggulirkan tubuh membelakangi Kenzo sebagai bentuk protes. “Maaf ya sayang, sabar sebentar lagi si Cantik lahir ….” Cup. Sebuah kecupan Kenzo berikan di pipi Jillian lantas memeluknya dari belakang.
Baca selengkapnya
Pesta
“Aku gendut … kaya kuda nil ….” Jillian memberengutkan wajah, bokong besarnya sengaja ia jatuhkan di pangkuan Kenzo yang sedang duduk di atas puff chair di dalam walk in closet. Sejak pagi ia dan Kenzo di dalam sana mencari pakaian mana yang pantas untuk Jillian gunakan malam ini pada pesta pertunangan Bima dan Gissele yang meriahnya melebihi pesta pernikahan karena mengundang hampir seribu orang di sebuah Ballroom hotel super megah. Padahal Kenzo sudah membelikan tujuh gaun yang muat untuk ukuran Jillian saat ini terutama di bagian perut agar Jillian dan si Cantik merasa nyaman. Namun, tetap saja Jillian tidak bisa menentukan gaun mana yang akan dipakainya malam ini. Bukan apa-apa, tamu undangan dalam pesta pertunangan Bima nanti kebanyakan adalah sosialita dan para pengusaha yang kebanyakan mengenal Kenzo. Jillian pernah berpura-pura menjadi keponakan Kenzo di depan beberapa teman Kenzo yang kemungkinan akan hadir dalam pesta Bima dan sekarang—Kenzo pasti akan mengenalkannya seb
Baca selengkapnya
Jelmaan Reog
“Tante Laura.” Amira bergumam tatkala netranya bersirobok dengan netra Laura ketika ia baru saja memasuki sebuah ruangan. Tadi petugas wanita yang memanggil Amira hanya mengatakan bila ia kedatangan seorang tamu. Petugas itu tidak memberitau siapa nama tamu tersebut, Amira pikir tamu yang mengunjunginya adalah pengacara. Jika sebelumnya Amira tahu yang berkunjung adalah Laura mungkin ia akan menolak untuk bertemu. Pasalnya Amira tidak tahu bagaimana harus menghadapi Laura-ibunda dari pria yang dengan sengaja ia seret dalam kasus hukum untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak diperbuatnya. Tapi melihat Laura yang tadi duduk dan langsung berdiri menyambutnya dengan raut wajah tampak bersahabat membuat Amira berani melangkah mendekati wanita itu. “Kalau Tante tanya kabar kayanya basa-basi banget ya?” Laura memulai setelah Amira duduk di depannya.
Baca selengkapnya
Memilih
Tidak lama kemudian Kenzo kembali dengan wajah segar karena baru saja mencuci wajahnya. Langsung menarik Jillian begitu tubuhnya berbaring di atas ranjang dan menjadikan Jillian gulingnya. “Ken … pijetin pinggang aku, donk … pegal banget.” Dengan senang hati, Kenzo membantu Jillian mengubah posisi agar membelakanginya kemudian begitu sabar memijat pinggang dan punggung Jillian selama beberapa lama. Jillian memang tidak ngidam yang aneh-aneh apalagi sampai membangunkan Kenzo tengah malam hanya untuk minta dibelikan makanan yang sedang diinginkannya tapi semua sifat buruk Jillian muncul lebih sering dan berkali-kali lipat parahnya. “Semakin besar si Cantik, perut aku juga makin besar … makin ke depan jadi punggung aku makin melengkung ke belakang, bisa patah enggak ya nanti lama-lama?” celoteh Jillian membuat topik pembicaraan dengan Kenzo. Bila harus jujur, Jillia
Baca selengkapnya
Sisi Lain Kenzo
Jillian menatap pintu kamar yang tertutup itu sesaat kemudian menghirup udara dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia akan mengubah dirinya menjadi mode Reog untuk memberi pelajaran kepada Kenzo usai pria itu dengan tanpa perasaan mengusir Augusta Maverick dan Laura hingga sang ibunda menitikan air mata. Tadi Kenzo pergi begitu saja, naik ke lantai dua masuk ke dalam kamar sementara Jillian mencoba menenangkan Laura dan meminta maaf kepada Augusta Maverick. Jillian masih berharap rencananya dengan Augusta Maverick berjalan lancar karena semua ini adalah demi Kenzo. Sebenarnya Jillian yang meminta ayah dari Bima untuk menolak berbisnis dengan Kenzo atas dasar alasan Kenzo tidak memiliki perusahaan berharap Kenzo mau menerima perusahaan Augusta Maverick yang dilimpahkan kepadanya. Dan mereka bisa menjalin kesepakatan bisnis setelah Kenzo memimpin perusahaan Augusta Maverick.
Baca selengkapnya
Berhasil
“Sayang, tahan sebentar ya.” Kenzo mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, menekan klakson berkali-kali dampak dari panik yang mendera. Sedangkan Jillian duduk lemas di sampingnya sambil memegang perut dan sesekali meringis. “Ken … sakit.” Jillian melirih, wajahnya tampak pucat membuat Kenzo kalang kabut. “Sebentar lagi sayang … tahan sebentar lagi.” Rasanya dunia Kenzo akan runtuh melihat Jillian tersiksa seperti ini. “Sakit, Ken … aku enggak kuat.” “Sayaaang.” Kenzo meraih tangan Jillian yang terasa dingin, dikecupnya jemari rapuh yang bahkan tidak sanggup balas menggenggam itu. “Ken … janji sama aku … janji sama aku terima perusahaan daddy … demi si Cantik.” “Jangan pikirin itu dulu sayang, yang penting sekarang kamu sama si Cantik harus selamat … tahan sebentar ya.” Kenzo tidak memiliki
Baca selengkapnya
Istri Bocil Kenzo
Perlahan Jillian membuka mata, memindai sekitar lalu tatapannya jatuh pada sisi ranjang di mana Kenzo tertidur dengan menelungkupkan setengah tubuh sambil menggenggam tangannya. Padahal pria itu memilih kamar Royal Suite yang memiliki satu ranjang nyaman untuk si penunggu dan jaraknya hanya beberapa meter saja dari ranjang Jillian tapi Kenzo malah duduk di kursi dan terlelap di samping Jillian. Jillian mengeratkan genggaman tangan Kenzo bermaksud membangunkannya dan pria itu terusik lantas menegakan punggung. “Sayang ….” Kenzo bergumam, mata sayunya tampak merah karena mengantuk. “Ken … haus.” Setengah merengek Jillian mengatakannya. “Sebentar ….” Kenzo beranjak dari kursi untuk membawakan Jillian air minum. Satu gelas air mineral yang Kenzo bawakan langsung dihabiskan oleh Jillian. “Haus, sayang?” tanya Kenzo basa-basi sambil menyimpan gelas kosong di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status