All Chapters of Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Chapter 51 - Chapter 60
242 Chapters
Bimbang
Dua kali pukulan melandas tepat di kanan dan kiri pipi Aldo. Lebam membiru muncul di sekitar tulang pipi dan setetes darah mengalir di sudut bibir pria itu. Bersamaan dengan tangan Angga yang mulai melayang di udara, suara pintu yang dibuka tiba-tiba disusul pekikan seorang wanita menghentikan niat Angga untuk melayangkan pukulan ketiga.“Angga! Apa yang kamu lakukan?” Angga mengalihkan pandangan pada sosok wanita yang berlari memapah tubuh Aldo yang hampir limbung. Dengan wajah khawatir ia menatap wajah Aldo seraya berkata,“Astaga, kamu terluka cukup parah, Aldo,” kata Nova panik.“T-tidak perlu, nyonya. Aku baik-baik saja,” jawab Aldo. Nova lantas mengalihkan perhatiannya pada Angga yang diam mematung. Tak lama setelah itu, pandangannya menangkap dua tangan Angga yang masih terkepal erat. Nova tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua. Dan mengapa Angga begitu tega menghajar sahabatnya sendiri.“Kenapa kamu memukul Aldo sampai dia babak belur seperti ini? Apa s
Read more
Silent Treatment
Suasana rumah sepi ketika Nova menginjakkan kakinya di sana. Hanya ada dua ajudan yang berjaga di pintu masuk utama rumah besar ini yang menyambut kedatangan Nova dengan senyum ramah. Ia melangkah masuk, berharap Angga ada di sekitarnya hanya untuk memberitahu pria itu akibat ulah kasarnya pada Aldo. “Angga?” “Angga?” Nama Angga digaungkan hingga terdengar ke seluruh penjuru rumah. Para pelayan yang biasanya berlalu lalang membereskan ruang demi ruang malam ini keberadaannya hampir lenyap. Tidak ada sahutan baik dari para pelayan atau bahkan Angga sendiri. Rumah ini seperti rumah kosong yang tak berpenghuni. Nova mengayuhkan langkahnya menuju ruang makan. Berharap menemukan sang suami di sana mengingat sekarang sudah waktunya makan malam. Namun, Nova kembali menelan kekecewaan yang begitu besar saat tak melihat siapapun di sana.Di atas meja makan sudah tersaji banyak pilihan lauk yang menggugah selera. Tetapi, tak satupun disentuh untuk dinikmati kelezatannya.“Sepertinya dia b
Read more
Kongkalikong
Suasana dapur bagaikan sebuah kapal yang baru saja menghantam terumbu karang. Berantakan di segala sisinya. Nova bergerak kesana kemari, terlihat panik mencari sesuatu.“Apa yang sedang kamu cari, nyonya? Mungkin aku bisa membantumu.” Kepala pelayan datang menawarkan bantuan. Saat masuk ke area dapur kepalanya menggeleng heran mendapati beberapa alat masak tergeletak sembarangan di atas meja servis. “Apakah baru saja terjadi peperangan di sini?” Beraninya kepala pelayan menyindir sang nyonya. Kalimat itu mungkin saja bisa membuat Nova murka, tetapi nyatanya, wanita itu justru menjawab sindiran bu kepala dengan kalimat yang lebih konyol.“Ya, ini adalah gambaran situasi jika Angga mengamuk,” jawabnya. Tiga orang pelayan yang membantunya sontak tertawa. Begitu juga dengan bu kepala. Suasana yang sebelumnya tegang perlahan mencair karena ulah dua orang itu. Nova masih sibuk menuangkan nasi goreng buatannya ke dalam piring. Sambil sesekali melirik ke arah jam di dinding. “Bu kepala, t
Read more
Gelora Asmara
Suapan terakhir nasi goreng yang sempat mendapat protes dari Angga akhirnya kandas tak bersisa. Angga seolah tak mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya. Pria itu mengelap mulutnya dengan napkin, kemudian merapikan posisi jasnya. "Bu kepala, kemarilah," perintah Angga seraya mengangkat sebelah tangannya. Bu kepala datang menghampirinya dengan sigap. Berdiri tepat di samping Angga dengan kepala yang tertunduk."Lain kali siapkan menu sarapan yang lebih menarik. Meski aku menghabiskannya dengan sangat baik, itu karena aku menghargai usahamu," kata Angga. Ia adalah sosok yang tak segan untuk berterus terang meski apa yang ia ucapkan menyakitkan."Baik, tuan, tolong maafkan kelalaian saya ini," jawab bu kepala. Nova masih ada di sana ketika Angga mengatakan itu, sesuatu dalam dirinya tak terima bu kepala harus menerima teguran untuk apa yang tidak ia lakukan. Rasa bersalah pun sudah membuat Nova hampir gila. Apalagi ketika bu kepala tak mengizinkannya untuk membongkar semuanya."Angg
Read more
Pengkhianatan
“Kondisi Pak Aldo sudah membaik, pak. Saya rasa beliau sudah mampu kembali bekerja lagi.”Angga tak menggubris ucapan seorang pria yang menjabat sebagai penasihat pribadinya. Satu minggu sudah ia mengambil alih semua pekerjaan yang biasanya ditangani oleh sahabatnya. Ternyata, tanpa Aldo, Angga bukanlah apa-apa. Meski penasihat pribadinya menyarankan untuk mendelegasikan tugas Aldo pada sekretaris yang lain, Angga menolak keras saran itu.Kemampuan Angga untuk mempercayai orang lain kian hari kian menipis. Perbuatannya yang menghajar Aldo tempo hari memang pantas dikecam. Tapi, Angga tidak menyangka Aldo berniat untuk merebut Nova darinya.“Biarkan dia istirahat, sampai dia sendiri yang masuk kerja. Aku tidak ingin berinisiatif,” jawab Angga enggan. Antara hati dan pikirannya tak sejalan Angga tak tahu apa yang membuatnya begitu marah. Saat mendengar Aldo secara terang-terangan meminta Nova padanya. Sial! Entah apakah saat ini Angga masih bisa mempercayai sahabatnya itu atau tidak.
Read more
Ketakutan Terjadi
Nyeri menjalar di pipi Angga hingga menimbulkan bercak merah di sana. Jika Angga tak berusaha menahan tubuhnya untuk tetap berdiri kokoh di tempatnya, mungkin kepalanya akan ikut berputar seratus delapan puluh derajat akibat hantaman dari Nova. Susah payah Angga membalikkan posisi kepalanya ke posisi semula. Ketika sorot mata tajam tak lagi mampu membuat istrinya tunduk, sepertinya Angga harus menempuh jalan lain.."Ha, haha, hahaha," Angga tertawa hambar. Ekspresi wajahnya menyimpan banyak dendam untuk seseorang yang berstatus sebagai suaminya. "Kau berani menamparku, Nova?" desis Angga tepat di depan wajah wanita berusia dua puluh delapan tahun itu. Nova bergeming, enggan meladeni sikap Angga yang kelewatan namun ia tidak mempunyai pilihan selain menyanggah semua hinaan. "Kenapa aku tidak melakukannya selagi aku bisa? jawab Nova menantang. Kedua tangannya berkacak pinggang menunjukkan kekuasaan yang ia punya untuk dirinya sendiri. "Aku tidak menyangka, beberapa kali mengobrol d
Read more
Dilema Dua Pilihan
Relung hati Nova terkoyak mendengar tuduhan yang semakin kejam Angga lemparkan padanya. Bibirnya hanya bisa tertutup rapat meski lidahnya berusaha untuk menyuarakan kesakitannya. Tapi ia tidak bisa. Hatinya sudah terlalu lama terluka hingga tak bisa diwakilkan oleh kata-kata."JAWAB PERTANYAANKU, NOVA? KAU SUDAH MELAKUKANNYA DENGAN ALDO KAN?!" Suara Angga semakin meninggi. Angga tak peduli berapa banyak usaha Nova untuk tetap berdiri kokoh di sana. Dengan sorot mata terluka, Nova beralih menatap Angga. Bibirnya bergetar karena tak kuasa menahan tangis yang selalu ia tahan. "Setelah tuduhan membunuh adikmu, sekarang kamu menuduhku hamil anak orang lain?""Aku tidak menuduh, aku mengatakan apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri." Dua orang berperang batin dalam kondisi tubuh yang tak tertutupi sehelai kainpun. Sebuah situasi konyol yang tidak pernah Nova bayangkan sebelumnya. "Terserah apa katamu, Angga. Satu hal yang harus kamu garis bawahi dari ucapanku ini, Aldo tidak per
Read more
Komitmen Baru
Kamar ini semakin sepi semenjak Nova memilih untuk tidur di kamar tamu di lantai dua. Kerap kali Angga termangu sendirian di sana. Meratapi hubungannya dengan Angga yang semakin semrawut. Meski Angga bisa saja menjenguk anaknya di kamar baru mereka, Angga lebih memilih untuk memendam rindu pada putrinya sendirian. Keengganannya untuk menemui Nova membuat Angga lebih banyak menghabiskan waktu di kamar sendirian. Seperti saat ini. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Angga baru saja keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang melingkar sebatas pinggang hingga lututnya. Bulir-bulir air dari rambutnya berjatuhan membasahi dada bidangnya yang kokoh. Deretan otot perut berjajar simetris dengan kulit putih mulus yang mengilap. Melihat Angga, sama halnya menghadapi jelmaan malaikat utusan surga yang ditugaskan untuk menyebarkan pesonanya. Tubuhnya, garis wajahnya, rahangnya yang tegas, dan manik indah miliknya semakin menambah kesempurnaan yang ia miliki. Bohong jik
Read more
Diluar Dugaan
Bu kepala menyajikan menu bubur untuk sarapan pagi ini di depan Angga. Potongan buah tak luput dari deretan menu yang dihidangkan. "Jadi, kau yang memasak ini untukku?" Angga mengangkat kepalanya. Mengarah pada Nova yang duduk di seberangnya. Dengan apa yang sudah mereka bicarakan tadi. Angga menuntut Nova untuk jujur padanya. Di antara mereka berdua. Ada bu kepala yang berdiri tak jauh dari area meja makan. Raut wajahnya tegang dan diselimuti ketakutan. Nova melihat itu, lantas beralih lagi pada Angga seraya berkata, "ya, aku yang memasaknya." Jawaban Nova cukup membuat Angga puas. Ini artinya mulai hari ini Angga akan menikmati semua hasil kerja keras Nova lewat makanan yang ia sajikan."T-tuan, masakan itu–""Aku sudah tahu siapa yang memasak ini, bu kepala. Kau tidak perlu menutupinya lagi." Angga menggeser tubuhnya menghadap bu kepala. Sadar dirinya telah tertangkap basah menjadi bagian dari drama yang dibuat oleh Nova."M-maafkan saya, tuan. Saya tidak bermaksud untuk membo
Read more
Pertemuan Terlarang
Perdebatan tadi pagi adalah perdebatan paling tak layak untuk Nova pertanyakan kejelasannya. Sudah jelas, keputusan yang Angga buat tak lain berasal dari egonya sendiri. "Angga selalu saja begitu. Mengambil keputusan sesuka hatinya. Apakah dia tidak berpikir bagaimana nasib bu kepala setelah keluar dari rumah ini? Jika aku menjadi bu kepala, aku akan sangat sakit hati dengan perilaku Angga yang semena-mena." Di kamar lantai satu Nova berjalan mondar-mandir tanpa arah. Ruangan itu bagaikan sebuah kotak yang terasa membatasi pergerakannya semenjak memutuskan untuk pisah kamar dari Angga. Karena insiden tadi pula, Nova kembali berpikir, haruskah ia menerima perintah Angga lagi untuk kembali ke kamar mereka. Kamar yang luasnya hampir sama dengan lapangan futsal pribadi. Kekesalan Nova semakin memuncak, baginya, Angga sudah sangat kelewatan. Setelah memecat Aldo, kini ia menyingkirkan bu kepala. "Apa sebenarnya maksud Angga melakukan ini semua?" Sebelah tangan Nova menopang dagunya. M
Read more
PREV
1
...
45678
...
25
DMCA.com Protection Status