All Chapters of Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Chapter 41 - Chapter 50
242 Chapters
Kejadian Traumatis
Di dalam kamar mandi Nova menumpahkan semua perasaan sakit yang ia rasakan. Dari pagi tadi mentalnya dihancurkan. Ribuan kali Nova berusaha untuk tak menumpahkan emosinya langsung pada Angga. Ia masih punya empati pada orang yang sedang sakit.“Hiks..hiks..” dadanya terasa sesak. Nova harus merasakan sakit berkepanjangan yang tak ada obatnya. Di tengah isak tangisnya yang deras, sesuatu dalam perut Nova bergejolak. Tiba-tiba ia merasakan area dadanya menghangat. Disusul dengan rasa mual yang mendesak. “Uek! Uek!” Nova lantas membalikkan badan. Bersimpuh di depan toilet yang ia gunakan sebagai tempat duduk sebelumnya. “Uek! Uek!” Nova ingin memuntahkan seluruh isi perutnya, namun tak ada sedikitpun yang keluar selain air liur yang terasa pahit di lidah. Sejak pagi Nova terlalu memikirkan kebutuhan Angga. Sampai lupa perutnya belum diisi makanan sama sekali.“Akh! Ini pasti karena aku belum makan. Asam lambungku naik lagi,” gumamnya. Susah payah Nova bangkit. Kepalanya berdenyut ny
Read more
Peringatan
Keadaan di rumah ini semakin tak terkendali. Fokus kepala pelayan dan Aldo terpecah saat melihat dua bosnya kalut. Angga dengan sakit di bagian dada kiri, membuat pria itu kembali terbujur lemah di atas ranjang setelah mendapatkan penanganan dari dokter.“Aku tidak menyarankan keinginanmu untuk tetap menyembunyikan penyakit ini. Nyawamu akan terancam jika kamu tetap pada pendirianmu,” ucap dokter pribadi Angga pada lelaki itu. Di tengah kondisinya yang terus melemah, Angga masih bersikeras merahasiakan sakitnya dari siapapun—kecuali Nova. Ya, tanpa Angga kehendaki, Nova telah mengetahui kartu ASnya.Angga nampak berpikir sejenak, wajahnya yang pucat terus memasang raut tegang. “Aku rasa kau masih bisa menanganiku tanpa perlu melibatkan banyak orang,” jawab Angga jujur. Hati dan pikirannya bertolak belakang. Angga tak ingin siapapun menganggapnya lemah. Semua orang tahu, hidup Angga dipenuhi dengan kesempurnaan. Tak boleh ada sedikitpun celah kekurangan. “Aku bisa mengobatimu jika a
Read more
Bujukan Kepala Pelayan
Apalagi yang bisa Nova lakukan selain pasrah ketika Angga sudah menjatuhkan keputusan? Nikmatnya menjadi pria itu, bisa memutuskan apapun tanpa sanggahan dari orang lain. Selain itu, memutus komunikasi adalah keterampilan apik yang suaminya miliki. "Semoga nyonya diberikan Tuhan kesabaran yang besar dan keikhlasan yang luas. Aku selalu berharap apapun yang baik untuk kalian berdua, bisa segera diberikan Tuhan," ucap bu kepala. Sebagai salah satu orang yang mengenal Angga sejak kecil, juga saksi perjalanan rumah tangga Angga dan Nova, empatinya tak perlu diragukan lagi. Ia tak memihak, tak juga membenarkan perangai Angga pada istrinya. Namun, sebagai manusia tentu Nova memiliki batas kesabarannya sendiri. Nova hanya membalas ucapan bu kepala dengan senyum tipis seraya berkata, "semoga saja, bu. Doakan aku selalu ya." "Ya sudah, aku kembali ke dapur dulu untuk menyiapkan makan siang tuan Angga." Baru saja Bu kepala membalikkan tubuhnya, hendak melangkah. Niatnya ditahan oleh Nova.
Read more
Sebuah Alasan
Kata pepatah, tidak ada usaha yang sia-sia. Namun, Seringkali Nova skeptis dengan pepatah itu. Sekian banyak upaya telah ia kerahkan untuk bebas dari rumah tangga kelam ini. Hatinya diselimuti iri tiap kali Nova membuka laman media sosialnya. Postingan teman-teman sebayanya hanyalah tentang kebahagiaan. Karir yang bagus, anak-anak yang menggemaskan, dan pasangan yang sangat mendukung mereka. “Aku juga mempunyai segalanya. Tapi, itu semua hanya berlaku di depan media,” keluh Nova. Saat ini, ia bagaikan wanita lajang yang sedang menikmati masa kesendiriannya. Semua tugasnya sebagai istri hari ini sudah ia selesaikan. Kebutuhan Angga sudah ia penuhi meski pria itu tak pernah tahu bagaimana pengorbanannya.Setiap malam, Nova meyakinkan diri bahwa setelah badai yang menimpanya, akan ada pelangi yang menyambut senyum Nova.Terdengar klise memang, tapi setidaknya Nova tidak perlu mematok ekspektasi tinggi terhadap pria berusia empat puluhan itu.Bosan dengan laman media sosial yang hanya
Read more
Adu Nasib
Udara pagi yang menyegarkan menelusup ke dalam kamar Angga. Di atas tempat tidur tubuhnya menguat melepas otot-otot yang tegang di sekujur tubuh. Hari ini ia harus kembali pada aktivitasnya di dunia bisnis. Setelah dua minggu lamanya vacum dari dunia yang sudah membesarkan namanya itu, Angga kembali bergulat dengan tumpukan dokumen dan berbaur bersama kalangan sosialitanya. Mengumpulkan kesadaran setelah tenggelam cukup lama di zona nyaman ternyata tak semudah itu. Angga bangkit dari tempat tidur hendak menyiapkan beberapa hal sebelum memulai hari. Tetapi, perhatiannya langsung teralih ketika kaki kanannya tak sengaja menyenggol benda hingga membuat benda itu jatuh ke lantai. Sebuah ikat pinggang tergeletak di lantai. Angga menyadari beberapa kebutuhannya sudah disiapkan di atas tempat tidur. Kemeja, celana, dasi, dan ikat pinggang yang masih teronggok di lantai. "Hah, bu kepala rajin sekali sudah menyiapkan pakaianku sepagi ini," ucap Angga terkekeh. Wanita yang sudah ia anggap
Read more
Ucapan Adalah Doa
Setiap detik pergerakan jam semakin menambah tingkat kegelisahan Nova. Sudah pukul lima sore, ia belum melihat tanda-tanda batang hidung suaminya muncul. "Angga kemana, sih? Aku sudah mengingatkannya untuk pulang lebih awal tapi dia ingkar janji," gerutu Nova kesal. Ia sudah menunggu kedatangan suaminya sejak satu jam lalu di depan pintu. Berharap bisa langsung membawa Celva ke rumah sakit untuk imunisasi. Tetapi, seperti biasa, harapan Nova tidak pernah berjalan sesuai dengan kenyataannya. Banyak kemungkinan yang bisa diprediksi namun pikiran Nova tetap terfokus hanya pada harapannya yang selalu kandas. "Sepertinya tuan Angga masih dalam perjalanan, nyonya. Sejauh aku mengenalnya, beliau tidak pernah ingkar janji, atau bahkan terlambat tanpa memberikan kabar." Bu kepala berusaha menenangkan nyonyanya. Segelas teh hangat sudah disajikan untuk sedikit menenangkan pikiran, tetapi Nova tetaplah Nova. Kecemasannya jauh lebih besar daripada kenikmatan teh buatan bu kepala yang sudah ter
Read more
Debat Tak Berujung
"Kamu pikir kamu bisa menarik simpati dokter dengan bersikap manis padanya?" Rasa-rasanya Nova akan kesulitan bernapas setiap kali ia baru selesai membuka topengnya dari dunia Angga yang penuh kepalsuan.Di tengah sesi makan malam yang baru berlangsung, Angga masih sempat-sempatnya memercikan api peperangan dengannya. "Aku lapar dan butuh mengisi perutku dengan makanan, bukan dengan ocehanmu," balas Nova, langsung mematahkan niat Angga. Jawaban Niva cukup ampuh untuk membuat Angga merapatkan mulutnya. Sekali-kali suaminya memang perlu mendapatkan perlakuan yang sama dengan apa yang sudah ia lakukan pada orang-orang tertindas seperti Nova..Entah berapa banyak orang yang menanam dendam dalam hati mereka untuk sosok pebisnis yang digadang-gadang merupakan sosok pemimpin yang baik hati dan patut dijadikan panutan dalam dunia bisnis. "Kau selalu punya jawaban untuk melawanku, ya?" "Aku hanya membalas ucapanmu, tidak berniat untuk melawan. Jika itu salah, apakah itu kesalahan jawabanm
Read more
Nova Merajuk
"Astaga, Nova. Kamu benar-benar membuatku gila!" Angga mengusap wajahnya frustasi. "Kamu yang memulai lebih dulu. Setiap apa yang aku lakukan selalu salah di matamu. Apalagi kalau berhubungan dengan laki-laki. Aku penasaran, sebenarnya kamu memikirkan nama baikmu atau kamu cemburu?" kata Nova heran. "Uhuk! Uhuk!" Angga baru saja menyuap suapan pertamanya namun ucapan Nova membuatnya tersedak. Kedua mata Nova membulat sempurna. Melihat Angga yang hampir kehabisan napas karena makanannya membuat Nova panik.“Angga! Astaga, kenapa tidak hati-hati, sih? Minum dulu. Pelan-pelan.” Meski diselingi omelan, Nova tetap menyodorkan segelas air putih untuk meredakan tenggorokan Angga.“Ah, cukup cukup,” kata Angga sambil mengangkat sebelah tangannya. Nova mundur selangkah, memberikan sedikit ruang untuk Angga menghirup udara. “Sebegitu terkejutnya kamu dengan ucapanku,” ucap Nova sedikit mengejek. Ia kembali ke kursinya. Menyelesaikan makan malam yang tak lagi hangat. “Apa itu artinya kamu
Read more
Tuduhan yang Tak Beralasan
Entah apa yang ada di pikiran Angga, membawa Nova ke balkon hanya untuk bicara. Tak hanya kejam, Angga juga memiliki sisi plin-plan yang cukup besar. Awalnya, pria itu meminta Nova untuk tetap berada di atas kasur. Bahkan perlu menonjolkan sedikit otot-ototnya di leher hanya untuk menegaskan keinginannya. Tetapi, beberapa menit kemudian keputusannya berubah. "Aku tidak tahu kalau pebisnis terkenal sepertimu. Juga bisa membuat keputusan yang mudah goyah," sindir Nova. Satu kelemahan Angga yang Nova kantongi lagi. "Duduk saja di sana, tidak perlu banyak bicara," balas Angga ketus. Pegangan Angga di tangannya tak terlepas sedetikpun. Entah Angga yang tak menyadarinya atau memang itu hanya cara Angga untuk mengelabui Nova agar menuruti semua perintahnya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" "Apakah Aldo sedang mencoba mendekatimu?" tanya Angga terus terang.Bagaimana cara Angga menanyakan itu terdengar konyol di telinga Nova. Ia menahan tawa dengan merapatkan bibirnya, tetapi, raut waja
Read more
Mungkinkah Berkhianat?
“Profit perusahaan bulan ini melonjak pesat Pak Angga. Ini semua berkat berita tentang penghargaan yang tuan peroleh.” Sejak lima belas menit lalu Aldo tak henti-hentinya menyuarakan kebanggaannya. Tak biasanya Angga tak terlalu antusias dengan apa yang didengarnya barusan. Alih-alih ikut menyuarakan kepuasannya atas hasil kerja yang membuatnya semakin gila. Angga hanya menampakkan raut wajah datar dan tak tertarik.“Apa yang salah denganmu, tuan? Apakah berita ini tidak menggugah kepuasanmu?” Aldo menyadari perubahan sikap Angga belakangan ini. Satu bulan berlalu setelah perdebatannya dengan Nova di balkon waktu itu, Angga tak banyak bicara. Ia menjalani hidupnya bagaikan seekor katak dalam tempurung. Berjalan terus tapi beban di pundaknya tak pernah habis.“Aku sudah biasa menerimanya, karena aku memang layak. Semua usaha aku kerahkan untuk memampang wajahku di majalah bisnis ternama itu. Tidak ada yang spesial lagi,” jawab Angga berbohong.Bukan itu yang menyita pikirannya saat i
Read more
PREV
1
...
34567
...
25
DMCA.com Protection Status