All Chapters of AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
11
POV AUTHOR"Alah, mimpi kamu. Kamu memang bisa menemukan laki laki yang kaya, tapi laki laki seperti Agam itu ibaratkan satu banding seribu," jawab Mama mertua.Manda terkekeh kecil."Memangnya seistimewa apa sih anaknya Ma? Kurangnya banyak kok. Anak kesayangan Mama itu juga tidak sempurna. Duh. Yang mengenal betul seorang laki-laki itu bukan ibunya. Tapi istrinya. Mama dengar? ISTRINYA," jawabnya lagi tak gentar dan penuh penekanan."Ayolah Mas. Talak aku. Biar aku juga segera bisa pulang. Tapi tenang saja aku akan pulang ke rumah orang tuaku. Tidak ke rumah yang katanya dulu kamu bangun untuk aku. Ambilah lagi rumahmu itu. Aku tidak butuh," tambah Manda."Mas Agam tidak akan menceraikan Mbak Manda. Karena talak itu tidak akan keluar dari mulut Mas Agam, Mbak. Aku yang harusnya tau diri dan mengalah. Aku yang harus pergi. Dan aku yang harus menyudahi semuanya," sela Aisyah."Aisyah, diamlah. Kamu tidak tau apa-apa. Wanita inilah yang egois. Kamu hanya menurut saja ke kita, apa salah
Read more
12
Manda menjawab pertanyaan sang Mama dengan yakin. Dan tentu saja dengan tegar.Tetapi namanya seorang ibu, tentu saja dia khawatir dengan keadaan sang anak. Walaupun sebelumnya lewat sambungan telefon pun , Manda menceritakan semua dengan kuat, tanpa ada suara terisak sedikitpun."Manda, kamu tidak apa apa Nak?" tanya Bu Yosi dengan trenyuh dan tatapan nanar.Manda justru menatap sang Mama dengan aneh."Mama apaan sih? Lihat Manda baik baik saja. Mau diperiksakan ke Psikiater sekalipun juga pasti tak apa. Mama tenang saja. Manda juga bukan tipikal orang yang diam diam lalu bunuh diri. Dih amit amit. Laki laki seperti itu saja ditangisi sampai segitunya," komentar Manda dengan santai."Betul itu Manda. Papa suka cara kamu. Laki laki seperti Agam, banyak modelnya diluar. Bahkan yang lebih dari dia juga banyak. Kalau perlu, papa bisa Carikan yang jauh diatas Agam. Bagaimana?" tanya Pak Irwan kepada sang putri.Namun Manda menggeleng dengan cepat."Tuh kan Pa. Lihat anakmu. Dia bahkan bel
Read more
13
"Kamu itu tidak usah ikut campur Aisyah. Tidak usah sok menjadi pahlawan. Kamu itu sudah beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Harusnya bersyukur. Jadi lain kali jangan banyak tingkah. Saya pulangkan ke kampung baru tau rasa kamu," kata Bu Melisa dengan ketus.Aisyah hanya tertunduk lesu. Nuraninya bertabrakan. Tentu sebagai wanita ia mengerti perasaan Amanda. Baginya ketegaran Amanda hanya kebohongan belaka."Kasihan Mbak Manda, Ma," ujar Aisyah yang justru mendapat tatapan mendelik dari Bu Melisa."Kasihan kamu bilang? Memangnya hidupmu sudah paling benar hingga kamu berani kasihan ke orang lain? Kalau bukan karena saya, mungkin kamu sudah mati loh di kota besar ini."Mendengar itu, Aisyah tidak berani bersua kembali.Amanda benar. Bahwa image mertua baik hati, lembut dan dermawan hanya topeng Bu Melisa saja. Dan sikap tersebut hanya ditunjukan kepada Manda dulu. Ya dulu, karena sekarang Manda sudah tau kebusukannya.Agam juga hanya terdiam setelah acara itu. Dia lebih ba
Read more
14
Aisyah kesal bukan main. Namun ia hanya mampu memendamnya. Ia tak punya keberanian seperti Amanda."Tidak usah protes Syah. Kamu saya nikahi bukan untuk cerewet terhadap hidup saya," gerutu AgamAisyah melengos dengan wajah cemberut. Ia tidak berharap Agam akan peka, akan merayu seperti saat Amanda yang merajuk. Tidak sama sekali. Semata karena ia ingin menunjukan ekspresi kesalnya saja. Tidak lebih.Agam berlalu dari kamar mereka. Dan deru mobilnya mulai menjauh dari apartemen. Aisyah sempatelihat dari jendela."Aaaarrrggghhh," teriaknya.Ia bingung. Ia bisa apa. Ia bahkan tidak punya siapa siapa di kota ini. Kemana ia harus membawa kedua anaknya? Ke kampung? Lalu apakah dia sanggup membesarkan mereka tanpa nafkah dari seorang ayah?Tentu dalam hati kecilnya, ia ingin seperti Amanda. Dengan lantang dan berani melawan mereka, melawan kesewenangan mereka. Tapi dengan latar belakang yang sangat jauh berbeda dengan Amanda, dia berfikir seribu kali untuk mengambil langkah itu.Tanpa Agam,
Read more
15
Agam meremas baju bagian bawahnya. Wajah merah padamnya tak dapat ditutupi. Sementara Manda masih dengan wajah santai dan sumringahnya."Cukup Manda. Tidak usah kamu teruskan," tegur Agam.Amanda tertawa kecil."Kenapa? Panas ya? Salah sendiri bermain api," balasnya dengan ketus.Tidak disangka, justru langkah Manda menuju mobilnya kembali."Amanda, aku belum selesai bicara," kata Agam.Amanda menoleh dengan tatapan sinis."Aku punya rumah. Aku bukan siput yang rumahku, aku bawa kemanapun aku pergi," jawabnya dengan ketus.Agam tertunduk."Tapi Nda. Aku tak berani ke rumahmu. Apa kata orang tuamu nanti. Tolonglah mengerti aku," pintanya setengah mengiba."Mengerti kamu? Enak saja. Punya istri lain saja kamu berani, ketemu orang tuaku kok nyali kamu justru menciut? Laki laki macam apa sih. Pengecut," seru Amanda dengan kesal."Nda," panggil Agam lagi."Kamu dengar, penyesalan dalam hidupku yang paling mendalam adalah saat bertemu kamu. Andai aku boleh memutar waktu, aku tidak akan mau
Read more
16
"Tutup pintunya Manda," perintah Bu Yosi seperti tergesa-gesa.Namun dengan cepat pula tangan Aisyah menahanya."Tante, tolong jangan. Saya ingin berbicara dengan Mbak Manda. Hargai kedatangan saya Tante. Saya menitipkan anak saya yang masih bayi dan balita kepada orang dengan biaya per jam. Hanya saja saya ingin berbicara dengan Mbak Manda, Tante. Ini penting," pinta Aisyah yang begitu mengiba."Bentar Ma," kata Manda akhirnya. Dia memang keras, tapi dia masih punya rasa iba dan kasihan.Begitupun Bu Yosi, yang sepenuhnya percaya bahwa sang putri yang telah tumbuh dewasa, mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik."Duduklah," perintah Manda mempersilahkan.Aisyah sempat mengedarkan pandang ke setiap sudut rumah yang ditinggali Manda saat ini. Kemewahan ya juga tak kalah dari rumah milik Agam."Sebelumnya saya minta maaf. Mbak Manda berhak memaki saya sebagai perusak rumah tangga orang lain. Saya akui saya memang salah," ucap Aisyah dengan lirih."Berhenti. Mau kamu mengakui kalau pe
Read more
17
Terserah apa katamu. Kalau kamu memutuskan disini, setidaknya kamu harus mempelajari usaha rumah makan kita Gam. Kalau kamu berhenti, itu artinya kamu siap membantu Mama mengelola usaha keluarga kita," jawab Bu Melisa Agam mendengus kesal."Bisa atau tidak sih Ma untuk membiarkan Agam sejenak istirahat? Kepala Agam sudah mau meledak ini," protesnya."Jangan bilang gara gara Manda."Agam bungkam."Kamu mau wanita yang seperti apa? Mama Carikan. Model seperti Manda? Banyak," kata Bu Melisa mulai mengompor-ngompori.Tatapan Agam justru melengos. Tapi kosong."Masih diam saja kamu? Atau sudah berubah menjadi bisu? Atau jangan jangan kamu takut dengan Aisyah? Halah. Wanita seperti itu saja kok di takuti. Mau kamu punya istri sepuluh pun dia juga tidak masalah. Yang penting uang dari kamu tetap mengalir setiap bulanya. Bagaimana Gam? Kalau kamu setuju, nanti Mama akan membuat janji dengan teman Mama."Agam menghela nafas dengan kasar. "Terserah Mama saja. Bagaimana baiknya," ucap Agam den
Read more
18
"Positif thinking saja Ma. Mungkin dia gatal," timpal Manda."Gatal kok cari wanita lain. Kalau gatal yang digaruk lah. Begitu saja repot," komentar Bu Yosi.Amanda terkekeh kecil."Beda versi mungkin Ma. Santai saja. Yang penting Manda tidak apa apa."Bu Yosi menoleh. Menatap Amanda dengan tatapan trenyuh."Manda, kalau mereka bisa, kamu juga harus bisa ya.""Iya. Manda juga sudah bisa move on. Manda tidak menyesali apa yang terjadi. Tapi Manda merutuk kebodohan Manda, kok bisa dibohongi sampai seperti itu," keluh Manda Namun Bu Yosi menggeleng dengan pelan."Bukan. Bukan itu maksud Mama, Manda."Amanda mengernyitkan alisnya."Lalu maksut Mama bagaimana?""Kalau mereka bisa cari wanita lain. Mestinya kamu juga harus begitu."Amanda tersenyum kecil. Laki-laki lain? Rasanya tidak semudah itu. Ia bukan wanita yang mudah sekali jatuh cinta. Rasa trauma dengan Agam, juga menjadi sejarah tersendiri dalam hidupnya."Do'akan saja ya Ma. Semoga bisa menemukan laki laki yang benar-benar baik.
Read more
19
Neni sempat melotot. Namun setelah itu tiba tiba tawanya pecah. Aisyah semakin risih."Kamu waras bukan? Ada ada saja kalau menghalu. Calon suami saya itu berasal dari keluarga terhormat. Bukan Abal Abal. Mana mau dia dengan wanita seperti kamu?" oloknya.Nafas Aisyah naik turun."Tapi anda tau bukan status seorang Agam?"Neni mengangguk."Iya. Dia duda bukan? Tak masalah. Asal belum punya anak. Dan aku yang akan menggantikan istri dengan Nafkah seratus juta perbulan itu. Ah aku semakin tidak sabar."Aisyah geram. Ia meremas baju bagian bawahnya. Ia masih tau diri untuk sekedar membuat keributan di tempat ini."Mbak Neni bilang Mas Agam tidak punya anak? Dia balita yang saya bawa ini anaknya Mas Agam. Tanya Bu Melisa kalau tidak percaya," jawab Aisyah dengan kesal.Neni sempat menatap kedua anak yang dibawa Aisyah. Ya dari penampilan mereka, memang sangat berbeda. Aisyah sederhana. Tetapi dua anaknya, sangat jelas sekali merupakan anak yang terawat. Bahkan kedua anak itu memakai perhi
Read more
20
Seharusnya memang Aisyah menyambut hangat niat baik Manda itu. Karena tak jarang akan ada wanita yang baik hati, yang mau membantu wanita yang notabene adalah istri dari mantan suaminya."Kenapa diam Sah? Kamu tidak berkenan?" tanya Manda.Aisyah menoleh. Menatap Manda dengan tatapan nanar."Apa aku bisa Mbak? Aku tidak sekuat Mbak Manda. Kalau mungkin ekonomi, bisa aku usahakan. Tapi anak anakku bagaimana nasibnya Mbak? Aku sebatang kara hidup di dunia ini. Tak ada rasanya manusia yang bisa aku mintai tolong," jawab Aisyah.Amanda kini yang bergantian menghela nafas panjang."Lalu sampai kapan kamu akan diam saat tertindas seperti ini Syah?"Aisyah menggeleng."Aku juga tidak tau sampai mana batas kuatku Mbak. Andai aku ditanya, sebenarnya aku juga tidak kuat," keluh Aisyah, sembari bersimbah air mata lagi.Amanda bingung. Ia mencoba memahami keadaan Aisyah saat ini, meskipun jiwa ibanya terus meronta."Ini apartemen kamu?" tanya Amanda. Ya dia tau betul harga sewa apartemen ini yang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status