All Chapters of Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari! : Chapter 81 - Chapter 90
131 Chapters
Berdiskusi
"Dan Ingat Mella, kalau kita berpisah kamu tidak mendapatkan apa-apa. Nggak ada harta gono-gini. Karena memang kita nggak punya apa-apa. Semua ini karena siapa? Kamu kan sumber masalahnya. Dulu uang gaji selalu aku berikan padamu. Tapi apa? Semua malah untuk foya-foya, sampai-sampai jatah untuk Emak tidak pernah kamu berikan. Apa bukan kamu yang menantu durhaka? Tuh, panci-panci dan Tupperware koleksimu. Apa semua itu bisa dijual? Mending kamu koleksi emas, bisa untuk investasi. Yang kamu beli malah emas imitasi. Untuk apa? Untuk gaya-gayaan saja?" kata Deni panjang lebar.Bu Tari dan Mella masih terdiam mendengar ucapan Deni. Sebenarnya kasihan melihat Mella, tapi kelakuannya memang benar-benar membuat emosi. Terungkap fakta baru, ternyata emas-emas yang dipakai Mella selama ini hanya imitasi. Memalukan saja, aku tersenyum dalam hati. Takut mereka akan emosi jika aku tersenyum lebar. Apa aku jahat ya, bahagia diatas penderitaan Mella?"Ayo Bang, Mbak, keluar saja. Kalau disini terus
Read more
Kebutuhan Hidup
Adzan subuh berkumandang, aku segera membereskan pekerjaanku di dapur. Kulihat Bang Jo juga menghentikan aktivitasnya.Bang Jo pergi ke masjid untuk shalat subuh. Aku juga bersiap-siap untuk shalat, setelah tadi membersihkan diri dengan berwudhu. Pintu kamar Dewi juga terbuka, menandakan ia sudah bangun.Aku senang melihat kondisi keluargaku akhir-akhir ini. Bang Jo yang rajin berjamaah di masjid, anak-anak yang penurut, Ibu dan Septi yang sudah akur. Tak henti-hentinya aku bersyukur dan selalu berdoa untuk keluargaku. Semoga selalu dalam lindungan Allah.Aku melanjutkan aktivitasku lagi. Dewi dan Intan juga melakukan aktivitas pagi. Tak lama terdengar suara Bang Jo yang mengucapkan salam. Aku dan anak-anak menjawab salam. Ternyata Bang Jo tidak sendirian, tapi bersama dengan Deni. Aku heran melihat Deni tampak memakai sarung dan kopiah. Berarti ia juga berjamaah di masjid. Alhamdulillah.Segera aku membuatkan kopi untuk Bang Jo dan Deni. "Intan, tolong kopinya dikasihkan Ayah ya?" p
Read more
Mengeluh
"Kenapa kok Mama menyuruh Sheila?" tanyaku penasaran, tentu saja dengan sedikit kesal."Mama sedang berobat sama Nenek. Papa kerja, jadi Sheila nggak ada teman di rumah," kata Sheila.Dhuar. Aku seperti mendengar sesuatu yang menghantam hati dan pikiranku. Aku sudah suudzon dengan Mella. Ternyata aku salah. Ya Allah, maafkan hamba-Mu ini. Kenapa Deni atau Mella tidak memberitahu, kalau mau menitipkan Sheila disini?"Oh, Mama sakit lagi ya?" tanyaku."Iya, katanya kakinya masih sakit. Tahu nggak, Bude. Kalau kaki Mama yang sakit itu, baunya busuk sekali, sampai Sheila sakit perut kayak mau muntah.""O ya? Terus Sheila waktu tidur, gimana? Katanya Bau." Aku bertanya lagi."Sheila nggak tidur sama Mama, tapi sama Papa di kamar Makwo."Berarti benar kata Bang Jo, kalau bau busuk di kamar Mella itu, disebabkan karena luka pada kaki Mella. Kok Mella betah ya? Atau mungkin ia sudah terbiasa dengan bau itu."Bu, beli es krim ya?" pinta Nayla karena mendengar suara penjual es krim keliling."Y
Read more
Kesal
"Hebat kamu, Dek. Berani berkata seperti itu pada Bu Tari," ucap Bang Jo, ketika masuk ke dalam rumah.Aku sedang duduk di ruang keluarga, sambil mengawasi anak-anak bermain."Habisnya aku kesal sekali, Bang. Orang kok nggak pernah bisa bersyukur. Bisanya hanya mengeluh dan meremehkan orang lain. Merasa dia paling hebat sendiri. Aku nggak ikhlas Deni disepelekan seperti itu. Deni sudah susah payah kerja demi anak istri, masih saja dianggap nggak becus ngurus anak istri. Memangnya Abang nggak kesal, adik sendiri disepelekan?" jawabku sambil nyerocos, menandakan kalau aku sedang kesal sekali. Apalagi jika ingat kejadian tadi."Abang juga nggak ikhlas, Dek. Tapi nggak etis lah kalau laki-laki berdebat dengan perempuan seperti itu. Takutnya nanti malah Abang semakin emosi. Tapi kekesalan Abang sudah terwakili Adek tadi," kata Bang Jo sambil tersenyum."Pantesan Mella orangnya seperti itu, keturunan dari ibunya. Kasihan Deni ya? Bebannya jadi bertambah karena Bu Tari ada disini.""Habis ma
Read more
Kerja Bakti
Drtt...drtt ponselku berbunyi lagi. Aku menjauh dari Bang Jo, Deni dan Bu Tari."Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam ketika menerima panggilan di ponsel."Waalaikumsalam, apa kabar, Mbak," jawab Aisyah."Alhamdulillah kabar baik, gimana keluarga disana?" ucapku lagi."Alhamdulillah, sehat semua, Mbak. Aku tadi menelpon Bang Jo, tapi nggak diangkat.""Oh, dia lagi asyik ngobrol sama Deni. Mungkin nggak kedengaran.""Oh, ada Deni ya disitu?""Iya, Bu Tari juga.""Apa? Bu Tari ada disitu?" Sepertinya Aisyah kaget mendengar ucapanku."Iya. Beliau kan merawat Mella.""Oh iya? Mbak, rencana besok, Bapak dan Emak akan pulang. Aku dan Mas Arman yang mengantarnya."Aku kaget mendengar ucapan Aisyah, wah bakal jadi keributan besar kalau Emak pulang dan disitu ada Bu Tari."Oh, gitu ya? Jam berapa mau berangkat?" tanyaku lagi."Agak siang, mungkin jam sepuluh.""Ya, nanti aku sampaikan sama Bang Jo dan Deni.""Oke, Mbak. Aku hanya mau mengabari itu saja. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." A
Read more
Jaga Pola Makan
"Apa kabar, Mella?" tanyaku basa-basi."Nggak usah basa-basi. Sudah tahu aku sedang sakit, pakai nanya segala," jawabnya dengan ketus."Ma, Mbak Nova kan nanya baik-baik. Kok jawabannya kayak gitu," kata Deni yang kebetulan masuk ke ruang keluarga."Papa selalu membelanya. Istri papa itu, Mama atau dia," ucap Mella sambil menunjuk ke arahku."Sudah, Den. Nggak usah diperdebatkan. Nggak selesai-selesai nanti kerjaan kita," kataku pada Deni.Sebenarnya aku ingin marah, tapi kasihan melihat Deni. Nanti pasti akan dimarahi oleh Mella. Aku keluar untuk menuangkan kopi ke gelas. Kemudian menaruh beberapa kue di piring. Kubawa lagi piring berisi kue itu ke dalam. Untuk dimakan Bu Tari dan Mella. Sengaja aku memilih kue yang tidak manis."Ini Bu, ada kue," kataku pada Bu Tari dan Mella yang ada di ruang keluarga."Taruh saja di meja," jawabnya.Segera aku meletakkan piring tersebut di atas meja. Terserah mau dimakan atau tidak. Aku langsung keluar lagi, kalau di dalam terus nanti malah emosi
Read more
Musyawarah
"Hei, tuan rumah disini siapa? Kok situ yang marah-marah," kata Emak. Wah, sudah mulai keluar watak asli Emak. Aku dan Aisyah hanya saling memandang."Ayo, Mak. Kita ke depan saja. Atau kita ke rumah Mbak Nova?" ajak Aisyah sambil menggandeng tangan Emak. Akhirnya Emak mengikuti langkah Aisyah keluar dari dapur. Aku juga berjalan menuju ke depan. Tampak Mella berjalan tertatih-tatih menuju ke kamar. Ketika berpapasan denganku ia menatap sinis padaku. Aku diam saja.Diruang tamu sudah ada Bang Jo, Arman, Bapak dan Deni. Bapak sedang memberi nasihat pada Deni."Terus maumu sekarang bagaimana?" tanya Bapak pada Deni."Deni mau, Mella itu nurut dengan anjuran dokter. Kalau ia mau sehat. Tapi Mella susah sekali dikasih tahu. Masih saja makan mie pakai nasi dan minum teh manis. Terus apa yang bisa Deni lakukan, Pak?" keluh Deni."Ya sudah, Den. Biarkan Mella sesuka hatinya. Nanti kalau jarinya diamputasi kan baru tahu rasa," celetuk Aisyah."Hush, Mama kalau ngomong kok kayak gitu," kata
Read more
Percuma Musyawarah
"Diam semuanya!" teriak Bapak.Lagi-lagi kami terkejut dengan teriakan Bapak. Benar-benar menguras emosi mengikuti musyawarah ini, seperti nonton sinetron. Saling teriak dan saling menyalahkan. Kami semua terdiam, suasana menjadi sunyi. Bahkan suara jangkrik pun tidak terdengar, saking sunyinya. Bapak menarik nafas, kemudian melanjutkan berbicara. "Sudah, jangan emosi. Tidak ada gunanya saling berteriak, saling menyalahkan. Semua itu justru akan membuat kalian menjadi saling menyakiti. Apa kalian berdua tidak memikirkan Sheila? Kalau sampai berpisah, kasihan dengan Sheila. Cukuplah Johan yang mengalaminya." Bapak berhenti sejenak."Maksud Deni itu benar, ia mengharapkan Mella mau disiplin dalam hal makanan. Kalau Mella mau sehat, kalau nggak mau ya sudah. Bu Tari, kita sebagai orang tua, jangan malah menambah keruh keadaan. Biarkan mereka berdua yang memutuskan. Masalah pendapatan Deni, memang sedikit. Dulu diberi pendapatan besar, tidak bisa mengelola. Buktinya, apa yang mereka pun
Read more
Dirawat
Dewi dan Intan sudah berangkat sekolah. Nayla asyik nonton televisi. Bang Jo sudah pergi ke kolam. Aku sedang menyiapkan sayur dan lauk, yang akan dibawa ke rumah Emak dan ke klinik. "Ibu mau kemana?" tanya Nayla yang muncul di warung."Ibu mau ke klinik mengantar nasi untuk Om Deni. Nayla nonton televisi di rumah saja ya? Ada Mbak Warti dan Mbak Minah kok. Nanti kalau mau apa-apa tinggal panggil saja," jawabku."Lama nggak Ibu ke kliniknya?" tanya Nayla lagi."Enggak, hanya sebentar kok.”"Ok, Nay nonton televisi lagi, ya Bu." Nayla beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi."Iya."Semua yang kusiapkan sudah selesai, waktunya berangkat. Aku berjalan menuju ke rumah Emak. "Pak, sudah sarapan?" tanyaku pada Bapak yang sedang duduk di depan rumah."Sudah, makan pisang goreng," jawab Bapak."Ini Nova bawain sayur dan lauk. Nova bawa ke dalam, ya?" kataku."Iya. Kamu mau kemana?" "Mau ke klinik menjenguk Mella."Bapak menarik nafas panjang, kemudian berbicara dengan suara
Read more
Tidak Berguna
Aku dan Aisyah masih berada di ruang perawatan Mella. Masih juga penasaran dengan apa yang terjadi di ruang sebelah. Ingin keluar tapi tidak berani."Kenapa ya di sebelah itu?" tanya Bu Tari sambil membereskan piring makan yang ia pegang.Mella sudah selesai makan. Nasi lembek yang diberikan tadi sudah habis ludes dimakan Mella. Walaupun sakit ternyata Mella makannya lumayan banyak, tapi badannya kok nggak gemuk ya? Salut aku dengan Mella. Kalau aku, membayangkan makanan saja, berat badan sudah naik beberapa ons, hihi."Mungkin ada keluarganya yang datang, terus menangis melihat kondisi yang sakit," jawabku."Atau jangan-jangan yang dirawat di sebelah itu meninggal?" sambung Aisyah.Aku langsung melotot ke arah Aisyah, ia tampak cengengesan saja. Sedangkan Mella langsung pucat mendengar ucapan Aisyah."Hush, jangan bilang seperti itu lah. Bikin takut saja," jawabku lagi."Lha soalnya beberapa orang langsung kesitu," kilah Aisyah."Tapi yang dirawat di sebelah itu masih muda lho," jawa
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status